Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Dr. Rahmiati Tanudjaya dan mereka adalah dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan juga banyak melayani konseling, bimbingan kepada para remaja. Dan kali ini kami akan melanjutkan perbincangan kita tentang remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, berbicara tentang perkembangan remaja seperti yang telah kita lakukan pada beberapa waktu yang lalu, kita coba mengulang sebentar apa yang kita bicarakan. Sebenarnya apa keunikan dari remaja yang kadang-kadang membuat orang tua itu kebingungan menghadapinya?
PG : Saya kira remaja adalah suatu dunia yang agak terpisah dari dunia dewasa dan dunia anak-anak, dengan kata lain dunia remaja adalah dunia tersendiri yang mempunyai kekhasannya. Nah orang tu kadang kala mengalami kesulitan mengerti si anak remaja ini, karena tiba-tiba komunikasi antara orang tua dan anak mulai terputus sehingga pengenalan si orang tua akan apa yang dilakukan oleh si anak remaja makin terbatas.
Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja, yang pertama adalah perubahan-perubahan fisik. Nah secara fisik dia akan mengembangkan tubuhnya tapi ini akan memakan waktu yang panjang, kira-kira dari usia 11 tahun hingga 20 tahun, hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau bentuk final dari tubuhnya itu. Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon-hormon seksual yang diproduksi oleh tubuhnya, sehingga dia mulai sekarang mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis. Nah oleh karena adanya ketertarikan tersebut, dan tahu bahwa diapun menjadi obyek ketertarikan dari lawan jenisnya, perilakunya pun mulai terpengaruh. Dia akan mulai melakukan hal-hal tertentu agar diperhatikan oleh lawan jenisnya dan sebagainya, jadi hal-hal ini adalah hal-hal yang unik sekali pada masa remaja.
(2) GS : Kalau hal itu sudah terjadi Pak Paul, bukankah orang tua sering kali kebingungan menghadapi hal itu, sebenarnya apa yang harus dilakukan oleh orang tua di dalam mendampingi remaja mereka.
PG : Saya kira salah satu yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah mengajak anak remaja itu tetap berkomunikasi dengan dia. Dengan catatan komunikasi ini sudah mulai berjalan, dan berjalan denan baik sejak anak-anak, kalau baru dimulai pada masa remaja, pada umumnya tidak berhasil.
Jadi jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa menyimpan rahasia, jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa memahami saya, jalinan kepercayaan bahwa orang tua akan menerima saya tanpa harus mencela-cela saya. Nah itu sudah harus terbentuk pada masa kanak-kanak, sehingga sewaktu si anak memasuki usia remaja dia hanya perlu meneruskan yang sudah dibina pada masa kanak-kanaknya. Kalau baru dimulai pada usia remaja saya kira kurang begitu efektif.
GS : Tapi bukankah sering kali terjadi begini Pak Paul, anak-anak atau mereka ini kelihatan manis, anak-anak ini memang menjadi gampang diatur dan sebagainya, mendengar. Tapi begitu memasuki masa remaja, mereka mulai menjauh dan mulai berani melawan itu kasarnya.
PG : Menjauhnya mereka dari kita sebetulnya bukanlah sesuatu yang keliru atau yang salah, justru adalah sesuatu yang seharusnya. Jadi anak-anak remaja itu mulai mengembangkan hidup terpisah dar orang tua, dalam konteks itulah si anak remaja akan mulai menyimpan rahasia-rahasia tertentu, mulai tidak membicarakan hal-hal yang dialaminya, mulai menutupi sesuatu yang menimpa dirinya.
Karena apa, karena dia merasa ini adalah yang terjadi pada hidupku, jadi konsep hidupku mulai berkembang pada usia remaja. Pada masa kanak-kanak konsep yang dikenal adalah hidup kita, hidup antara si orang tua dan si anak-anak secara bersamaan. Nah waktu dia mengembangkan konsep hidupku inilah, si anak remaja mulai memisahkan dirinya dari orang tua dan kecenderungannya adalah memang menjauhkan diri dari orang tua.
GS : Nah apakah itu juga terjadi pada remaja putri Bu Atik, menjauhkan diri atau berani menantang orang tua dan sebagainya?
RT : Ya saya pikir itu secara umum berlaku pada remaja baik putra maupun putri, karena ada satu saat bukan anak kecil lagi. Jadi ada saat di mana saya ingin dihargai sebagai manusia yang mandir, tidak ingin lagi bergantung istilahnya "bergantung" ya waktu masih remaja kepada orangtua, jadi itu yang terjadi memang.
GS : Nah itu biasanya diekspresikan dalam bentuk apa, Bu Atik?
RT : Biasanya, kalau tadinya orang tuanya pergi ke mana kita diajak selalu ikut, tidak diajak malah nangis begitu ya, nah sekarang diajak tidak mau, dipaksa-paksa pun tidak mau ikut. Dia bilangah...
saya mau di rumah saja, saya ingin baca buku saja sendiri, saya ingin dengar radio saja, melihat TV saja.
GS : Nah kadang-kadang itu kami melihat anak remaja yang mulai menyendiri Pak Paul, sebenarnya apa yang terjadi dalam pikiran anak remaja ini?
PG : Waktu anak-anak remaja menyendiri atau tidak mau ikut dengan orang tuanya, memang di satu pihak kita bisa melihat itu adalah wujud keinginannya terpisah dari orang tua. Namun di pihak lainorang tua juga jangan terlalu cepat menginterpretasi bahwa si anak ini tidak suka dengan mereka, si anak ini kok sekarang mulai melawan mereka, belum tentu.
Sebab yang terjadi biasanya adalah si anak akan melihat ke mana orang tua akan pergi. Pada masa kanak-kanak si anak belum bisa membayangkan atau memproyeksi sesuatu yang belum terjadi dengan jelas. Tapi pada masa remaja kemampuan berpikir anak sudah abstrak, sehingga dia mulai bisa memproyeksi o....mau ke rumah si paman itu, di sana ada anak siapa ya, tidak ada atau ada anak, anak kecil wah....saya tidak bisa main dengan dia, mainannya apa ya, o....mainannya mainan anak-anak kecil, mainan anak-anak remaja ada tidak, tidak ada. Atau mau pergi ke sana, di sana ada apa ya, o....adanya hanya kolam renang, setelah itu ya sudah tidak ada apa-apa lagi. Nah si anak mulai mengembangkan kemampuan memproyeksikan dirinya ke masa depan, ke hal-hal yang akan dilakukan bersama dengan orang tuanya. Dan otomatis dia akan merasa tidak ada yang menarik, buat apa saya ke sana, dengan siapa saya berbicara, nah kitapun juga begitu, nah inilah skill atau keterampilan yang kita miliki sekarang, tapi sebetulnya kita mulai kembangkan pada masa remaja. Jadi tidak selalu anak remaja itu menolak pergi dengan orang tua, karena tidak suka pergi dengan orang tuanya, belum tentu, kemungkinan sekali dia senang pergi dengan orang tua, tapi tidak senang pergi ke tujuan tersebut. Kalau orang tua berkata, dulu kamu senang pergi, ya dulu waktu masih kanak-kanak dia masih bermain ayunan misalnya tapi sekarang tidak lagi. Kalau orang tua berkata 'kan ada si itu, umurnya sama kamu hampir sama, hampir sebaya, kamu bisa bicara, si anak mulai berpikir memproyeksikan ke depan lagi o....anak itu kuper, saya tidak bisa berbicara dengan dia, mau apa saya pergi. Nah orang tua kadang-kadang tidak mengerti dan di sini perlu komunikasi, apa yang membuat engkau tidak mau pergi ke sana, tolong beritahu. Nah si anak remaja juga berkewajiban untuk memberikan penjelasan kepada orang tua sehingga orang tua tidak salah paham.
GS : Di dalam hal menjadi kesedihan, entah karena apa, bertengkar dengan teman dan sebagainya, biasanya remaja putri itu suka masuk kamar, menyendiri itu bagaimana Bu Atik?
RT : Kembali bergantung pada si remaja putrinya ya, tidak bisa dipukul rata. Ada remaja putri yang tersinggung, langsung berbicara, tapi ada tipe yang seperti itu, terus masuk kamar menyendiri.Nah kalau yang begitu, dari si orang tua yang pada saat yang tepat perlu aktif, tapi kalau remaja putrinya yang terbuka, tidak ada masalah.
GS : Mungkin yang terbuka lebih gampang penanganannya tapi kalau sudah diam lalu kita itu, apalagi ayah untuk mendekati remaja putrinya itu agak kesulitan, apa sebetulnya yang sedang dipikirkan, yang sedang dijadikan persoalan ini. Karena pada saat-saat itu yang nampak adalah kemarahan, seperti makan atau apa lalu ditinggalkan dan sebagainya.
RT : Saya pikir pada saat-saat seperti itu, kita perlu memberi waktu kepada remaja putri itu sehingga kalau kelihatannya emosinya sudah mulai mereda atau bagaimana, dia kelihatannya sudah ada dlam suasana yang akan berbicara, tapi jangan dipaksa untuk berbicara.
Karena kadang ada suatu rasa daripada remaja putri juga atau remaja itu di mana dia tidak mau "privacynya" diganggu. Karena ada hal-hal tertentu yang sedang berkecamuk di mana dia tidak mau orang tuanya tahu. Jadi saya pikir di sini orang tua juga perlu belajar juga untuk menghargai "privacy" daripada si anak, sama juga dengan tadi hubungannya dengan anak yang tidak mau pergi dengan orang tuanya. Saya pikir kuncinya orang tua juga perlu menghargai interest daripada anak. Kadang orang tua suka mengakatan kamu pokoknya harus begitu ya, padahal kita juga akan memilih dan memutuskan kalau mau pergi ke mana dan saya pikir kita juga perlu menghargai interest dari si anak.
GS : Kadang-kadang kita sebagai orang tua itu memang tidak bisa menerima alasan yang dia kemukakan, dulu mau kok sekarang tidak mau, misalnya itu. Dulu dia tidak bermasalah dengan apa, sekarang menjadi masalah lalu marah-marah. Apakah memang itu menjadi salah satu ciri remaja gampang marah dan sebagainya itu?
PG : Saya kira tidak semua remaja, tapi ada kecenderungan pada masa remaja si anak remaja akan lebih peka daripada biasanya. Pekanya remaja itu sebetulnya bukannya berarti bahwa perasaannya itumenjadi lain, tapi kepekaannya lebih berkaitan dengan kesadaran dia akan penilaian orang terhadap dirinya.
Pada masa kanak-kanak mereka acuh saja, lari ke sana pakai baju compang-camping, kotor tidak merasa apa-apa karena kurang begitu menyadari penilaian orang terhadapnya. Namun pada masa remaja dia mulai sangat menyadari apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, nah pada masa remaja yang terjadi adalah bukan saja si remaja menyadari apa yang dipikirkan orang terhadapnya, dia terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Sesuatu terjadi temannya tidak mengajak dia pergi misalnya, tapi mengajak teman yang lainnya, dia sudah merasa ditolak, dikhianati dan sebagainya, tanpa perlu mencari tahu kok sampai temannya tidak mengajak dia. Jadi kepekaan perasaan remaja itu lebih bersumber dari kesadaran yang terlalu berlebihan, akan penilaian orang terhadap dirinya. Nah orang tua kadang kala di sini perlu mengerti, kalau kurang mengerti juga bisa menjadi masalah. Kadang kala orang tua yang kurang mengerti akan berkata, jangan pusingkan orang lain, apa yang mereka pikirkan tidak usah kau dengarkan. Nah masalahnya adalah tidak semudah itu, karena justru pada masa usia remaja mereka sangat butuh tahu bahwa mereka itu ok! Di mata teman-temannya. Dan waktu mereka merasakan bahwa teman-temannya tidak memandang mereka ok! Itu sangat menggoncangkan mereka. Itu sebabnya perasaan-perasaan remaja bisa turun naik dengan cepat. Yang lainnya lagi yang membuat kepekaan itu bertambah ialah remaja merasa bahwa mereka itu unik, dan tidak bisa dimengerti oleh orang dewasa, nah ini perasaan remaja, hanya merasa bisa dimengerti oleh teman-teman sebayanya. Oleh karena itulah sewaktu orang tua mengeluarkan komentar atau guru mengeluarkan komentar yang dirasakan menyakiti hatinya, wah.....si remaja bisa sangat tersinggung luar biasa. Padahal komentarnya tidak terlalu menyakitkan hati atau apa, tapi dianggap sudah melecehkan dia, tidak menghargai dia dan sebagainya. Sebab memang sudah ada frase posisi itu, sudah ada konsep bahwa orang dewasa tidak mengertinya, jadi kalau tidak mengerti jangan berbicara apa-apa. Nah sudah tidak mengerti, berbicara apa-apa hal ini akan memicu kemarahan dia, pasalnya dia langsung melawan orang tuanya, melabrak orang tuanya, menganggap engkau tak mengerti tapi engkau sekarang berkata-kata seperti ini. Maka sering kali terjadi pertengkaran antara orang tua dan anak remaja di sini.
(3) GS : Jadi memang terjadi banyak sekali perubahan di dalam diri remaja baik secara fisik maupun emosional. Nah lalu bagaimana atau apa yang terjadi dengan perkembangan kerohaniannya itu, Bu Atik?
RT : Nah itu juga bisa mempengaruhi kerohaniannya, bergantung apakah remaja ini siap atau tidak menghadapi tekanan-tekanan ini. Makanya kalau istilahnya remaja ini bisa dipersiapkan misalnya pedidikan seks yang juga diadakan di gereja kalau orang tuanya lalai, sehingga paling tidak si remaja ini siap dari sudut pandang firman Tuhan.
Dengan kata lain dia mendapatkan suatu pengertian yang benar seperti yang tadi Pak Paul katakan, remaja ini penting sekali mengetahui konsep diri yang benar. Nah konsep diri yang benar ini sekarang kita dapatkan dari mana, kalau akhirnya kemudian kita abaikan. Saya melihat kecenderungan sekarang misalnya, orang tua lebih prihatin kalau remajanya dapat matematika 5, nilai merah, mereka langsung sibuk mencari guru les, untuk supaya angka ini naik. Tapi apakah mereka juga seprihatin itu, sekuatir itu kalau anaknya kemudian salah mengerti tentang Alkitab, tidak apa-apalah kamu tidak tahu Alkitab ya tidak apa-apalah, asal matematika kamu 10 begitu 'kan. Nah sering akhirnya karena perhatian yang seperti ini dan kemudian dari segi kerohanian dia tidak dibina atau kemudian memberikan satu modal konsep diri yang jelas dari sudut terang firman Tuhan, nah akhirnya yang sering saya lihat terjadi, remaja-remaja yang konsultasi atau orang tua-orang tua yang konsultasi kepada saya menjadi terlambat, karena memang si remaja ini tidak dipersiapkan oleh orang tuanya, oleh gereja untuk mengerti tentang siapa dirinya, dari sudut pandang firman Tuhan dan apa pengertian pengakuan yang benar dari sudut pandang firman Tuhan. Jadi saya pikir sebaiknya itu dipersiapkan, jadi pada waktu anak ini meningkat atau harus menghadapi hal yang seperti itu sudah siap. Yang sudah siap pun tidak mudah, apalagi yang nggak siap.
GS : Ya itu memang menjadi masalah besar Pak Paul, khususnya untuk anak-anak remaja, nah secara praktis, biasanya bagaimana orang tua itu memberikan bimbingan?
PG : Pertama adalah orang tua perlu mengerti perkembangan remaja secara rohani, begini ada kecenderungan pada masa remaja anak-anak itu mulai menunjukkan perubahan minat. Dulunya disuruh ke seklah minggu datang, ayo saja, tapi tiba-tiba memasuki usia remaja si anak ini mulai menunjukkan sedikit sekali minat terhadap hal-hal rohani.
Misalkan disuruh berdoa enggan, disuruh baca Alkitab tidak mau, jadi ada kecenderungan pada masa remaja memang anak-anak ini berubah, tidak seperti dulu rajin ke sekolah minggu, sekarang disuruh ke persekutuan remaja dia malas. Kita harus mengerti mengapa ini penting sekali, sebab kita tidak bisa menggeneralisasi, menyimpulkan bahwa penyebabnya anak kita sekarang ini murtad, belum tentu. Jadi kekurangan minat ini bisa dipicu oleh beberapa penyebab, pertama adakalanya bagi anak remaja konsep tentang Tuhan menjadi sesuatu yang asing. Sebelumnya karena dia percaya pada omongan orang tua, dia hanya melaksanakan apa yang dia percayai oleh orang tuanya, dia hanya meneruskan apa yang diyakini oleh mereka. Tapi pada usia remaja kemampuan berpikir abstraknya sudah berkembang si anak remaja mulai mempertanyakan apakah benar ada Tuhan misalnya seperti itu. Kenapa saya harus percaya kepada Tuhan, bagaimana Tuhan menolong saya, saya tidak melihat dia menolong saya, atau kami sudah berdoa kok orang ini atau anak ini tidak disembuhkan, katanya Tuhan menyembuhkan seperti yang dikatakan di Alkitab, kenapa tidak terjadi? Jadi pada masa ini anak-anak remaja mulai bertanya dan tindakan orang tua adalah mengertinya bukan memadamkan semangat si anak. Kadang kala orang tua langsung memarahi si anak, kamu ini kurang beriman, kamu jangan bicara seperti itu kepada Tuhan dan sebagainya, tidak, justru orang tua harus bergumul bersama dengan si anak. Ya...ya...mama juga tidak mengerti, kenapa Tuhan tidak menyembuhkan seperti yang kita doakan, nah kita terus bisa berkata, memang ternyata Tuhan tidak menyembuhkan semua orang, sebagian Tuhan sembuhkan, sebagian tidak Tuhan sembuhkan. Nah kalau kamu tanya kenapa kok tidak, sedangkan anak itu anak yang baik, akhirnya Tuhan kok membiarkan, misalnya sampai meninggal dunia, tidak tahu. Dan jangan kita menjawab karena Tuhan sayang kepada dia maka Tuhan ambil dia pulang ke Surga, si anak remaja akan berpikir wah.....Tuhan ini kalau Dia sayang Dia akan cabut nyawanya. Jadi menimbulkan konsep yang tambah keliru, nah lebih baik kita memberikan jawaban yang apa adanya sesuai dengan taraf pemikirannya. Bahwa kita pun tidak mempunyai jawaban terhadap hal ini, tapi yang kita tahu adalah kita sampaikan, Tuhan mendengar doa kita ini yang dikatakan dalam firman-Nya di Alkitab. Tuhan juga akan menjawab kita sesuai dengan kehendak-Nya dan pada waktu-Nya, nah kapan itu waktu-Nya sering kali juga kita tidak tahu. Nah jadi saya pikir pengertian kita sampaikan dan jawaban-jawaban yang jujur tanpa embel-embel, kita ini seolah-olah mempunyai jawaban semuanya, itu kita perlu sampaikan kepada si anak, sehingga dia akhirnya mengerti ini adalah bagian pertumbuhan iman, bagian pergumulan hidup sebagai seseorang yang percaya pada Tuhan Yesus.
GS : Nah memang itu menjadi kesulitan besar buat orang tua sekalipun itu orang tua Kriste, menghadapi anak-anak remaja yang biasanya dipasrahkan ke gereja dan sebagainya. Nah di gereja pun kadang-kadang anak-anak remaja mendengarkan khotbah yang sebenarnya bukan porsi untuk anak remaja itu. Nah, menurut Bu Atik sebenarnya khotbah-khotbah atau firman Tuhan apa yang cocok untuk anak-anak remaja ini?
RT : Saya setuju tadi yang dikatakan oleh Pak Paul, jadi kita mengangkat tema-tema yang memang menjadi interest mereka pada waktu itu. Yang saya pernah lakukan justru saya meminta mereka, jadi aya membuat suatu pertanyaan buat mereka apa yang menjadi unek-unek atau yang ada dipikiran mereka tentang apa yang mereka percaya selama ini, Kekristenan dan Tuhan Yesus.
Sehingga dari apa yang mereka tanyakan itu yang menjadi kebingungan lalu kita angkat tema-tema itu sehingga mereka sungguh menantikan, karena itu ditanyakan mereka coba kaitkan dengan pelajaran di sekolah juga sekarang sudah dipelajari banyak hal, entah mereka juga diajarkan teori evolusi, sehingga pada waktu itu diangkat, mereka menjadi tertarik. Mereka ingin tahu menurut firman Tuhan bagaimana ini dengan teori ini, menurut firman Tuhan bagaimana dengan yang disebut "bank theory" ini yaitu seperti itu. Jadi ada baiknya kalau pengurus daripada remaja ini sungguh mencoba menggali apa yang menjadi interest daripada remaja dan apa trendnya sekarang sehingga acara-acara, dibuatlah acara-acara yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan, tapi bisa dijadikan suatu sarana 'kan itu ada cara-cara yang sifatnya tidak mutlak, memang harus begitu mengikuti pola tertentu dan itu bisa menarik remaja untuk datang, karena itu sesuai dengan trend yang ada.
GS : Nah dari pertanyaan itu Bu Atik, biasanya masalah-masalah apa yang paling sering mereka pertanyakan?
RT : Yang selama ini dalam pengalaman pelayanan saya yaitu mereka sekarang sudah mulai belajar misalnya matematika segala macam lalu mereka mulai ingin membandingkan antara apa yang dikatakan d Alkitab dengan ilmu pengetahuan.
Jadi mereka ingin melihat keabsahan Alkitab, apalagi mereka sekarang sudah anak SMA, sudah masuk ke laboratorium, mereka bisa kemudian membuat percobaan-percobaan, mereka lalu ingin melihat bagaimana dengan Alkitab. Dan juga tema seperti apakah Allah ada, bagaimana Allah ada, bagaimana Alkitab ini bisa kita percaya dan sebagainya.
GS : Mungkin mereka mengharapkan atau mengharapkan jawaban apakah sebenarnya kekristenan itu relevan dengan kehidupan ini?
RT : Betul, dan satu hal yang ingin saya tambahkan, hal-hal yang mereka hadapi dalam realita kehidupan, bukankah dalam setiap zaman ada arusnya yang berbeda, trendnya berbeda, itu harus dimengeti oleh pengurus remaja dan itu perlu diangkat karena mereka perlu menghadapinya.
Seperti sekarang ini kasus narkoba, nah itu perlu diangkat hal yang seperti itu.
GS : Pak Paul, memang kalau tadi menyinggung narkoba dan sebagainya, ada kecenderungan remaja itu suka yang adventurir, yang berpetualangan. Nah apakah itu memang menjadi ciri remaja itu?
PG : Terutama remaja pria Pak Gunawan, jadi ada beberapa ketakutan remaja pria yang harus disadari oleh orang tua. Pertama saya kira mungkin ini wanita juga sama, Ibu Atik bisa memberikan inforasi, remaja putra itu takut sekali ditolak.
Kedua remaja putra itu takut sekali dihina, nah dihina ini bisa muncul dari beberapa sumber. Adakalanya remaja putra takut dihina, karena misalkan dia dianggap seperti banci, jadi pria itu takut dikatakan kamu seperti wanita, kamu banci. Artinya apa dia tidak bisa melakukan sesuatu yang diharapkan oleh teman-temannya, nah remaja putra itu peka dengan perkataan engkau tidak bisa, engkau tidak sanggup, engkau itu banci, nah itu suatu penghinaan yang besar sekali. Jadi saya tekankan remaja pria itu mempunyai dua ketakutan besar tersebut, takut ditolak oleh teman-temannya dan takut dihina. Nah supaya tidak ditolak dan supaya tidak dihina, akhirnya dia akan melakukan hal-hal yang dia tahu salah, yang dia tahu orang tua melarangnya. Tapi dia akan mencoba melakukannya supaya mendapatkan penerimaan dan penghargaan, tidak dihina oleh teman-temannya termasuk memakai obat-obat terlarang tadi. Sebab sekarang yang menjadi trend obat-obat tersebut, seolah-olah kalau tidak memakai obat itu tidak jantan, seolah-olah kalau dia tidak memakai obat itu dia menjadi orang yang tidak lagi berani. Nah pria atau remaja pria kadang-kadang terjebak, tergoda oleh tantangan seperti ini dan untuk membuktikan dirinya akhirnya dia memakai. Nah hal ini perlu kita bahas di rumah, jangan atau tidak cukup orang tua hanya berkata engkau tidak boleh memakai ini, orang tua harus menjelaskan kenapa tidak boleh pakai. Sama dengan hal-hal rohani yang tadi Pak Gunawan sudah diskusikan dengan Ibu Atik, saya kira sebetulnya tidak terlalu susah orang tua menjalankan tugas sebagai pembimbing rohani bagi anak-anak. Orang tua sendiri harus mempertanyakan dirinya dan kerohaniannya, harus menerapkannya sedetail mungkin. Misalkan gampang orang tua berkata percaya pada Tuhan, artinya apa percaya itu, nah bagikan pergumulan dia, waktu dia misalkan mencari pekerjaan dan sebagainya. Nah hal-hal itulah yang perlu dikomunikasikan sehingga anak mengerti artinya apa itu percaya.
GS : Memang kita harus bersyukur anak-anak kita bisa memasuki usia itu namun memang lebih banyak tantangan yang harus dihadapi, nah sehubungan dengan itu mungkin Pak Paul bacakan dari firman Tuhan.
PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 119:9-11, "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih, dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku akumencari engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu, dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau."
Pada masa remaja kita akan melihat bahwa anak-anak remaja itu mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Termasuk mudah untuk melakukan dosa, tadi kita sudah singgung sedikit, melakukan hal-hal yang memang tidak sehat. Nah oleh karena itulah sejak anak-anak kecil harus ditanamkan firman Tuhan, karena pada masa remaja meskipun seolah-olah dia mulai menolak atau mulai tidak menunjukkan minat pada hal-hal rohani, namun firman yang telah mereka dengarkan akan tetap tertanam dalam hatinya dan bisa berfungsi sebagai pengawas, sebagai pemandu bagi hidupnya. Jadi firman Tuhan menegaskan bahwa taruhlah firman Tuhan di dalam hatinya atau di dalam hati kita agar kita tidak berdosa, jadi inilah rahasia firman-Nya mempertahankan kelakuannya dengan bersih yaitu menjaganya sesuai dengan firman Tuhan.
GS : Jadi demikianlah tadi sebuah perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Ibu Dr. Rahmiati Tanudjaya dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami percaya acara ini pasti bermanfaat buat kita semua, dari studio kami mohon juga tanggapan saran serta pertanyaan-pertanyaan dari Anda yang bisa Anda alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 56 B
- Apa sebenarnya keunikan dari remaja….?
- Apa yang harus dilakukan orang tua dalam menghadapi remaja…?
- Bagaimanakah dengan perkembangan kehidupan rohani bagi remaja dan apakah yang harus dilakukan orang tua dalam hal ini…?