Saudara–saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami terdahulu dengan judul "Peran Iman dalam Pengambilan Keputusan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, karena ini merupakan kelanjutan dari perbincangan terdahulu, supaya pendengar kita yang mungkin yang lalu tidak sempat mendengarkan, kali ini bisa mengikuti perbincangan ini secara utuh, apakah Pak Paul bisa menguraikan secara cepat dan ringkas apa yang telah kita perbincangkan terdahulu?
PG : Kita membicarakan tentang pengambilan keputusan. Ada beberapa pedoman yang kita angkat untuk kita jadikan panduan. Yang pertama adalah kita harus bertanya terlebih dahulu apakah kita harus mengambil keputusan tersebut. Sebab ada kalanya kita tidak harus mengambil keputusan itu. Yang berikut adalah kita mesti berdoa meminta pimpinan Tuhan. Sejak saat kita berdoa, kita mesti meyakini Tuhan akan menunjukkan kehendak-Nya. Lewat firman-Nya, lewat situasi yang kita alami, atau lewat orang-orang yang kita temui. Yang ketiga kita harus mengumpulkan informasi selengkapnya. Memang tidak bisa sempurna, tapi cobalah cari informasi, jangan tergesa-gesa, ketahuilah lebih dalam lagi tentang hal yang harus kita putuskan. Yang keempat adalah jangan ragu untuk meminta pendapat orang lain, meminta masukan. Namun jangan sampai sedikit-sedikit minta pendapat orang. Jika kita sudah paham, ambillah keputusan sendiri. Namun bila sudah berkeluarga, sudah tentu keputusan tersebut harus kita konsultasikan dahulu dengan suami atau istri kita. Pedoman kelima adalah kita mesti mempertimbangkan dua kemungkinan, yang terbaik dan yang terburuk. Kadang karena sudah terlalu ingin dan begitu bernafsu, kita mengabaikan kemungkinan terburuk. Jangan ! Kita harus lihat dua-duanya. Yang terakhir adalah jangan ragu untuk mengevaluasi ulang keputusan yang telah kita ambil. Kenapa ? Karena ada informasi baru yang kita ketahui. Memang ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah lagi. Kita sudah menikah, ya kita tidak bisa berkata, "Maaf, saya ulang lagi. Saya tidak jadi memilih kamu". Tidak bisa begitu ! Tapi ada hal-hal lain yang masih bisa kita revisi. Jangan ragu untuk berkata,"Ternyata keputusan saya keliru, sekarang saya mau ubah atau melakukan hal yang berbeda".
GS : Pak Paul, sekalipun kita sudah berusaha maksimal untuk mengambil keputusan yang benar, tetapi sebagai orang yang beriman kita tetap tahu bahwa sebenarnya penentu terakhir adalah dari pihak Tuhan sendiri. Jadi kita perlu mendekatkan diri, perlu meminta bimbingan dan petunjuk dari Tuhan, ya Pak Paul.
PG : Ya.
GS : Disini peranan iman penting sekali. Ini berkaitan dengan hubungan Tuhan, sehingga kita harus beriman. Bagaimana aplikasinya, Pak Paul?
PG : Ini pertanyaan yang baik, Pak Gunawan. Sebab kita tahu manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Jadi mungkin ada di antara kita yang berkata, "Kenapa kita pusing-pusing merencanakan? Akhirnya Tuhan yang menentukan". Jadi kita mau bahas ini, mungkin saya tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, tapi saya mau mengajak kita memikirkan hal ini dengan lebih seksama. Yaitu peranan iman dan Tuhan dalam pengambilan keputusan. Yang pertama yang mesti kita ketahui adalah, Tuhan Yesus sendiri mendorong kita untuk meminta ! Sebagaimana dicatat dalam Matius 7:7,"Mintalah maka akan diberikan kepadamu; Carilah maka kamu akan mendapat; Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu". Singkat kata, berdoa dan meminta sesuatu kepada Tuhan adalah hak istimewa yang diberikan oleh Allah Bapa kepada kita anak-anak-Nya untuk dimanfaatkan. Jika demikian, meminta Tuhan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan adalah suatu tindakan yang selayaknya dilakukan. Tuhan tidak akan memberikan perintah itu kalau Dia tidak serius. Dia pasti serius waktu Dia berkata, "Mintalah... Ketoklah... maka pintu akan dibukakan". Dia benar-benar ingin mengatakan hal itu kepada kita. Jadi waktu kita mau mengambil keputusan, jangan ragu untuk datang dan meminta Tuhan menuntun. Ini juga perintah Tuhan.
GS : Ini sesuatu yang positif dan aktif dimana Tuhan minta kita melakukan sesuatu sebelum kita mengambil keputusan. Seperti "mintalah, carilah, ketoklah" itu adalah kata-kata kerja aktif yang Tuhan minta dari kita. Karena banyak orang yang berkata kalau sudah berdoa, ya berdoa saja secara pasif tanpa ada usaha apa-apa. Bagaimana ini, Pak Paul?
PG : Betul. Dari sini kita bisa melihat Tuhan meminta kita untuk berperan aktif, sebab rupanya dalam penggenapan atau dalam pemberian jawaban nantinya ada bagian kita pula, Pak Gunawan. Jadi Tuhan akan meminta kita berperan di dalam pengambilan keputusan ini. Dan keputusan akhir juga akan melibatkan kita. Jadi meskipun Tuhan yang menentukan, Dia melibatkan kita dalam prosesnya.
GS : Jadi Tuhan menghendaki kita tidak pasif dan pasrah begitu saja tanpa berupaya sesuatu, begitu Pak Paul ?
PG : Betul !
GS : Selanjutnya, hal apa lagi yang perlu kita pahami, Pak Paul ?
PG : Hal kedua yang perlu kita pahami adalah pada umumnya Tuhan memandu kita sampai kepada kehendak-Nya, bukan memberikan jawaban secara langsung. Jadi dalam pengambilan keputusan, pada hakikinya Tuhan tidak memberitahukan keputusan apa yang mesti diambil. Tidak! Ada kalanya Tuhan memang melakukannya tapi tidak sering. Biasanya Tuhan menuntun lewat proses waktu dan pengambilan keputusan hingga kita sampai pada suatu keputusan. Sekali lagi yang penting kita mengerti cara Tuhan menjawab doa kita waktu kita meminta-Nya memandu kita dalam pengambilan keputusan. Dia akan mendampingi, bersama dengan kita, menuntun kita. Tetapi Dia jarang langsung memberikan jawaban itu kepada kita. Jadi yang terpenting kita menyatakan ketaatan kepada kehendak-Nya yang final, memasang telinga dan membuka mata untuk melihat apa pun yang Tuhan hadirkan untuk menyatakan kehendak-Nya sedikit demi sedikit. Sudah tentu apapun yang mesti diputuskan tidak boleh melanggar perintah-Nya yang tersurat di Kitab Suci.
GS : Artinya tidak ada pengambilan keputusan yang bisa dilakukan secara instan. Harus lewat proses tahap demi tahap yang harus dilalui, Pak Paul?
PG : Ya. Sebagai contoh, orang yang masih muda yang sedang berpacaran ‘kan sering berdoa, "Apakah ini jodohku, Tuhan?" Yang diharapkan adalah suatu jawaban langsung, "Ini jodohmu" atau "Ini bukan jodohmu". Tidak! Tuhan tidak bekerja dengan cara seperti itu. Jadi Tuhan meminta kita untuk menjalani proses mengenal dia terlebih dahulu sama seperti orang lain. Namun dalam proses mengenal dia, Tuhan akan memandu. Dia akan membukakan mata kita melihat hal-hal yang perlu kita lihat dalam relasi ini. Nanti makin banyak bukti baik itu cocok ataupun tidak cocok, makin kita tahu keputusan apa yang harus kita ambil. Waktu kita mengambilnya berdasarkan apa yang telah terjadi dan berdasarkan apa yang telah Tuhan bukakan bagi kita, yakinlah bahwa memang itu adalah kehendak Tuhan.
GS : Walaupun itu kadang-kadang sesuatu yang sulit untuk kita terima pada saat Tuhan memberikan jawaban itu, Pak Paul?
PG : Ya, betul Pak Gunawan.
GS : Selain kita harus taat pada pimpinan atau panduan yang Tuhan berikan pada kita karena jawaban itu tidak diberikan secara langsung, apakah ada hal lain yang perlu kita perhatikan?
PG : Ada, Pak Gunawan. Hal yang ketiga yang penting kita lakukan adalah setelah menjalani proses pengambilan keputusan dan meminta tuntunan Tuhan, ambillah keputusan yang terbaik dan dengan iman terimalah itu sebagai kehendak Tuhan. Saya ulang lagi, setelah kita menjalani proses pengambilan keputusan, mengumpulkan data, meminta pendapat dan sebagainya, dan meminta tuntunan Tuhan, ambillah keputusan yang terbaik dan dengan iman terima itu sebagai kehendak Tuhan. Firman Tuhan di Yakobus 1:6-8 berkata, "Hendaklah ia memintanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang. Sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira dia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya." Dengan kata lain, apabila kita terus mempertanyakan apakah keputusan ini berada dalam kehendak Tuhan, itu berarti sama dengan kita berkata bahwa Tuhan belum membimbing kita kepada kehendak-Nya. Kalaupun kita keliru menafsir kehendak Tuhan, kita tidak perlu mengkhawatirkan hal itu sebab Dia pasti sanggup meluruskan langkah hidup kita. Jadi maju! Kalau kita sudah pertimbangkan ini yang terbaik dan kita sudah meminta pimpinan Tuhan, ambil keputusan yang terbaik.
GS : Sulitnya dalam pengambilan keputusan itu kita dipengaruhi oleh emosi atau perasaan kita pada saat keputusan tersebut kita ambil, Pak Paul. Sehingga kadang-kadang kita menunda-nunda dan tidak memutuskannya sekarang, sehingga orang lain melihatnya seperti kebimbangan yang tidak ada selesainya dalam kehidupan ini.
PG : Betul! Memang ada orang-orang tertentu yang emosinya kuat sehingga mudah sekali diayun-ayunkan oleh emosi itu, Pak Gunawan. Untuk orang yang seperti ini, saya sarankan selalu tuliskan pertimbangan itu supaya dia bisa membacanya. Karena apa yang dituliskan itu seolah-olah menjadi sebuah fakta, bukan hanya di pikirannya. Setelah dia tuliskan kenapa dia harus ambil keputusan ini, sewaktu dia bimbang, dia bisa membacanya lagi, sehingga dia diingatkan kembali. Mudah-mudahan dengan cara itu hatinya lebih teguh untuk tetap berjalan.
GS : Ya. Tapi sebenarnya Tuhan tidak menghukum atau mencela orang yang punya kebimbangan atau keragu-raguan yang seperti itu. Misalnya seperti Tomas yang meragukan kebangkitan Tuhan Yesus, ini bukan keputusan tapi kenyataan yang dihadapi. Tapi dalam keputusan ‘kan juga seperti itu, Pak Paul. Tuhan cukup panjang sabar menantikan kita untuk sampai pada proses yang benar.
PG : Betul. Tentang sabar menunggu, pasti ya Tuhan akan sabar menunggu. Namun firman Tuhan di Yakobus 1:6-8 memang hendak membicarakan faktanya, Pak Gunawan. Yaitu jika kita terus-menerus tidak bisa berkata ini adalah kehendak Tuhan. Bingung terus walaupun sudah meminta dan Tuhan sudah menunjukkan kehendak-Nya dengan lebih jelas setiap hari, kita masih bingung-bingung. Kata Yakobus, kita akan sama seperti orang yang diombang-ambingkan kesana-kemari oleh angin, seperti gelombang. (Dan ini peringatan yang agak tegas) Dan orang yang demikian janganlah mengira dia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Artinya dia tidak akan bertemu jawabannya. Tuhan tidak marah. Tapi ini akan merugikan kita sendiri. Begitu, Pak Gunawan.
GS : Seringkali pengalaman yang lampau mempengaruhi, Pak Paul. Misalnya dulu kita pernah bulat hati berkata, "ini adalah kehendak Tuhan", namun ternyata bukan. Sehingga pada waktu mengambil keputusan yang lain di kemudian hari, dia mulai gamang atau ragu-ragu, jangan-jangan peristiwa yang lalu terulang lagi. Saya bilang ini kehendak Tuhan ternyata bukan.
PG : Begini, Pak Gunawan. Kalau memang dalam pengambilan keputusan kita sudah berdoa, benar-benar meminta Tuhan menuntun kita dan dalam prosesnya kita sudah melakukan semua yang harus kita lakukan: mengumpulkan data, konsultasi, dan sebagainya. Tapi setelah kita ambil keputusan itu ternyata keliru, kita pun juga harus berkata berarti kekeliruan kita ini ada di dalam kehendak Tuhan, sebab kita manusia hanya bisa melihat sejauh ini, berpikir hanya sedalam ini. Kalau kita sudah melakukan apa yang harus kita lakukan, tapi tetap hasilnya tidak tepat sasaran, kita tetap harus berkata "ya ini berarti kekeliruan yang ada dalam kehendak Tuhan pula". Ada yang ingin Tuhan lakukan. Dan karena Dia adalah Tuhan yang tak terbatas, kalaupun keliru, nantinya Dia akan sanggup membelokkan kita kembali, mengembalikan kita kepada hal yang memang lebih baik lagi.
GS : Kita memang perlu melihat bahwa kekeliruan itu juga dalam kehendak Tuhan. Ini seolah-olah kita berkata bahwa Tuhan membiarkan kekeliruan itu terjadi dalam hidup kita ini, Pak Paul?
PG : Kadang untuk tujuan tertentu, Pak Gunawan. Tujuan yang memang buat Tuhan ini penting.
GS : Jadi yang salah bukan Tuhannya, ya Pak Paul. Tapi kita sebagai manusia pengambil keputusan ini yang seringkali keliru dalam menyikapi suatu peristiwa.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Hal yang lain yang perlu diperhatikan apa, Pak Paul?
PG : Hal keempat yang patut kita perhatikan adalah dalam kasus tertentu Tuhan akan mengambilkan keputusan buat kita. Ini juga terjadi. Sebagai contoh, seringkali Tuhan memanggil kita sebagai hamba-Nya di luar proses pengambilan keputusan. Kita sama sekali tidak memikirkannya apalagi merencanakan untuk menjadi pelayan Tuhan. Tidak ada pikiran itu. Namun secara tiba-tiba panggilan itu datang dan kita harus memberi tanggapan kepada-Nya. Atau ada kalanya Tuhan meminta kita melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak ada di benak kita sama sekali. Dalam kasus khusus seperti itu sudah tentu tindakan yang tepat adalah menaati suara Tuhan. Walaupun tidak nyaman dan tidak sesuai dengan kehendak pribadi.
GS : Ya, itu yang dilakukan Abraham dalam mempersembahkan Ishak, anaknya, karena Tuhan yang minta. Atau Saulus yang bertemu Tuhan di perjalanan di Tarsus. Dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya ya dia melakukan itu, Pak Paul.
PG : Ya dan memang mereka sama sekali tidak pernah merencanakan. Jadi ada kalanya Tuhan membuatkan keputusan buat kita. Dan yang Dia harapkan pada saat itu adalah kita menaati-Nya.
GS : Ya. Tapi ada juga yang tidak taat seperti Yunus. Sekalipun Tuhan sudah menghendaki dia melakukan sesuatu di Niniwe, dia tetap berkata bukan. dia tidak mau ke sana, Pak Paul. Itu menimbulkan kesengsaraan pada akhirnya.
PG : Kita tetap harus tetap ingat bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat. Jadi jangan menuntut Tuhan seolah-olah selalu harus berkonsultasi dengan kita, merencanakan bersama-sama dengan kita. Tidak! Ada hal-hal yang Tuhan undang kita dalam perencanaan-Nya. Ada! Tapi ada hal-hal yang memang Dia tidak melibatkan kita. Dia langsung tetapkan dan Dia harapkan kita untuk menaati-Nya.
GS : Ya itu memang Tuhan punya hak prerogatif yang bisa dilakukan atas kita sebagai ciptaan-Nya. Dia Pencipta kita jadi kita harus tunduk.
PG : Betul.
GS : Tetapi untuk menundukkan diri kadang kita kesulitan, Pak Paul.
PG : Ya, saya mengerti. Karena ini benar-benar di luar jalur. Kita tidak merencanakannya tetapi tiba-tiba Tuhan mengintervensi dan menetapkan sesuatu buat kita. Ini memang tidak gampang. Tapi kita mesti percaya, jika itu terjadi, ada kepentingan yang lebih luas yang sedang Tuhan rencanakan.
GS : Tetapi biasanya pada awal-awalnya terjadi pemberontakan dalam diri kita, Pak Paul. Untuk tidak bisa langsung menerima apa yang Tuhan tetapkan itu. Apalagi bila itu bertentangan dengan apa yang kita ingini.
PG : Ya, memang tidak mudah menerima keputusan Tuhan yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Itu susah, Pak Gunawan.
GS : Jadi selanjutnya apa yang perlu kita lakukan, Pak Paul ?
PG : Hal yang kelima yang mesti kita camkan adalah semurni dan sebaik apapun motivasi di belakang keputusan yang akan dibuat, kita harus terbuka dengan tuntunan Tuhan yang berbeda. Tidak jarang Tuhan membelokkan arah perjalanan yang kita tempuh dalam proses pengambilan keputusan. Mungkin kita berpikir bahwa kita telah salah melangkah, namun sebenarnya kesimpulan itu belum tentu benar. Seringkali Tuhan mendorong kita mengambil langkah menuju suatu titik tertentu terlebih dahulu. Baru setelah itu Dia mengubah arah haluan ke sebuah keputusan yang sama sekali tidak terpikir sebelumnya. Jadi sekali lagi, jika kita sudah berdoa dan percaya dengan iman bahwa Dia sudah menjawab doa dan tengah memandu kita kepada kehendak-Nya, jangan ragu untuk mengikuti pimpinan-Nya, Pak Gunawan.
GS : Ini butuh semacam latihan atau kepekaan kita untuk tahu bahwa ini adalah kehendak Tuhan, ini adalah pimpinan Tuhan. Tanpa itu akan sulit, Pak Paul.
PG : Ya. Kalau kita memang sudah berdoa dan ini adalah yang Tuhan tunjukkan, ya dengan iman kita terima. Memang kadang-kadang saya perhatikan Tuhan bekerja dengan cara seperti itu, Pak Gunawan. Kita pikir kita akan jalan dari A, lewat B, kemudian ke C. Apa mau dikata, Tuhan memang pimpin kita dari A ke B. Dari B Dia tidak pimpin kita ke C, Dia pimpin kita ke D. Ini yang membuat kita bingung pada awalnya dan sulit menerimanya. Tapi kalau kita sudah di B dan ternyata Tuhan belokkan ke D bukannya ke C, kita juga mesti siap dengan tuntunan Tuhan yang membelokkan arah hidup kita.
GS : Ya. Memang hal itu pernah terjadi, misalnya dalam perjalanan pemberitaan Injil Rasul Paulus yang dicegah oleh Tuhan untuk memasuki suatu wilayah dan dialihkan ke wilayah yang lain, Pak Paul. Dan itu bisa terjadi pada saat ini dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang kita inginkan, apa yang kita tuju, tetapi Tuhan membelokkan itu, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi kadang-kadang kita menyimpulkan bahwa dari awal kita sudah salah. Soalnya dari A ke B kok terus ke D. Dari awal A sudah salah. Tidak, seringkali Tuhan memang menuntun kita dari A ke B dulu. Jadi setelah kita berdoa, Tuhan menuntun kita dari A ke B. Tapi setelah di B, Dia memang tidak menghendaki kita ke C, Dia mau kita ke D. waktu itu terjadi, kita mesti menaati Tuhan.
GS : Itu yang membuat kita harus taat kepada tuntunan Tuhan hari demi hari, Pak Paul. Tidak bisa hanya dilihat pada saat terakhirnya atau pada awalnya saja.
PG : Memang Tuhan tidak selalu membukakan pemahaman kita untuk mengerti, Pak Gunawan. Karena pada akhirnya, ketaatan yang beriman justru berharga di mata Tuhan. Sangat bernilai di mata Tuhan. Kalau kita taat karena sudah mengerti, sebetulnya derajat imannya berkurang banyak, Pak Gunawan. Sekali lagi, pokoknya ikuti dan taati saja perintah Tuhan meskipun kita tidak begitu mengerti kehendak-Nya.
GS : Ada sepasang suami-istri yang sekian lama tidak punya anak. Setelah berdoa, sepakat untuk mengadopsi anak, Pak Paul. Ternyata setelah mengadopsi anak, istrinya hamil. Jadi mereka berkata, "Buat apa kita mengadopsi anak, karena Tuhan memberi anak sendiri buat kita?" Ini berpengaruh pada kasih mereka kepada anak yang diadopsi maupun kepada anaknya sendiri, Pak Paul.
PG : Saya tahu kalau kasus ini terjadi biasanya pertanyaan yang muncul,"Kalau tahu begini, kami tidak mengadopsi". Tapi kita lupa melihatnya dari sudut Allah, bahwa Tuhan memang menghendaki kita mengadopsi sebab Tuhan sayang anak itu. Dia mau kita merawatnya. Kalau bukan kita, siapa yang merawatnya? Tuhan seolah-olah menunda kita memunyai anak supaya kita bisa menaati Tuhan untuk mengadopsi anak tersebut.
GS : Jadi rencana Tuhan itu selalu lebih besar dari apa yang bisa kita pikirkan, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan.
GS : Apakah masih ada hal lain yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Hal yang terakhir adalah kadangkala Tuhan memimpin kita kepada keputusan yang merugikan kita. Ini susah untuk kita terima. Karena kita hanya mau melakukan sesuatu yang akan menguntungkan kita. Tapi tidak! Kadangkala Tuhan memimpin kita kepada keputusan yang akan merugikan kita. Pada waktu Dia melakukan hal itu, yakinlah bahwa kerugian itu berada dalam kehendak-Nya dan demi kepentingan kita pula. Tidak selalu Tuhan menuntun kita kepada keputusan yang membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Saya berikan contoh tentang Corrie ten Boom. Dia beserta ayah dan kakaknya memutuskan untuk menyembunyikan orang Yahudi dari kejaran tentara Nazi Jerman. Mereka sadar sepenuhnya akan konsekuensi perbuatan mereka. Walau begitu mereka berharap Tuhan akan melindungi mereka sewaktu mereka menyembunyikan orang-orang Yahudi di rumah mereka. Mereka orang Belanda bukan orang Yahudi. Ternyata tidak ! Ternyata Tuhan tidak melindungi mereka karena akhirnya mereka ketahuan dan keputusan itu berakibat fatal. Mereka ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Ayah dan kakak Corrie meninggal dalam penjara. Jadi itu sebuah kerugian yang besar. Kesimpulannya Tuhan memimpin Corrie ten Boom kepada keputusan yang merugikannya namun sebagaimana kita ketahui pada akhirnya membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Nah, ini yang sulit kita lihat tapi ujungnya adalah kemuliaan nama Tuhan.
GS : Bagi orang-orang yang tidak sungguh-sungguh di dalam mengikut Tuhan, hal ini bisa membuatnya kecewa kepada Tuhan, ya Pak Paul.
PG : Ya, betul.
GS : Paling tidak timbul pertanyaan-pertanyaan di dalam dirinya, "apa betul ini Tuhan" atau semacamnya.
PG : Jadi memang mengikut Tuhan bukan untuk menguntungkan kita. Tapi mengikut Tuhan supaya nama Tuhan dipermuliakan.
GS : Bahkan di kalangan orang Kristen sendiri dikatakan bahwa kita yang keliru, padahal kita sudah bergumul dengan sungguh-sungguh. Seperti Corrie ten Boom, saya yakin mereka sekeluarga sudah memikirkan hal itu, tapi kenyataannya seperti ini. Dan hal yang memuliakan Tuhan itu baru terjadi sekian tahun berikutnya.
PG : Betul. Kita tidak mungkin mengerti rencana Tuhan itu.
GS : Pak Paul, ini adalah sesuatu perbincangan yang penting dan sangat bermanfaat untuk kita laksanakan di dalam hidup ini. Sebelum kita mengakhiri perbincangan ini, adakah ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Amsal 16:3 mengingatkan, "Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu". Tugas kita sebagai anak Tuhan adalah mengerjakan bagian kita dalam proses pengambilan keputusan dan terus berdoa selama proses berlangsung. Setelah itu serahkanlah hasil akhirnya kepada Tuhan. Biar Tuhan menentukan dan dengan iman kita percaya bahwa apapun hasilnya itu berada dalam kehendak Tuhan.
GS : Yang sulit itu karena kita menganggap hasilnya tergantung kita, bukan tergantung Tuhan. Dan belajar berserah ini memang sesuatu yang harus diawali dengan ketaatan kepada Tuhan itu tadi. Pak Paul, terima kasih untuk perbincangan ini.
PG : Terima kasih, Pak Gunawan.
GS : Para pendengar sekalian, kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Peran Iman dalam Pengambilan Keputusan" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org . Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.