Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Konflik dan Pertumbuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Biasanya Pak Paul, yang namanya konflik itu justru menghancurkan suatu pertumbuhan, mematikan hubungan dan sebagainya tetapi kali ini di dalam perbincangan, kita akan melihat bahwa konflik itu bisa memberikan suatu pertumbuhan di dalam suatu pernikahan. Apa memang seperti itu Pak Paul?
PG : Memang seperti itu Pak Gunawan. Jadi sebetulnya kalau saja kita bisa mempunyai sikap positif bahwa konflik seharusnya dapat menjadi pertolongan bagi kita bertumbuh maka kita akan menghadap dan menyelesaikan konflik secara positif.
Tapi kalau kita sudah mempunyai konsep yang salah tentang konflik, dan berkata bahwa, "Sudahlah memang kita tidak bisa sama-sama, kita seharusnya tidak menikah dan sebagainya," maka konflik semakin melebar. Jadi seyogianya kita mempunyai sikap bahwa konflik memang tidak enak, memang menyakitkan tapi Tuhan dapat mengubah konflik menjadi titik balik untuk kita bertumbuh. Dengan sikap seperti ini, nantinya konflik justru akan berguna, digunakan Tuhan dan digunakan kita berdua sebagai titik balik menolong kita bertumbuh.
GS : Apakah tidak dipengaruhi dengan tingkat konflik itu sendiri Pak Paul, maksudnya tidak terlalu parah atau bagaimana?
PG : Kalau konflik sudah terlalu parah sekali, kita susah untuk berkata bahwa "Ok, Tuhan dapat memakai konflik ini sebagai titik balik untuk kita bertumbuh," karena kita belum bisa melihat samasekali.
Tapi apa pun yang menjadi masalah, seyogianya kita tetap memelihara sikap positif itu bahwa meskipun kita tidak bisa melihatnya sekarang, kita tidak bisa mengerti bagaimana nanti akan diubah oleh Tuhan, tapi kita percaya bahwa kalau dua-dua mau menyelesaikannya bukan saja konfliknya akan selesai tapi nantinya akan menjadi alat yang Tuhan gunakan untuk menolong kita bertumbuh.
GS : Konkretnya sikap positif itu seperti apa, Pak Paul?
PG : Misalkan Pak Gunawan, kita tahu bahwa konflik itu akan memaksa kita melihat masalah. Kita sebenarnya mempunyai kecenderungan tidak mau melihat masalah tapi karena kita ini bersikap, "OK, knflik ini bisa menolong kita untuk bertumbuh," akhirnya kita bersedia melihat masalah.
Waktu pasangan memunculkannya, kita tidak langsung menyangkalnya atau menyalahkan dia, kita terbuka untuk, "Baiklah saya mau dengarkan," ini langkah yang seharusnya kita ambil. Jangan menepis, jangan menyangkal, jangan menyalahkan tapi mari ceritakan saya mau dengarkan. Sikap yang menyambut dan mau mendengarkan, menolong pasangan untuk membicarakan persoalan yang dihadapinya, konflik yang dihadapi dengan kita. Akhirnya apa yang terjadi? Waktu kita berhasil menyelesaikan problem kita, berarti tersingkirlah kerikil yang tadi mengganggu kita sebab konflik menunjukkan adanya problem. Tapi kalau kita berkata, "Konflik ini akan menolong saya melihat problem itu," akhirnya kita bisa selesaikan dan karena kita selesaikan berarti kerikil itu hilang. Karena kerikil itu hilang, kita berdua berjalan lagi dengan jauh lebih nyaman.
GS : Tapi kesulitan dari pasangan adalah justru melihat masalah itu secara konkret Pak Paul? Biasanya masalahnya sendiri tidak terlihat?
PG : Maka kita harus mengangkat masalah. Sebelum mengangkat masalah dia harus memikirkan cara terbaik mengkomunikasikannya supaya pasangan dapat melihat. Adakalanya dia sendiri masih kurang jels, kalau disini kurang jelas dia bisa berkata, "Saya sendiri kurang jelas bagaimana, tapi ini yang saya sudah rasakan.
Nanti kalau saya sudah ada contoh yang lebih konkret saya beritahukan," tidak apa-apa berkata seperti itu dan memang misalnya muncul contoh konkret, silakan nanti dibagikan dengan pasangannya itu.
GS : Yang lain apa Pak Paul?
PG : Yang lain adalah konflik sebetulnya membuka kesempatan kepada kita menguasai keterampilan baru, cara-cara baru untuk menyelesaikan masalah. Misalkan cara-cara baru adalah cara baru memaham pasangan, karena kita memiliki konflik maka pasangan berkata, "Saya minta kamu memahami saya, saya orangnya seperti ini," baiklah jadi dia sekarang menambah pemahamannya tentang si pasangan dan waktu misalkan si pasangannya diam, itu berarti bukannya pasangannya tidak mau bicara dengan dia tapi pasangannya memang perlu waktu sejenak untuk bisa memikirkan dengan jernih, duduk masalahnya.
Baru nanti mengutarakannya, "Jadi itu caramu," dia mempelajari satu keterampilan baru, sekarang dia menguasai pemahaman tentang pasangannya. Atau dia belajar menyelaraskan perbedaan, dulu dia belum bisa, kalau ada perbedaan langsung marah, bertengkar dan sebagainya dan sekarang dia belajar, "Tidak harus seperti itu," dia bisa berbicara baik-baik, disampaikan secara baik-baik dan yang penting saya cari waktu yang baik sehingga pasangan bisa mendengarkan dengan lebih baik tapi ternyata semua bisa selesai. Memang kita berdua berbeda tapi kita bisa terima perbedaan ini dan perbedaan itu tidak harus menjadi duri yang menyakiti satu dengan yang lain. Akhirnya ketemu caranya, misalkan yang lain lagi adalah cara mengendalikan emosi, dulu kita tidak bisa, emosi langsung keluar dan keluar tapi sekarang kita belajar. Kalau saat marah diam dan jangan bicara dulu, keluar sebentar jalan-jalan, tarik napas, tenangkan diri, jangan bicara sebab kalau bicara kita tidak bisa lagi mengontrol. Jadi lebih baik diam, kita belajar suatu keterampilan baru disitu. Atau kita belajar cara kreatif memulihkan hubungan misalkan dengan mengajak pasangan kita untuk duduk minum teh bersama, "Sudahlah kita jangan bicarakan lagi, mari kita duduk bersama minum teh." Atau "Mari kita keluar jalan-jalan, mungkin pikiran kita lebih segar." Artinya kita mempelajari cara-cara kreatif untuk membereskan masalah, semua diawali oleh konflik. Jadi konflik memberi kita kesempatan mempelajari metode-metode baru untuk menyelesaikan konflik itu sendiri.
GS : Jadi sebenarnya ada cukup banyak cara yang tersedia untuk menyelesaikan konflik itu, Pak Paul. Dan yang menjadi masalah adalah apakah kita mau belajar dan apakah pasangan kita mau mengajarkan suatu pola yang baru itu kepada kita?
PG : Betul, itu dua kunci yang sangat penting. Setidaknya harus berani mengakui, mau belajar, mau minta bantuan pasangan kita dan pasangan mengulurkan tangan membantu. Kalau memang ini kelemaha dari diri kita maka biarkan dia menolong kita, jangan malah menjelek-jelekkan atau malah menghina kita.
GS : Kalau ada cara baru dan tidak kita coba memang kita tidak tahu bahwa itu bisa menyelesaikan konflik, Pak Paul?
GS : Yang lainnya apa Pak Paul?
PG : Ada dua lagi Pak Gunawan. Yang ketiga adalah konflik menyadarkan pasangan bahwa kebutuhan dan pengharapan kita belum terpenuhi, dengan perkataan lain konflik bisa berfungsi sebagai lampu mrah, lampu peringatan, stop dulu ada yang belum beres, stop dulu saya punya kebutuhan.
Kita kadang-kadang berjalan dalam hidup dan lupa kalau pasangan kita punya kebutuhan, dengan adanya konflik maka muncul, "Ini kebutuhanmu, saya tidak tahu. Sekarang saya sudah tahu dan saya diingatkan, baiklah saya akan lebih berhati-hati, saya akan lebih memenuhi kebutuhanmu." Sehingga tadinya kebutuhan tak terpenuhi sekarang terpenuhi. Berarti apa? Bukan saja masalah selesai tapi relasi akan membaik karena kebutuhan tadi itu membuat dirinya pincang, sekarang sudah terpenuhi dia sudah tidak pincang lagi. Dia pun lebih bisa memberi sepenuhnya kedalam pernikahan ini.
GS : Tapi itu sekaligus mengingatkan pasangan yang satunya untuk berani memberi tahukan kebutuhannya tanpa menunggu sampai timbul konflik Pak Paul?
PG : Seyogianya begitu. Jadi seyogianyalah kita memberanikan diri untuk membagikan kebutuhan kita kepada pasangan dan kalau memang itu adalah kebutuhan kita, pasangan seyogianya juga mendengarkn dan mencoba untuk memenuhinya.
Tapi hidup tidak ideal jadi kadang-kadang kita tidak melakukannya. Atau kita sudah melakukannya tapi pasangan tidak memberikannya kepada kita. Makanya muncul konflik, jadi konflik harus muncul seakan-akan sebagai lampu peringatan. Tolong stop dulu ingat aku, ingat kebutuhanku, jangan jalan dulu, jangan jalan sendirian.
GS : Yang terakhir apa Pak Paul?
PG : Yang terakhir adalah konflik bisa berfungsi untuk membuat pasangan melihat dari kacamata kita dan bukan hanya dari kacamatanya sendiri. Kadang-kadang kita jalan berdua tapi mata memandang ua hal yang berbeda, terus begitu dalam pernikahan.
Konflik seperti lubang dalam jalanan, kita sedang naik mobil atau naik motor dan sedang melamun, tahu-tahu kita melihat ada lobang "Duak," akhirnya kita melek mata, sadar lagi, kaget. Pernikahan adakalanya seperti itu, karena kita tidak jaga, tapi itu hal yang lumrah. Kita menjalani pernikahan, suami kerja apa? Istri kerja apa? Lebih banyak dimana? Suaminya lebih banyak dimana? Akhirnya mulai terpisah, mulai terpaut, cara pandang mulai berbeda lagi, tidak sama lagi. Dulu saat pacaran intensif ketemu, banyak hal-hal disamakan dan sekarang mulai terpisah, akhirnya konflik muncul. Waktu konflik muncul, kita disadarkan "Benar ya, kamu lain dengan saya." Kita dipaksa kembali untuk menyatu dan yang penting melihat dari kacamata pasangan kita. Kita dipaksa melihat kembali dari kacamatanya sehingga waktu kita bertindak atau memutuskan sesuatu tiba-tiba otak kita sudah terbiasa tidak hanya memikirkan menurut saya bagaimana, tapi pikirkan juga menurut istri saya atau suami saya bagaimana. Waktu kita mengambil keputusan kita langsung mengawinkan keduanya, "Baiklah ini yang pasangan saya pikirkan saya begini. Baik kalau begitu kita harus putuskan yang cocok untuk keduanya, bukan hanya untuk saya."
GS : Jadi pasangan mempunyai kesempatan untuk menyamakan pandangan mereka terhadap sesuatu masalah atau sesuatu yang harus dikerjakan bersama-sama?
PG : Betul. Konfliklah yang menjadi anjlok.
GS : Dan untuk pertumbuhannya Pak Paul, segala sesuatu yang bertumbuh membutuhkan kondisi atau syarat tertentu. Dan kalau konflik dihubungkan dengan pertumbuhan, syarat-syaratnya apa Pak Paul?
PG : Kita pasti berkata dan saya yakin, "Baiklah saya mau bertumbuh lewat konflik," dan kita akan bahas beberapa cara praktisnya tapi memang sebelumnya kita harus bicarakan kondisinya. Pertama dalah kalau mau mengubah konflik menjadi pertumbuhan, kita mesti bisa melihat diri kembali, bisa bercermin, bisa mengintrospeksi diri apa yang menjadi bagian kita.
Tapi untuk orang yang terlalu defensif atau terlalu mudah menyangkal tanggung jawab, menyalahkan orang, tidak bisa Pak Gunawan. Walau lidah kita sampai lepas pun tidak bisa meyakinkan dia karena dia selalu melihat orang, tidak pernah melihat dirinya. Yang kedua adalah dia mesti mempunyai kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan meminta bantuan. Orang yang sudah tinggi hati Pak Gunawan, sebetulnya hampir mustahil bisa hidup di dalam pernikahan. Jadi kalau orang yang tinggi hati itu menikah, sebetulnya dia hidup sendiri, pasangannya harus ikut dia dan itu bukan pernikahan dan pernikahan merupakan sebuah penyatuan. Dalam kasus ini kalau dia mau mengubah konflik menjadi pertumbuhan maka dia harus berani katakan, "Saya salah dan saya mau belajar, saya mau minta maaf dan tolong saya dan sebagainya," dan itu yang diperlukan.
GS : Jadi harus berawal dari dirinya sendiri bukan dari pasangannya Pak Paul?
PG : Tepat sekali. Dia harus melihat dirinya, berani mengakui kesalahan bahkan meminta maaf dan meminta pertolongan.
GS : Caranya bagaimana?
PG : Ada cukup banyak Pak Gunawan, yang kita akan bahas. Yang pertama adalah saya akan memberikan satu prinsip, prinsip yang sederhana. Secara praktisnya Satu konflik satu pujian artinya setela konflik berakhir katakanlah sesuatu yang baik tentang pasangan.
Jadi kita tidak memberikan kepadanya kesan bahwa semuanya yang ada pada dia jelek. "Memang ada masalah, kamu memang begini tapi kamu orangnya begini, kamu orangnya baik, kamu orangnya suka menolong orang, itulah yang saya hargai tentang kamu." Jadi silakan konflik muncul tapi setelah berakhir saya ingatkan, "Meskipun kita konflik, saya tidak suka hal ini tentang diri kamu. Tapi saya mau katakan bahwa terlalu banyak hal yang baik tentang diri kamu dan saya tetap hargai sampai sekarang." Orang yang mendengar kata-kata seperti itu, sepanas apa pun hatinya sebelumnya, langsung akan dingin kembali "Baik saya mengerti." Ini saya belajar dari istri saya, istri saya bicara begitu kalau saya konflik dengan dia. Dia akan berkata, "OK Paul, saya mengerti saya memang tidak bisa terima ini tentang diri kamu tapi ini hanya satu. Sedangkan kamu punya sembilan puluh sembilan hal lain yang baik. Makanya tidak apa-apa saya tidak permasalahkan." Kata-kata seperti itu mendorong saya justru mau memperbaiki yang tadi itu, justru saya lebih bersemangat karena saya dilihat begitu positif oleh dia, jadi ini hal yang penting kalau bisa kita ingat, kita praktekkan.
GS : Konflik terdiri dari dua orang yaitu kita dengan pasangan, setelah kita menyampaikan pujian seperti itu apakah kita mengharapkan pasangan itu juga menyampaikan hal yang sama?
PG : Kalau dia belum menangkapnya, belum terbiasa, biarkan saja sebab biasanya kalau kita terus melakukan hal ini, lama-lama dia akan belajar melakukannya pula. Kalau pun dia tidak melakukannyaefeknya saja sudah begitu baik, positif.
Jadi sebetulnya kita tidak perlu berharap melakukannya, kalau dia melakukan sudah tentu sangat baik tapi kalau pun tidak, efeknya sudah terlalu sangat baik. Jadi saya menganjurkan kita mencoba hal seperti ini.
GS : Itu seperti menyiramkan air yang dingin di bara yang panas?
GS : Hal yang lain apa Pak Paul?
PG : Yang lain adalah Satu tuntutan satu saran artinya kalau kita mempunyai satu tuntutan terhadap suami kita atau istri kita, setelah kita sajikan tuntutan itu, kita bagikan saran atau caranya bagaimana dia bisa menolong kita memenuhi dan kita harapkan itu.
Ada beda yang besar antara orang yang hanya bisa menuntut dan orang yang bisa menyediakan saran atau jalan keluar. Sebab orang yang dituntut itu sudah tertekan seolah-olah dia tidak beres, dia banyak masalah sehingga harus dituntut ini, itu dan sebagainya, dia tidak melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik. Tapi kadang-kadang membuat dia frustrasi sebab dia merasa dia sudah melakukan tapi dia tetap salah, dia tidak mengerti harus bagaimana, maka yang menuntut berilah satu saran dimana supaya pasangannya bisa memberikan yang dituntutnya itu.
GS : Biasanya yang kerap terjadi adalah kita mau menuntut tapi kita tidak memberikan saran, justru kita menuntut karena kita tidak tahu sarannya apa?
PG : Kadang-kadang begitu. Jadi akhirnya hanya tahu yang kita mau tapi bagaimana caranya kita berkata, "Kamu harus pikirkan, mana mungkin kamu tidak bisa pikirkan dan sebagainya," karena kita tdak mengerti harus bagaimana.
Dulu pernah terjadi antara saya dengan istri saya, saya juga berkata kepadanya, "Saya tidak mengerti harus bagaimana," terus saya berkata "Tolong saya, beri tahu saya." Kemudian dia beritahukan, meskipun awal-awalnya agak berat, saya ingat awalnya dia meminta saya memberikan perhatian, lebih romantis, menaruh tangan saya dibahunya dan sebagainya. Saya tidak begitu peka jadi akhirnya saya harus diberitahu, "Tolong, tangan kamu taruh di bahu saya," kemudian saya mengerti ini yang harus saya lakukan. Meskipun awalnya dia bergumul sebab dia pernah berkata, "Kalau saya minta baru kamu berikan, sudah hilang nilainya, maknanya sudah tidak ada lagi." Kemudian saya berkata kepadanya, "Tapi kalau kamu tidak memberitahu sama sekali, bukan hanya hilang nilainya, hilang juga tindakannya, saya juga tidak akan melakukan sebab saya juga tidak ingat kalau saya harus seperti itu. Jadi tolong ingatkan saya." Ini memerlukan waktu yang panjang tapi setelah itu saya lebih bisa, lebih mengerti bahwa ini yang dia butuhkan. Di dalam pernikahan akan ada banyak hal yang kita harapkan dari pasangan, selain memberitahukan, coba juga beritahukan caranya, seharusnya bagaimana pasangan agar dapat memenuhi kebutuhan kita itu.
GS : Dan yang berikutnya apa Pak Paul?
PG : Satu salah satu benar artinya setelah menunjukkan apa yang salah, jangan lupa mengatakan apa yang telah dilakukan pasangan dengan benar. Sekali lagi kita menyamaratakan pasangan kita seola-olah tidak pernah berbuat hal yang benar sama sekali, semua salah.
Tidak! Kita tunjukkan bahwa perbuatanmu memang salah tapi kamu juga telah melakukan hal yang benar, kamu seperti ini dan saya hargai itu, terima kasih. Jadi satu salah satu benar. Yang lainnya lagi adalah yang saya mau bagikan satu hari satu konflik artinya kadang-kadang kalau kita sedang marah kita menjadi sejarawan, kita angkat semua yang telah terjadi atau kita pikirkan, "Iya ini belum selesai, saya mau bicara sekalian, ini juga sama dan saya mau bicara sekalian." Jangan! Kalau bisa satu hari satu konflik, setelah selesai satu hari, satu konflik maka sudah stop. Jangan berbicara sekalian, yang sekalian itu dibicarakan besok-besok saja. Kenapa? Sebab pasangannya akhirnya menjadi terbiasa karena kalau kita seringnya begitu "Sekalian-sekalian," lain kali kalau berkonflik, sebelum berkonflik dia sudah ketakutan. Ketakutan apa? Tidak habis-habis. Tapi kalau dia sudah terbiasa bahwa kita kalau bicara satu hal saja, dia akhirnya lebih mau menyediakan waktu membereskan konflik karena dia tahu bahwa hanya satu saja. Yang membuat orang kadang-kadang berkata, "Sudahlah tidak mau lagi dibicarakan," dia menghindar karena dia tahu nanti satu menjadi dua dan dua menjadi sepuluh.
GS : Tapi seringkali konflik berkembang. Jadi kalaupun hanya suatu masalah yang muncul, lalu pihak yang satunya juga melihat bahwa dia sebenarnya juga ada masalah. Kemudian ini menjadi berkembang?
PG : Seringnya begitu maka memang memerlukan disiplin, Pak Gunawan. Kalau berkembangnya tetap di tema yang sama maka tidak masalah sebab itu masalah yang sama. Sebab masalah bisa mempunyai suat tema dan tema itu terulang di dalam situasi yang berbeda itu tidak apa-apa.
Yang saya maksud adalah kita tidak membicarakan masalah yang berbeda sama sekali. Kadang-kadang maksudnya tidak jahat, "Saya lupa ini masih ada satu hal lagi." Dia bicarakan lagi. Sebetulnya kalau sampai lupa memang sudah bagus, berarti masalahnya tidak terlalu besar. Jadi satu hari satu konflik.
GS : Memang lupa, tapi lupa hanya sesaat karena masalah ini. Lalu dia ingat lagi dan kalau tidak dibicarakan, dia tidak akan selesai dengan masalah ini, istilahnya mengganjal. Jadi masih ada sesuatu yang belum terselesaikan di dalam dirinya?
PG : Ada orang yang memang begitu, dia lupa dan dia ingat saat konflik terjadi. Kalau pun itu harus terjadi, tidak apa-apa tapi saya minta tambahnya hanya sekali jangan dua. Sehingga pasanganny tahu, "Ya sudah kalau mau tambah tambah saja satu."
Yang saya mau hindari adalah kesan pasangan, kalau sudah terbentuk kesan ini, nantinya kalau ribut kesan ini tidak habis-habis, nyambung terus-menerus. Itu sangat-sangat buruk dampaknya pada relasi pernikahan karena lain kali dia tidak mau lagi, dia hindari keributan, dia mencoba mencegah, tidak ada konflik berarti apa yang dia akan lakukan? Membenamkan konflik.
GS : Ada pasangan yang sebenarnya sudah menyelesaikan konflik tapi pada hari yang berikutnya atau beberapa hari kemudian diungkit lagi sehingga pasangannya merasa, "Itu sebenarnya sudah selesai."
PG : Betul. Kalau itu yang terjadi kita harus berkata kepada dia, "Ini sudah selesai belum?" Kalau belum selesai kita bicarakan lagi sebab saya tidak mau besok kamu munculkan lagi, "Coba diam tnang dulu beritahu saya apakah sudah selesai."
Dia berkata, "Sudah, benar-benar sudah." Kemudian kita katakan, "Baik kamu janji jangan bicarakan lagi, misalkan kalau kamu bicarakan lagi apa yang harus saya lakukan supaya kamu ingat," dia berkata, "Maka kamu ingatkan saja," kita katakan lagi, "Baik kalau saya ingatkan kamu, apakah kamu akan berhenti berbicara. Kamu janji untuk berhenti bicara kalau saya ingatkan?" Dan dia berjanji. Jadi kita langsung angkat dan meminta dia terlibat dalam usaha menolong dirinya bahwa dia tidak akan mengulanginya lagi.
GS : Sebenarnya itu sudah selesai dan kita sudah tutup. Tapi mengenai yang satu salah dan satu benar, contoh konkretnya bagaimana Pak Paul?
GS : Begini Pak Gunawan, misalkan pasangan kita meminta tolong untuk mengurus sekolah anak, kemudian kita mengurus semuanya, tapi saat pulang barulah ketahuan salahnya. Misalnya anak kita jelas-jelas harus masuk ke IPA, tapi akhirnya masuk ke IPS. Kita kurang perhatikan perkataan istri sehingga saat berbicara dengan guru kita menjadi salah pengertian, anak kita seharusnya masuk ke IPA tapi akhirnya masuk ke IPS. Kemudian istri kaget saat tahu anak kita dimasukkan ke IPS, dia bertanya, "Mengapa anak kita menjadi di IPS?" dan anak akhirnya mengadu, "Ma, mengapa saya masuk ke IPS? Padahal saya sudah masuk ke IPA?." Kemudian istri tanya kepada guru dan gurunya berkata "Papanya datang dan berkata bahwa anaknya tukar pikiran masuk ke IPS akhirnya masuk ke IPS, maka kami terima." Istrinya menjadi marah, "Kamu kalau dimintai tolong ada saja yang tidak beres, ada saja yang tidak benar, ada yang salah." Kalau bisa, setelah si istri berbicara seperti itu, tetap istri harus tambahkan satu hal yang benar yang suaminya lakukan, "Kamu memang untuk hal-hal yang detail kamu seringkali salah tapi kamu kuatnya di bidang yang memang lebih global dalam perencanaan dan kamu lebih tepat, baiklah saya mengerti dan tidak apa-apa."
GS : Jadi berimbang. Tidak merasa disalahkan 100%. Dan yang lainnya masih ada Pak Paul?
PG : Ada dua lagi Pak Gunawan, yang berikut adalah satu kejengkelan satu perenungan artinya kalau kita mau marah, jengkel gara-gara satu hal. Sebelum kita mengeluarkan kata-kata renungkanlah, pkirkanlah terlebih dahulu.
Jangan biasakan mulut berjalan baru otak merangkak mengikuti. Harus terbalik, otak berjalan dan mulut merangkak mengikuti. Jadi kita sudah renungkan, pikirkan bagaimana bicaranya? Dampaknya seperti apa, kalau saya bicara? Setelah kita pikirkan barulah cetuskan kejengkelan kita. Yang juga menolong dengan cara ini adalah kalau awalnya kita sudah rem kemudian kita bicara kejengkelan itu biasanya yang keluar sudah lebih terpoles tidak lagi mentah. Yang satunya lagi yang terakhir adalah cara praktisnya satu tetes air mata satu doa artinya Tuhan dapat menjahit baju pernikahan yang rusak. Kita teteskan air mata karena masalah, jangan lupa berdoa karena Tuhan mendengarkan dan Tuhan menolong. Dalam pernikahan saya, saya bisa berkata "Berkali-kali," pada waktu saya merasa frustrasi tidak tahu bagaimana menyelesaikan konflik, saya berdoa pada Tuhan "Tuhan tolong." Dan Tuhan akan ciptakan cara untuk menolong kita.
GS : Dan memang pada waktu konflik, sulit untuk berdoa bersama-sama dengan pasangan. Jadi akan dilakukan sendiri?
PG : Betul, jadi berdoa sendiri minta Tuhan menolong membukakan jalan.
GS : Jadi kalau masing-masing berdoa, Tuhan yang sama akan mendengar masalah yang dihadapi oleh pasangan ini?
GS : Jadi tetap ada suatu jalan keluar bahwa konflik itu bisa berdampak positif yaitu menimbulkan pertumbuhan bagi pasangan ini, dan Pak Paul untuk mengakhiri perbincangan ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Saya akan bacakan dari Yesaya 32:17, "Dimana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya." Jadi kita ingatTuhan berkata ada kebenaran ada damai sejahtera, ada kebenaran ada ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya.
Maka dalam menghadapi konflik kita mesti bersikap benar, jujur, jangan mendustai, jangan manipulasi, harus benar. Kebenaranlah yang membawa kita akhirnya penyelesaian konflik, akhirnya ada ketenangan di antara kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Konflik dan pertumbuhan" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.