GS | : | Pak Paul, ada orang yang mengatakan kalau kita salah di dalam memilih pasangan hidup, itu bisa menjadi neraka pada sisa umur kehidupan kita. Tapi dengan banyaknya pilihan makin sulit sekarang ini orang menentukan pilihan lalu ada yang bersikap pasif dan berkata, "Jodoh di tangan Tuhan, bagaimana pun nanti Tuhan akan memberikan kalau Tuhan menghendaki saya menikah". Sikap seperti ini menurut Pak Paul bagaimana ? |
PG | : | Memang kadang ada orang yang berpikiran pendek, "Ya sudah serahkan kepada Tuhan" tanpa merasa bertanggungjawab untuk melakukan bagiannya. Tuhan tidak mau kita menjadi orang yang sembarangan dalam memilih pasangan, sebab Tuhan juga tidak mau kita sembarangan dalam hidup, bukan hanya dalam memilih pasangan. Itu sebabnya Tuhan mau kita terlibat secara aktif didalam pengambilan keputusan akan hal pemilihan pasangan hidup ini. Kita harus berhati-hati sebab yang terjadi adalah sekarang ini begitu banyak pernikahan yang berakhir dengan kegagalan atau perceraian. Kita tahu Tuhan itu pemurah, Tuhan pasti mengampuni kesalahan kita dan Tuhan akan memberikan kepada kita kesempatan untuk kembali membangun hidup kita. Tapi kita juga tidak boleh menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan. Kita tidak boleh beranggapan, "Pastilah Tuhan akan mengampuni saya, pastilah Tuhan akan memberikan kesempatan, pasti Tuhan akan memberkati saya" kemudian hidup sembarangan lagi, memilih pasangan juga seenaknya. Jangan sampai kita begitu, jadi kita harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. |
GS | : | Karena pada pikiran mereka ada lahir, menikah, cerai dan sebagainya, itu memang ditakdirkan oleh Tuhan. Jadi mereka berkata, "Saya sulit menentukan pilihan ini". |
PG | : | Memang kita perlu berserah kepada Tuhan, tapi Tuhan juga menyerahkan tanggungjawab kepada kita untuk menjalani hidup ini dengan bijaksana. Maka saya kira kita harus mengangkat topik ini yaitu melihat kesalahan yang dilakukan orang pada umumnya dalam memilih pasangan hidup. Mudah-mudahan lewat pembahasan ini kita belajar jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. |
GS | : | Tadi dikatakan mengulang kesalahan yang sama. Apakah kalau kita salah di dalam memilih pasangan hidup, lalu apakah kita bisa mendapat kesempatan lain untuk memilih lagi, Pak Paul ? |
PG | : | Menurut saya kalau kita berbuat kesalahan dan kita sadari pernikahan kita keliru, maka yang pertama yang harus kita lakukan adalah berusaha membereskannya, kita tidak boleh berkata dengan gampangnya, "Keliru, maka saya ceraikan dan saya mulai lagi dengan yang baru" tidak bisa begitu ! Kita selalu harus bertanggung jawab menanggung akibat perbuatan kita. Dalam segala hal Tuhan menginginkan kita menjadi orang yang dewasa. Sudah tentu dalam hal pernikahan juga sama, Tuhan tidak mau kita mudah angkat tangan dan berkata, "Sudah tinggalkan yang lama dan mulai yang baru" tidak seperti itu ! Makanya firman Tuhan juga dengan jelas berkata di kitab Maleakhi bahwa Tuhan membenci perceraian. Jadi janganlah kita melakukan sesuatu yang dibenci oleh Tuhan. Namun saya juga menyadari bahwa adakalanya kita menjadi korban, kita tidak ingin bercerai, tapi misalkan kita diceraikan atau kita ini mencoba hidup benar di hadapan Tuhan dan pasangan kita hidup semaunya, sehingga akhirnya menyia-nyiakan diri kita dan akhirnya melalaikan tanggung jawabnya kepada keluarga dan hidup kita dibuat sengsara dan terkatung-katung serta akhirnya kita kehilangan hidup kita ini. Kalau sampai terjadi seperti itu dan pasangan kita juga tidak pernah mau untuk berubah dan tidak pernah mau mencari pertolongan dan sebagainya sudah tentu kita akan berusaha menunggu, berdoa baginya dan kalau akhirnya pernikahan ini tidak bisa diselamatkan dan memang kita harus memulai sesuatu yang baru dalam hal seperti itu barulah saya secara pribadi berkata, "Baiklah, kau sudah melakukan tanggungjawabmu, kau telah berusaha tapi pasanganmu tidak mau dan terus berbuat seperti itu, pilihanmu sekarang memang terbatas". Jadi sekali lagi saya tidak mau orang dengan mudahnya berkata, "Angkat tangan, berpisah dan cari yang baru". Tidak, bukan cara Tuhan menyelesaikan masalah sebab cara Tuhan adalah cara kita bertahan dan cara kita berusaha dan cara kita terus berharap kepada Dia. |
GS | : | Di dalam Alkitab apa ada contoh nyata bahwa seseorang yang salah memilih pasangan hidupnya menderita, Pak Paul ? |
PG | : | Sebetulnya ada dan ini yang akan kita jadikan sebagai topik bahasan kita yaitu Simson. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan paling khusus. Kekhususannya itu berawal sebelum dia dilahirkan. Saya sebutkan setidaknya ada 4 kekhususan Simson. Yang pertama adalah secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson pada orang tuanya, bukan sekali melainkan dua kali. Ini sangat khusus karena hakim-hakim yang lain tidak mengalami hal seperti itu. Kedua, secara khusus Tuhan melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya, ini khusus karena ibu dari hakim-hakim yang lain tidak menerima perintah ini. Ketiga, secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah, orang yang telah Tuhan pisahkan untuk melakukan kehendak Allah. Hakim-hakim Israel yang lain tidak mendapatkan berita ini. Yang keempat, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar dan hakim-hakim yang lain tidak ada yang mendapatkan karunia keperkasaan seperti Simson. Jadi kita bisa melihat bahwa Simson adalah seorang hakim yang perkasa dan khusus sekali. Tapi nanti kita akan lihat bahwa akhirnya semuanya ini seolah-olah tidak ada artinya akhirnya hilang lenyap karena kelemahannya Simson dalam memilih pasangan hidup. |
GS | : | Apakah bukan karena Simson menyadari bahwa dia dipilih khusus dan diberikan karunia khusus oleh Tuhan lalu dia menjadi sombong atau menjadi takabur, Pak Paul ? |
PG | : | Itu unsur yang saya kira unsur yang sangat kuat di dalam diri Simson, dia menganggap dirinya tak terkalahkan sebab dia bisa mengatasi semuanya. Dia bisa membunuh, melawan musuhnya bahkan hanya dengan rahang keledai pun dia bisa mengalahkan musuhnya. Jadi dia akhirnya takabur dan bergantung pada diri sendiri dan menganggap bahwa dia boleh melakukan apa saja termasuk dalam hal ini adalah memilih pasangan hidup yang memang tidak sepadan dengan dia. |
GS | : | Sebenarnya Simson hadir di tengah-tengah suatu lingkungan di mana banyak orang tidak mengenal Tuhan, bukan orang penyembah Yehova seperti bangsa Israel. Memang kemungkinan besar Simson ini tertarik pada orang-orang yang bukan seiman. |
PG | : | Sebetulnya yang terjadi adalah saat itu wilayah di mana Simson berada di wilayah kekuasaan Filistin, namun sebetulnya wilayah Filistin adalah sebagian dari wilayah yang Tuhan janjikan yaitu tanah Kanaan yang ditempati oleh suku-suku Israel. Jadi sebetulnya saat itu yang mayoritas adalah tetap orang Israel yang minoritas adalah orang Filistin, tapi saat itu Filistin berhasil menguasai Israel. Jadi kalau dari segi jumlah sebetulnya tetap lebih banyak orang Israel. Jadi sama seperti kita tahu belakangan di abad pertama dan seterusnya Israel berada di bawah kekuasaan Romawi, sudah tentu jumlah yang ada lebih banyak orang Israel dari pada orang Roma, namun tetap di bawah kekuasaan Romawi. Saat itu Simson adalah warga jajahan, memang secara pribadi memunyai dendam kesumat terhadap penjajahnya yaitu orang Filistin, tapi akhirnya dia tertarik dengan perempuan Filistin dan ini yang menjadi sesuatu yang dapat disesalkan yaitu semua kekhususan dan keperkasaan yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang, tapi di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memerhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup, berulang kali dia hidup dengan perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya kepada musuhnya. Kita tahu hidup Simson berakhir tragis, dia mati dalam tahanan musuhnya orang Filistin. Ironinya dari antara semua hakim yang memerintah Israel yakni ada 13 termasuk Simson, hanya dialah hakim yang paling khusus dan perkasa ini yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya. Itu yang terjadi pada diri Simson. |
GS | : | Kalau kita melihat kehidupan Salomo sebenarnya juga seorang yang awalnya sangat mengasihi Tuhan namun pada akhirnya juga menyembah dewa-dewa yang lain yang Tuhan tidak kehendaki dan dikatakan istrinyalah yang membuat Salomo itu bersikap seperti itu. |
PG | : | Betul. Jadi Salomo adalah contoh yang lain di mana seseorang yang sejak muda menyembah dan melayani Tuhan Allah yang hidup pada akhirnya menyembah dewa-dewa yang disembah oleh para istrinya yang memang berasal dari bangsa-bangsa yang menyembah dewa-dewa. Jadi kesalahan dalam memilih pasangan hidup kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Jadi kita harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup dan kita tidak boleh menggampangkan tugas yang maha penting ini dan jangan terlalu percaya diri. Simson itu takabur terlalu percaya diri tidak mendengarkan nasihat orang. Kita harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan kita memerlukan pedoman dari Tuhan sendiri. |
GS | : | Kalau begitu hal-hal apa yang harus kita perhatikan dari firman Tuhan sebagai suatu pedoman atau panutan di dalam seseorang itu memilih pasangan hidupnya, Pak Paul ? |
PG | : | Yang pertama adalah harus ada kecocokan latar belakang dan iman. Kisah Simson ini mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam kitab Hakim-Hakim pasal 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin, pada saat pesta pernikahannya dia membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya orang-orang Filistin, sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu maka mereka mengancam untuk membakar istri Simson dan seisi rumahnya. Dari sini kita bisa memetik sebuah pelajaran penting, ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada lapang, daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teki itu dan membayar harga pertaruhan, mereka malah memilih mengancam istri Simson dan dalam ketakutannya istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka kepada suaminya, tapi ia malah memanipulasi Simson untuk mengungkapkan makna teka-teki itu. Kita tahu Simson marah dan akhirnya membalas perbuatan orang-orang Filistin dan kemudian dia pulang ke rumah orang tuanya dan kembali menemui istrinya, ternyata orang tua istrinya berkata bahwa istrinya telah diberikan kepada orang lain tanpa sepengetahuan Simson. Jadi kita bisa melihat di sini bahwa ayah si perempuan dengan mudahnya memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat pernikahan dengan Simson. Dari sini kita melihat perbedaan latar belakang antara Simson dan orang Filistin yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tapi juga perceraian. Memang kita tidak bisa menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita, sudah tentu ada perbedaan di antara kita, sungguh pun demikian kita sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sangat sederhana, latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang. |
GS | : | Kalau kita melihat Simson, sebenarnya sejak awal Tuhan sudah mengingatkan Simson melalui peristiwa itu bahwa ini bukan pasangan yang cocok bagi Simson, tapi terus berlarut-larut dan dia membenamkan diri dalam persoalan ini dan itu yang menjadi masalah utama, menurut pendapat saya. |
PG | : | Simson sebetulnya sudah diberikan wejangan oleh orang tuanya, orang tuanya melarang dan berkata, "Kenapa tidak menikah dengan gadis yang ada di sini, orang-orang sesama Israel ?" Tapi dia tidak mendengarkan dan semaunya sendiri, jadi inilah kelemahan Simson. Jadi pada akhirnya kekuatannya yang begitu luar biasa, kekhususannya yang sangat luar biasa, akhirnya disia-siakan oleh dia. |
GS | : | Bagaimana caranya kita mencari pasangan yang berlatar belakang banyak miripnya dengan kita, Pak Paul ? |
PG | : | Sudah tentu kita harus menyadari siapakah yang akan kita pilih dan kita tidak boleh dengan mudahnya kalau sudah suka dan yang lain kita abaikan. Itu yang terjadi pada Simson, kalau dia sudah suka dia tidak memerhatikan perbedaannya. Dalam kisah kehidupan Simson bisa kita simpulkan bahwa orang Filistin adalah orang yang menekankan nilai praktis dan mengabaikan nilai luhur seperti mengakui kekalahan, memenuhi janji, membayar harga. Itu adalah nilai luhur yang seharusnya kita junjung tinggi. Rupanya itu tidak dianut oleh mereka, daripada harus bayar harga kalah bertaruh dan tidak bisa memberikan makna teka-teki yang Simson ajukan, maka mereka memaksa istri Simson dan mengancam istri Simson yang sesama orang Filistin, "Kalau kau tidak beritahukan maka engkau kami bunuh dan keluargamu akan kami bunuh dan bakar hidup-hidup semuanya". Jadi itu adalah latar belakang yang tidak cocok karena tidak memunyai nilai keluhuran seperti itu. Dan juga tentang pernikahan, bagi mereka tampaknya pernikahan bukanlah sebuah ikatan yang sakral yang harus diperlakukan dengan hormat. Itu sebabnya Simson pergi dan orang tuanya berkata, "Kamu ditinggalkan oleh suamimu, maka sekarang kamu menikah lagi dengan orang lain". Padahalnya Simson tidak bilang apa-apa karena dia ditipu dan dia pulang sementara dan dia akan kembali lagi dan dia memang mencintai gadis itu, tapi orang tua si gadis dengan mudahnya memberikan anak gadis itu kepada orang lain. Bisa kita simpulkan nilai komitmen dalam pernikahan sangatlah kurang, ini yang seharusnya diperhatikan oleh Simson sebelum dia bertindak menikah dengan orang itu. |
GS | : | Tapi awalnya Simson itu tidak berniat menikah, hanya mau main-main saja dengan Delila. |
PG | : | Dengan yang kedua yaitu dengan Delila memang ceritanya lain lagi, memang itu tidak dalam bentuk pernikahan tapi rupanya Delila telah menjadi kekasihnya, Simson bermalam di rumahnya bersama-sama dengan dia. Jadi rupanya Simson kalau kita gunakan istilah sekarang tinggal bersama dengan Delila. |
GS | : | Tapi Delila juga bukan orang Israel. |
PG | : | Iya dia orang Filistin, jadi Simson tidak belajar dari pengalaman. |
GS | : | Jadi mungkin seleranya bukan orang yang sama suku. |
PG | : | Mungkin sekali faktor selera tapi ada faktor juga faktor dia berbeda, dia tidak sama dengan orang lain dan merasa superior, meskipun berbeda latar belakang dan sebagainya yang penting saya bisa hadapi semua. Jangan sampai kita seperti itu dalam hal memilih pasangan hidup, mata harus terbuka dan harus melihat latar belakang seseorang, dan mengakui apakah kita bisa menghadapinya. Jangan akhirnya kita gelap mata, takabur merasa bisa menghadapi akhirnya berantakan seperti yang dialami oleh Simson. |
GS | : | Jadi masalahnya bukan sebangsa atau sesuku tapi pandangan atau nilai-nilai yang dianut ini yang berbeda. |
PG | : | Tepat sekali. Jadi ada hal yang mendasari semua ini yaitu nilai-nilai keyakinan dan semua ini sudah tentu berkaitan dengan iman yang dianut. Orang Israel memiliki hukum Allah yang dengan jelas menjabarkan kehendak Allah, Allah telah mengirimkan para nabi-Nya kepada orang Israel sebagai panduan supaya mereka tahu apa yang menjadi kehendak Allah, kehidupan mereka diatur oleh perintah Allah dan mereka pun berusaha menempatkan perintah Tuhan di atas kehendak pribadi. Sebaliknya orang Filistin menyembah dewa-dewa yang adalah buatan manusia. Alhasil mereka sendiri yang menetapkan apa yang dianggap baik dan apa yang harus dilakukan. Jadi dengan kata lain, mereka berada di atas peraturan yang dibuat. Itu sebabnya mereka sanggup melakukan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri, tanpa ragu merugikan orang lain sebab mereka sendiri tidak mendapatkan perintah Allah dan mereka membuat dan menciptakan patung dan menyembahnya, jadi mereka menciptakan sendiri aturan-aturannya. Ini yang terjadi, tapi sekali lagi Simson tidak melihat hal itu dan dia tidak memusingkan orang percaya pada dewa-dewa dan sebagainya, tidak menyembah Allah yang hidup juga tidak peduli, jadi yang dia mau yang ingin dia dapatkan. Akhirnya dia terjeblos dan hidupnya berakhir dengan tragis. |
GS | : | Jadi sebenarnya unsur kesamaan iman di dalam pernikahan itu sangat penting, begitu Pak Paul ? |
PG | : | Betul sekali. Jadi pernikahan harus didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang, sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Didalam kesesuaian iman bukan saja kita dapat menyelaraskan perbedaan, tapi kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran di 1 Korintus 7:39 firman Tuhan berkata, "bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya". Saya berterima kasih sekali Tuhan memberikan kepada saya seorang istri yang sepadan dengan saya. Misalkan saya satu tahun pulang ke Indonesia 2 kali dan selama 6 minggu berada di Indonesia, tapi istri saya mendukung saya meskipun harus kehilangan saya untuk waktu yang agak lama tapi dia mendukung dan mendoakan serta mendorong saya. Kenapa ? Karena kami berdua sehati, seiman, sevisi, sepandangan, kami bisa melihat bahwa ada hal yang harus dikerjakan buat pekerjaan Tuhan. Jadi tidak apa-apa kita berkorban. Ini sekali lagi hanya dimungkinkan jikalau ada kesehatian dan keseimanan. |
GS | : | Apakah orang yang sudah seiman yang memunyai kesamaan iman, latar belakangnya juga pasti akan sama ? |
PG | : | Ini pertanyaan yang bagus, dan jawabannya sudah tentu adalah tidak. Ternyata latar belakang kehidupan akan membedakan cara berpikir kita dan gaya hidup kita, kebiasaan-kebiasaan hidup kita. Jadi meskipun kita memunyai kecocokan iman, kita tetap harus melihat perbedaan gaya hidup dan cara pikir kita, kita harus melihat apakah bisa disatukan atau tidak. Kalau misalkan gaya hidupnya terlalu berbeda akhirnya juga susah, misalnya ada orang yang terbiasa irit, ia tidak akan sembarangan mengeluarkan uang, semua dipikirkan baik-baik jangan sampai akhirnya nanti kedodoran. Tapi ada orang yang berkata, "Tidak saya terbiasa hidup seperti ini, saya terbiasa beli baju dan sepatu bermerk dan bisa mengeluarkan uang yang sangat besar untuk hal-hal seperti itu" mungkin saja dua-duanya memiliki iman yang sama, tapi ternyata latar belakang yang berbeda menciptakan juga nilai-nilai yang tidak sama dan gaya hidup yang juga berlainan sehingga akhirnya nanti mereka sering konflik urusan ini. Yang satu berkata, "Kamu boros sekali, ini tidak perlu, beli ini saja cukup" yang satu berkata, "Kamu ini terlalu hemat, kamu tidak bisa menikmati hidup" akhirnya tidak pernah rukun. Jadi betul harus juga mencocokkan latar belakang. |
GS | : | Tapi kalau dalam hal iman sudah berbeda, apakah pasti latar belakangnya juga berbeda, Pak Paul ? |
PG | : | Tidak sepenuhnya juga sebab kalau misalkan kita berasal dari lingkup yang sama, gaya hidup kita mirip-mirip sudah tentu latar belakang kita juga akan lebih mirip. Hal-hal yang kita anggap penting, dengan yang dianggapnya penting bisa jadi memang lebih sama. Jadi tidak menjamin kalau kesamaan iman, pasti latar belakang sama atau sebaliknya kalau latar belakang sama pasti kesamaan iman, jadi dua-dua harus diperhatikan dengan baik. |
GS | : | Jadi apa alasan Tuhan memerintahkan kita atau menghendaki kita menikah dengan orang yang seiman, Pak Paul ? |
PG | : | Di II Korintus 6:14 Tuhan berkata dengan sangat jelas, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jadi memang Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus adalah karena kita adalah orang-orang yang telah Dia tebus, kita adalah orang-orang yang telah memiliki terang dalam hidup kita, maka Ia juga mau kita bersama dengan orang yang juga memiliki terang itu pula. |
GS | : | Tapi sebenarnya orang yang punya kepercayaan lain juga menghendaki kalau umatnya menikah dengan orang seiman dengan mereka. |
PG | : | Saya yakin dengan alasan yang sama, sebab yang lain pun akan berkata bukankah kesamaan iman itu juga dapat menolong memadukan dua pribadi. Dua pribadi sudah tentu sarat dengan perbedaan jadi kalau bisa jangan ditambah dengan perbedaan yang lebih bersifat hakiki. Jadi memang pada umumnya kita menghendaki yang sama agar bisa lebih mudah memadukan diri kita dan terutama menurut iman kita supaya pernikahan kita menjadi pernikahan yang diberkati Tuhan dan nanti dipakai Tuhan menjadi berkat bagi sesama kita. |
GS | : | Perbincangan ini memang masih belum selesai dan nanti kita akan lanjutkan pada perbincangan yang akan datang, faktor-faktor yang bisa membuat kita salah di dalam memilih pasangan. Untuk kali ini banyak terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kesalahan Dalam Memilih Pasangan" dan ini merupakan perbincangan bagian yang pertama dan kami akan melanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telagatelaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang. |