Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Kepribadian". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, saya menyadari bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian. Saya sering mendengar istilah itu, tapi terus terang sebenarnya saya kurang paham apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepribadian?
PG : Kepribadian sebetulnya adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Jadi dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bntukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan-bawaan yang kita bawa sejak lahir.
Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
GS : Jadi kalau begitu, kepribadian itu banyak sekali ragamnya Pak Paul?
PG : Betul, ada beberapa teori tentang penggolongan hal-hal ini, salah satunya yang paling dikenal adalah pembagian dalam 4 golongan yaitu sanguin, plegmatik, melankolik, dan kolerik. Sebetunya pembagian ini bukan saja diperkenalkan oleh para tokoh psikologi pada abad ke 20 ini, sebetulnya sudah diperkenalkan jauh pada masa ahli-ahli filsafat Yunani kuno.
Jadi misalnya teori-teori ini sudah ada pada zaman seperti Galland dan sebagainya, kira-kira hampir 2000 tahun yang lalu. Jadi mereka itupun sebenarnya sudah membicarakan tentang kepribadian-kepribadian manusia Pak Gunawan.
GS : Setiap orang yang diciptakan oleh Tuhan itu sudah dilengkapi dengan kepribadian, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, jadi kepribadian itu sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Yan saya maksud dengan pemberian Tuhan adalah kepribadian itu sebetulnya sangat berkaitan dengan komposisi fisik kita.
Misalnya seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan, tugas. Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang lain agak kurang, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim. Karena apa? Karena perasaannya kurang bermain. Orang-orang yang kolerik ini menjadi kolerik bukan saja karena pengaruh lingkungan, misalkan dia dibesarkan dengan disiplin yang tinggi dan sebagainya, bukan hanya itu. Tapi secara fisikpun dia mempunyai kekuatan atau kecenderungan untuk tidak terlalu merasakan perasaannya. Hal ini lebih bersifat organik, secara ilmiahnya kita sebut organik itu sesuatu yang berkaitan dengan fisik kita. Jadi misalnya kimia senyawa atau senyawa kimiawi dalam otak kita itu, akhirnya membawa bawaan-bawaan tertentu pada waktu kita lahir. Misalnya ada orang yang mudah cemas. Kita tidak bisa langsung berkata orang ini memang beriman lemah, tapi memang sejak lahir jantungnya itu peka, mudah sekali untuk merasakan getaran-getaran yang bersumber dari luar dirinya. Oleh karena jantungnya itu peka, sensitif, maka juga lebih gampang berdenyut. Akibatnya dia juga lebih mudah dikejutkan, merasa tegang dan lebih rawan terhadap kecemasan. Nah sehingga kepribadiannya pun nantinya tidak terlalu akan ke arah kolerik misalnya, tapi ke arah melankolik. Jadi itulah sebabnya kita katakan bahwa kepribadian itu adalah juga pemberian Tuhan karena fisik kita, keberadaan fisik kita itu juga datangnya dari Tuhan, begitu kira-kira maksudnya.
GS : Tapi Pak Paul, di dalam hal tadi misalnya kolerik. Apakah kalau ayahnya kolerik dan ibunya juga kolerik lalu anaknya bisa kolerik, jadi seperti golongan darah begitu Pak Paul?
PG : Tidak bisa dipastikan secara matematis bahwa anaknya itu akan menjadi kolerik, tapi saya bisa berkata anaknya lebih berkemungkinan kolerik. Namun berkemungkinannya itu sebetulnya juga dkaitkan dengan dua sumber tadi Pak Gunawan, yaitu memang secara fisik dia mewarisi ciri-ciri fisik ayah dan ibunya yang kebetulan kolerik.
Dan juga karena dia dibesarkan di rumah tangga yang berkolerik dia juga akhirnya lebih dibentuk untuk menjadi anak yang kolerik.
GS : Punya kecenderungan besar ke arah itu, Pak Paul?
GS : Apakah kalau satu keluarga yang sudah berkumpul jadi satu dan terbentuk pribadi-pribadi yang kolerik, itu banyak di positifnya atau negatifnya Pak Paul?
PG : Nah sebetulnya setiap kepribadian itu mempunyai kelemahan dan kekuatannya. Salah seorang theolog Kristen yang bernama Tim La Haye pernah menulis buku yang diterjemahkan, kalau tidak salh dalam terjemahannya berjudul karakter atau "Temperamen Yang Diubahkan Tuhan" atau yang dikuasai Tuhan.
Nah intinya dalam buku tersebut Tim La Haye menegaskan bahwa setiap kepribadian itu akhirnya akan bisa di pakai Tuhan dan kelemahan yang ada di setiap kepribadian itu bisa diminimalkan atau dikurangi. Nah siapa yang mengurangi, dengan cara apa dikuranginya, dalam buku itu Tim La Haye menegaskan yaitu dengan kita ini diubah oleh Roh Kudus Tuhan. Jadi misalnya, tadi kita bicara tentang orang yang kolerik. Dia perlu buah Roh Kudus kesabaran karena orang yang kolerik cenderung tidak sabar, tergesa-gesa, mau segalanya berjalan sesuai rencana, harus sesuai jadwal. Nah akhirnya dia mudah sekali marah, tidak bisa sabar. Jadi Tim La Haye menegaskan bahwa orang yang kolerik ini perlu sekali dengan buah Roh Kudus kesabaran tadi.
(2) IR : Apa mungkin setiap orang kepribadiannya itu ganda, Pak Paul?
PG : Maksudnya mempunyai campuran dari dua tipe itu, bisa jadi waktu kita berkata saya misalnya sanguin, saya ini lebih banyak sanguinnya. Saya tidak murni sanguin tapi saya juga punya kolerk sebagian, ada sedikit melankolik, ada juga sedikit plegmatiknya.
Jadi kebanyakan kita ini terdiri dari campuran keempat tipe tersebut, namun dari keempat tipe itu ada yang dominan begitu.
GS : Itu mengenai campuran Pak Paul, tapi mungkin juga sering kali digunakan dengan kepribadian ganda adalah split personality, kepribadian yang terpecah begitu Pak Paul?
PG : Betul, itu memang adalah sesuatu yang berbeda dari yang kita bicarakan, jadi kepribadian yang terpecah itu merupakan suatu gangguan jiwa.
GS : Jadi secara garis besar itu dibagi dalam 4 kategori besar Pak Paul, apakah itu mempengaruhi di dalam kita bekerja, bermasyarakat atau bahkan dalam pernikahan Pak Paul?
PG : Sebetulnya tidak ada rumus yang paling tepat di dalam relasi, hubungan dekat atau misalnya pernikahan. Misalkan kolerik paling cocok menikah dengan melankolik misalnya, plegmatik denganyang sanguin.
Seolah-olah memang itu rumusan karena dua-duanya mencerminkan 2 kutub yang berbeda jadi seolah-olah digabung saling melengkapi. Namun sesungguhnya relasi yang akrab atau dalam konteks pernikahan, tipe apapun bisa cocok jika digabungkan dengan tipe yang lainnya. Tidak harus yang melankolik dengan yang kolerik dan sebagainya, setiap tipe bisa cocok dengan yang lainnya. Asalkan memang kita bisa mengendalikan kelemahan kita, inilah yang ditekankan oleh Tim La Haye dalam bukunya itu, yakni kita sebagai orang Kristen harus menyandarkan diri pada Tuhan dan membiarkan Roh Tuhan bekerja dalam hati kita, mengikis jiwa kita sehingga kelemahan yang sudah kita bawa di dalam kepribadian kita itu akhirnya bisa kita kurangi. Jadi orang yang kolerik misalnya bergaul dengan siapapun tapi kalau dia tidak bisa menguasai amarahnya akan menjadi orang yang dijauhi oleh orang lain, karena tidak ada yang suka bergaul dengan orang yang suka marah misalnya.
IR : Jadi tipe-tipe kepribadian seseorang itu bisa berubah ya Pak Paul?
PG : Sebetulnya yang dominannya itu akan tetap ada, tapi kalau Ibu Ida berkata bahwa lingkungan akhirnya bisa mempengaruhi kepribadian kita. Bisa misalnya kita ini adalah seseorang yang sangin, sanguin adalah orang yang gembira, senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, bisa memberi semangat pada yang lainnya.
Terus dia mengalami musibah, misalkan diputuskan oleh pacarnya, akhirnya tidak ada yang dekat dengan dia, kemudian di PHK dari pekerjaannya dan misalkan selang beberapa tahun orang tuanya dipanggil Tuhan. Nah mungkin sekali karena melewati begitu banyak kesengsaraan akhirnya dia menjadi orang yang murung. Nah dalam kemurungannya itu, sifat melankolik mulai menjadi dominan dalam dirinya, sehingga dia menjadi orang yang mudah untuk merasa sedih, merasa tidak ada semangat hidup dan sebagainya. Jadi bisa saja ada perubahan, itu biasanya tidak permanen. Kalau keadaannya berubah, kondisinya berubah, maka kemungkinan besar dia akan kembali lagi ke tipe asalnya.
GS : Mungkin Pak Paul bisa jelaskan secara sederhana ya Pak Paul. Kalau seseorang, saya misalnya ingin tahu saya itu berkepribadian apa. Ya memang kalau kita ke psikolog bisa, tapi apakah ada jalan yang sederhana supaya kita bisa tahu kira-kira saya itu berkepribadian apa Pak Paul?
PG : Mungkin saya jelaskan dulu keempat penggolongan itu Pak Gunawan dan kita bisa mencocokkan diri yang termaktub dalam kategori itu. Tipe yang tadi saya sudah sebut adalah sanguin dan koleik, saya lengkapi lagi tentang tipe sanguin itu.
Sanguin mempunyai banyak kekuatan, tadi saya sudah sebut misalkan dia orang yang bersemangat, orang yang mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira senang. Tapi kelemahannya adalah dia itu cenderung kita katakan impulsive adalah orang yang bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi dia itu mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya, kalau lingkungan itu mendorong dia untuk rajin dia rajin, kalau lingkungan misalnya membuat rasanya dia enggan, malas, tidak ada gairah dari luar dia juga tiba-tiba seperti orang yang kehabisan bensin. Jadi seperti mobil yang akhirnya mogok harus didorong-dorong. Jadi orang-orang sanguin itu mudah sekali dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dan juga kelemahan yang lainnya adalah kurang bisa menguasai diri, jadi penguasaan dirinya lemah. Nah dalam bukunya Tim La Haye hal ini juga ditonjolkan, bahwa orang-orang sanguin itu cenderung akhirnya mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya. Nah itu tipe sanguin.
Tipe yang lainnya adalah tipe plegmatik. Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan emosi misalnya sedih, senang. Jadi naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini cenderung memang bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan orang ini introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi disekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan bisa juga menjadi seorang pengkritik yang memang berbobot. Kelemahannya adalah orang yang plegmatik ini cenderung mau mengambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga ambil sajalah jalan pintas yang paling mudah. Nah kelemahannya ini bisa membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang orang lain. Maka salah satu buah Roh Kudus memang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah kemurahan atau murah hati. Karena dia cenderung atau bisa menjadi orang yang egois, hanya memikirkan dirinya sendiri, jadi saya suka menggunakan istilah orang yang plegmatik ini cenderung tidak mau mengotori tangannya. Biar orang lain susah, orang lain kerja dia hanya duduk saja tidak mau susah payah menolong yang lainnya. Jadi buah Roh Kudus yang kurang dalam dirinya adalah murah hati. Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia itu memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kenapa?Sebab untuk bisa menciptakan karya seni yang tinggi, perasaan kita itu harus luar biasa pekanya, dengan alam, getaran hidup ini dan sebagainya. Kelemahannya orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Jadi orang yang melankolik itu memang seringnya berada di dalam perasaan-perasaan yang agak di bawah yaitu perasaan yang murung. Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau tertawa terbahak-bahak, agak sulit bagi dia untuk begitu. Nah itu kira-kira secara umum.
GS : Jadi mungkin kita perlu tahu, kita berada di kelompok yang mana ya Pak Paul, untuk memudahkan pergaulan kita atau mengerti dengan pasangan kita?
PG : Dan terutama mengerti dengan diri kita Pak Gunawan, kekuatan dan kelemahan kita.
GS : Nah sampai sejauh mana dosa itu yang ada dalam diri kita berperan untuk mempengaruhi kepribadian kita. Tadi Pak Paul katakan Roh Kudus itu akan mendorong kita, memberikan buah-buah untuk menutupi kelemahan dari salah satu sifat itu. Tapi saya lihat dosa pasti berperan, Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, setiap tipe itu unik. Jadi pada dasarnya setiap tipe kepribadian itu netral tidak lebih berdosa dari yang lainnya. Namun setiap tipe kepribadian itu mengundangmasuknya keberdosaan kita, masuknya diri kita yang memang sudah tercemar oleh dosa.
Misalnya orang yang plegmatik kalau tidak hati-hati dan tidak mau bertumbuh, bisa menjadi orang yang tidak bertanggung jawab atau kurang bertanggung jawab. Karena dia akan mencoba mengelak dari tugas dan dia akan berusaha membuat orang lain yang bertanggung jawab mengerjakan tugas serta kewajiban yang seharusnya dikerjakannya. Nah akhirnya apa yang terjadi, saya kira di sanalah dosa akhirnya masuk ke dalam tipe kepribadian tersebut, karena apa? Karena sewaktu kita tidak bermurah hati untuk menolong orang lain, saya kira kita berdosa di situ. Ada yang harus kita tolong, tapi kita lebih mau mencuci tangan, masa bodoh dengan dia, disitulah akhirnya berdosa. Misalkan tipe sanguin, memang dia adalah orang yang bisa memberikan keceriaan dalam lingkungannya, tapi karena dia mudah sekali dikuasai oleh rangsangan dari luar, dia menjadi orang yang bisa mudah jatuh ke dalam pencobaan, godaan-godaan dari luar dirinya. Nah disinilah dia bisa terjebak ke dalam dosa, jadi keberdosaan yang memang sudah mencemari dirinya itu terus bisa muncul dan akhirnya membuat dia jatuh ke dalam dosa. Sama juga dengan orang yang melankolik, karena orang yang melankolik itu cenderung mau yang sempurna, yang terbaik dalam segala hal sehingga akhirnya dia bisa kasar, misalnya bisa memarahi orang yang tidak menghargai karya orang lain dan sebagainya. Atau bisa sombong karena dia merasa karyanyalah yang paling indah, paling hebat akhirnya dia berdosa, dalam relasi dengan orang lain dia tidak bisa memahami, tidak bisa menghargai orang lain. Sama juga dengan orang yang kolerik keberdosaan itu bisa masuk, menyelusup dan akhirnya menjatuhkan dia. Misalnya orang yang kolerik itu cenderung yang akhirnya memperhatikan yang berguna baginya, orang yang bisa bermanfaat itulah orang yang akan didekatinya. Orang yang tidak ada manfaatnya bagi dia tidak akan dia dekati. Nah akhirnya apa yang terjadi dia kehilangan prespektif untuk hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Mengasihi musuh kita, yang lemah, sebab dia hanya mau bergaul dengan yang sebanding dengannya, yang bisa menguntungkan dirinya. Nah di situ akhirnya dia bisa jatuh ke dalam dosa.
GS : Pak Paul, apakah kepribadian itu sama dengan watak?
GS : Dan orang mengatakan ya itu sudah watak saya, saya tidak bisa mengubah itu. Nah itu dipakai sebagai katakan sesuatu alasan membenarkan diri sendiri, bahwa dia boleh melakukan dosa itu karena memang wataknya seperti itu.
PG : Ya kita bisa memahami bahwa tipe tertentu rawan terhadap dosa tertentu, tapi saya kira tidak bisa kita ini berkata atau menyalahkan watak atau kepribadian kita yang memang kita sudah beini.
Jadi misalkan saya sendiri, saya tahu saya ini seorang sanguin. Saya tahu saya mudah sekali mengambil keputusan jadi artinya apa? Saya mendisiplin diri saya untuk tidak mengambil keputusan seketika. Seberapa bagusnyapun ide itu saya akan cenderung menahan diri untuk menggumulinya lagi, untuk menunggu tanda-tanda lain dari Tuhan, menunggu juga apakah Tuhan menggerakkan orang lain untuk mencetuskan ide yang sama dan sebagainya. Sebab bawaan saya adalah kalau misalnya saya inginkan A, saya benar-benar mau supaya orang lain juga melihat bahwa A itu penting dan A itu harus dilakukan. Jadi lakukanlah semuanya, jadi akhirnya saya harus menahan diri saya, dan setiap orang saya pikir dipanggil Tuhan untuk menahan diri.
IR : Mungkin Pak Paul bisa menunjukkan ayat di mana watak seseorang itu bisa dikendalikan atau bisa diubah dengan pertolongan dari Firman Tuhan.
PG : Firman Tuhan di Mazmur 139:23 berkata, "Selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunla aku di jalan yang kekal."
Di sini kita melihat pemazmur mengundang Tuhan, jadi syaratnya yang kita lakukan adalah mengundang Tuhan. Pemazmur di sini mengundang Tuhan, lihatlah apakah jalanku serong, nah setiap orang harus mengundang Tuhan, melihat, menilik, memeriksa jalannya. Dan harus juga mengundang Tuhan untuk menuntunnya ke jalan yang benar. Jadi kalau boleh saya simpulkan karakteristik yang paling penting adalah kita bersedia apa tidak kita mengundang Tuhan untuk masuk menilik hati kita, mau tidak kita ini berubah itu saya kira kuncinya.
IR : Jadi sebagai anak-anak Tuhan tidak ada alasan Pak Paul untuk mengatakan bahwa, watakku ya memang begini, saya juga ingat ayat dalam Yehezkiel 11:19, "Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan Roh yang baru dalam batin mereka. Juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan hati yang taat."
PG : Bagus sekali, Bu Ida.
GS : Jadi itu terkait erat antara kepribadian dengan hati dan saya percaya sekali apapun kepribadian kita, Tuhan Yesus mau menerima kita dalam keberadaan kita masing-masing karena dia yang tahu persis karakter atau watak, kepribadian kita itu. Jadi saya rasa ini suatu perbincangan yang sangat menarik karena kita perlu mengenal akan diri kita sendiri terlebih dahulu, dan juga mengenal orang-orang lain yang ada di sekeliling kita. Jadi para pendengar yang kami kasihi demikianlah tadi kami telah persembahkan sebuah perbincangan seputar kehidupan kepribadian khususnya, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.