[kecanduan_pornografi] =>
"Kecanduan Pornografi" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Kecanduan Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kecanduan dalam bentuk apapun biasanya lebih banyak merugikannya dari pada menguntungkannya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya media di sekeliling kita, pornografi itu bisa membuat kecanduan, tapi seperti apa orang yang kecanduan pornografi itu, Pak Paul ?
PG : Pak Gunawan, kecanduan adalah kondisi dimana kita benar-benar bergantung pada sesuatu sehingga tanpanya kita tidak bisa melangsungkan hidup secara efektif. Dengan kata lain, bila kita kecaduan pornografi maka kita menjadi bergantung kepadanya, sehingga hari lepas hari kita harus mengkonsumsinya sebab jika tidak maka kita akan sukar untuk berfungsi.
Singkat kata pornografi menjadi penguasa hidup dan kita menjadi budaknya. Jadi ada orang yang sampai seperti ini, melek mata pagi, dia langsung nonton dan memang dia memiliki usaha dan dia pemiliknya, jadi dia tidak harus bekerja langsung tapi hanya mengawasi. Namun dia selalu membawa materi pornografi itu supaya dia bisa menontonnya. Jadi selama dia mengawasi maka dia akan terus-menerus menonton materi pornografi itu dan setelah tutup usaha dan pulang ke rumah, dia hanya pulang untuk makan dan sebagainya, sebentar kemudian akan langsung masuk ke kamar dan menonton lagi sampai tengah malam dan besok pagi mengulang hal itu lagi, hari lepas hari seperti itu. Jadi ada orang yang begitu kecanduannya sampai-sampai seperti narkoba bagi dia, kalau tidak mendapatkan narkoba yang dibutuhkannya maka hidupnya itu seolah-olah sangat menderita atau kita gunakan istilah sakau. Jadi sepertinya benar-benar dia begitu bergantung dengan pornografi sehingga tanpanya dia tidak bisa hidup. Ini memang dalam kadar yang sangat tinggi, tapi ketergantungan juga bisa dalam kadar yang lebih rendah, jadi tidak harus setiap hari seperti itu tapi misalkan dia mau melihat lagi dan dia tidak bisa melepaskan diri serta tidak bisa berkata tidak, maka itu pertanda kalau kita sudah kecanduan.
GS : Seperti kecanduan minuman keras dan narkoba, itu awalnya adalah mulai dari yang sedikit tapi lama-lama menjadi terikat, seperti kasus yang Pak Paul tadi ceritakan itu.
PG : Betul sekali. Biasanya orang yang menonton pornografi bukan saja dia ingin menonton atau melihatnya, tapi dia akan mencari-cari yang lebih lagi dan yang lebih lagi yang seolah-olah itu mengetarkan, yang lebih banyak lagi sisi-sisi yang belum diketahuinya.
Dengan kata lain, apa yang telah diterimanya selama ini, asupan-asupan yang sudah diterimanya itu sepertinya tidaklah cukup untuk memuaskannya sehingga dia harus mendapatkan dosis yang lebih tinggi untuk membuat dirinya itu terpuaskan. Dengan kata lain, kecanduan tidak mengenal istrilah cukup, Pak Gunawan. Sebab kecanduan membuat kita tidak lagi terpuaskan dengan dosis atau kwalitas yang kita dapatkan kemarin, hari ini kita harus mendapatkan yang lebih, itu sebabnya sampai-sampai ada orang yang seperti itu. Boleh dikata selama dia tidur selama 6 atau 7 jam, dia gunakan untuk menonton, mengkonsumsi materi-materi yang bersifat pornografi.
GS : Katakan di luar jam dia menonton secara langsung, bukankah pikirannya selalu dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat pornografi ini tadi, Pak Paul ?
PG : Itu adalah dampak yang sangat buruk, Pak Gunawan, sebab orang ini tidak bisa lagi melihat hidup secara murni, secara netral. Kita harus mengakui bahwa memang sekarang di tengah-tengah kitaatau di sekeliling kita akan ada godaan-godaan seksual dan kita sendiri yang mau hidup kudus dan ingin memiliki pikiran yang jernih, ingin menjadi tempat hunian dari Roh Tuhan, selalu mengalami kesulitan dalam melindungi pikiran kita dari godaan-godaan seksual yang mencoba masuk ke dalam benak kita.
Apalagi kalau kita dengan sengaja mengkonsumsi atau memasukkan materi-materi pornografi ini ke dalam pikiran kita, jadi benar-benar segenap lini pikiran itu akan disusupi oleh pornografi atau oleh dosa-dosa seksual sehingga orang ini memang akan sangat susah sekali untuk melawannya. Jadi apa yang dilihatnya itu dengan sangat mudah membuatnya mengaitkan dengan materi pornografi yang ditontonnya itu.
GS : Kalau orang itu kecanduan narkoba atau kecanduan minuman keras, Pak Paul, kita sebagai orang yang ada di sekelilingnya bisa langsung melihat apa yang dia lakukan, tapi kalau kecanduan pornografi ini biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
PG : Memang ini adalah kecanduan yang tidak terlihat, Pak Gunawan, karena memang ini dilakukan di dalam bilik kamarnya, jadi diam-diam. Bahkan ada kasus di mana mula-mula pasangan tidak tahu kaena dia secara sembunyi-sembunyi menontonnya dan nanti kalau istrinya bertanya dia akan berkata, "Sedang melakukan sesuatu" tapi nanti orang akan melihat kalau dia itu terus- menerus menonton di depan layar komputer, padahal yang dia tonton adalah materi pornografi itu.
Jadi sekali lagi kita akan melihat orang-orang yang sudah kecanduan seperti itu, sudah tidak lagi memedulikan yang lain-lainnya dan yang penting dia bisa mendapatkan. Dia sendiri akan berpikir, "Tidak apa-apa dan saya masih bisa melanjutkan hidup dengan normal, saya masih bisa bekerja, saya masih bisa melakukan kalkulasi dan sebagainya", tapi sesungguhnya kecanduan ini melemahkan dia sebab dia hanya akan terus hidup kalau ada akses ke pornografi, begitu tidak ada lagi akses ke pornografi, dia akan resah dan bingung sebab itu yang akan dia cari terus. Jadi di sini kita bisa melihat, sebetulnya meskipun dia bisa berfungsi dalam hidup tapi sebetulnya fungsinya itu semakin hari semakin melemah, karena dia membutuhkan topangan-topangan pornografi itu.
GS : Biasanya yang dilihat itu dalam bentuk apa, atau dalam bentuk gambar-gambar, Pak Paul ?
PG : Bentuk gambar, Pak Gunawan, sebab sekarang ini kebanyakan apa pun masuk lewat online atau internet jadi kebanyakan dalam bentuk gambar. Ada yang dalam bentuk gambar langsung seperti orang ang sedang berhubungan atau gambar orang yang memamerkan tubuhnya dan sebagainya.
Jadi itulah yang akan masuk ke dalam kehidupan kita.
GS : Sebenarnya apa yang ingin dicapai oleh orang yang kecanduan pornografi ini, Pak Paul ? Apakah dia bisa mencapai kepuasan seksual atau apa ?
PG : Kita harus mengakui kalau kita adalah manusia seksual, maka kita akan selalu tertarik dengan hal-hal yang bersifat seksual, sebagai manusia seksual dan normal maka kita akan memiliki minatdalam hal itu.
Jadi apa yang akan dicapainya, maka sudah tentu yang pertama minatnya atau keingintahuannya itu akan terpuaskan. Tapi masalahnya adalah kalau pornografi sudah menjadi bagian dalam kehidupannya yang seperti itu, maka dia akan terus-menerus harus mendapatkannya dan dia tidak bisa lagi terlepas dan dia sangat terobsesi dengan kecanduan pornografi itu sehingga benar-benar setiap hari dia akan menantikan kapan dia bisa menonton lagi, kapan dia bisa melihat lagi. Jadi hidupnya berputar pada hal pornografi sehingga dalam pikirannya seks mendominasi pemikirannya. Sudah tentu setelah dia menontonnya maka dia akan langsung masturbasi, jadi benar-benar dia akan berusaha untuk memuaskan dirinya dan kepuasan itu yang menjadi daya tariknya, menjadi motornya, menjadi sasaran hidup hari lepas hari, itu yang akan terus dicari dan yang dia ingin dapatkan. Jadi menonton, mengkonsumsinya kemudian bermasturbasi dan akhirnya dia diikat oleh materi-materi ini, sehingga dia tidak bisa lepas.
GS : Dan ini bisa dilakukan baik pria maupun wanita karena orang yang kecanduan ini bisa pria atau pun wanita, Pak Paul ?
PG : Bisa. Meskipun pada kenyataannya memang yang lebih sering terjerat adalah pria sebab pria itu memang jauh lebih menikmati, melihat hal-hal yang seperti ini dibandingkan wanita. Jadi kadangkadang kita mendengar wanita yang berkomentar tentang hal ini dan bereaksi kalau ini adalah menjijikkan, tapi kalau pria jarang sekali berkata kalau itu menjijikkan, karena memang pria secara seksual lebih visual, pria melihat dan kemudian mendapatkan rangsangan sedangkan wanita memang tidak menekankan dari apa yang dilihatnya, tapi apa yang dialami atau dirasakannya.
GS : Pak Paul, apakah orang yang kecanduan ini sebenarnya sadar kalau dia itu telah kecanduan pornografi dan apakah tidak terbersit di dalam dirinya niat untuk berhenti ?
PG : Anggap saja dia adalah seorang anak Tuhan dan dia tahu kalau ini bukanlah hal yang benar, sebab kalau misalkan dia bertanya kepada dirinya sendiri kalau dia anggap dirinya tidak bersalah, pakah dia berani berkata terbuka kepada orang mengatakan bahwa, "Saya menonton pornografi", maka dia tidak akan berani.
Tapi kalau misalkan dia berkata, "Tadi saya ke gereja" maka orang akan dengan berani berkata, "Saya tadi ke gereja". Jadi sebetulnya orang itu tahu kalau ada yang tidak benar dengan hal ini. Namun masalahnya adalah kendati pikiran dan hatinya berkata, "Stop dan jangan" tapi akhirnya pikirannya terus meyakinkannya bahwa dia perlu asupan pornografi itu dan selalu akan ada bisikan yang berkata, "Tidak apa-apa sebab setiap manusia memiliki kelemahannya masing-masing, semua orang munafik". Makanya orang-orang yang kecanduan itu umumnya tidak mau dekat-dekat dengan orang yang rohani, orang yang mengajaknya untuk dekat dengan Tuhan sebab dia harus menciptakan alasan bahwa dia seperti ini tidak lebih buruk dari pada orang lain dan dia harus melabelkan semua orang itu munafik, yang menyebut nama-nama Tuhan itu munafik. Jadi kita semua adalah orang munafik, tapi setidak-tidaknya saya mengakui kalau saya adalah orang munafik, makanya saya tidak mau ke gereja, saya tidak mau berbicara tentang Tuhan dalam hidup saya dan sebagainya. Dengan cara itu, dia makin membolehkan dirinya, atau memberikan ijin kepada dirinya untuk terus mengkonsumsi pornografi.
GS : Kalau orang yang seperti ini berupaya dan orang-orang di sekitarnya mengupayakan supaya dia terbebas dari kecanduan pornografi ini, seperti kecanduan-kecanduan yang lain, maka langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh penderitanya maupun oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa yang bisa saya sarankan, Pak Gunawan. Sudah tentu yang pertama adalah pencegahan dan itu adalah obat yang terbaik, sebab kalau kita sudah jatuh, terlibat di dalamnya maka sangt susah untuk bisa lepas.
Jadi jika belum terlibat maka jangan memulai, jangan berpikir-pikir, "Saya juga ingin menonton dan sebagainya", jangan berkata, "Saya pasti bisa mengendalikannya, tidak mengapa karena saya menonton hanya sekali-kali saja". Pada kenyataannya kita tidak berhenti, pada kenyataannya kita terus mengkonsumsinya. Jadi yang pertama, sedapatnya cegahlah dan jangan memulainya, sebab ini adalah langkah yang terbaik.
GS : Tapi bagi para remaja yang memunyai rasa ingin tahu, seringkali ini sering menggoda dia, "Sekali saja, sebagai remaja harus tahu" nanti di pergaulan pun dia akan merasa canggung seperti itu.
PG : Memang ini godaan yang sangat besar yang bisa menyerang anak-anak kita dan meskipun saya harus akui kalau ini adalah godaan yang besar yang menyerang kita juga sebagai orang-orang dewasa. amun sebagai anak remaja, rasa keingintahuan itu lebih bisa mendorongnya lebih memotivasinya untuk mencari-cari bahan seperti ini, namun kita harus mengingatkan anak-anak remaja untuk jangan mengkonsumsinya, karena sekali kamu mengkonsumsinya maka kamu akan susah untuk melepaskannya, gambar-gambar itu akan selalu berada di benak kamu, sampai kapan pun kalau kamu ingin mengingatnya maka gambar-gambar seperti itu akan muncul.
Dengan kata lain, begitu kita mengkonsumsi pornografi maka pikiran kita tidak akan sama, sampai kapan pun pikiran kita tidak akan sama, sebab kita telah tercemar dan selama-lamanya tercemar, karena selama-lamanya kita akan bisa mengingat kembali gambar-gambar yang telah kita tonton itu.
GS : Padahal di sekeliling kita, untuk mengakses gambar-gambar pornografi ini begitu mudahnya dan begitu murahnya, Pak Paul ?
PG : Dan ini telah menjadi masalah yang besar, bukan saja menyerang anak-anak remaja, tapi juga menyerang orang-orang dewasa. Maka di koran kita membaca kisah-kisah yang menyedihkan dan yang trgis, "Anak SMP memerkosa anak SD" dan sebagainya.
"Anak berusia 14 tahun memerkosa adiknya" kenapa ? Tidak bisa disangkal itu karena masuknya pornografi ke dalam kehidupan kita dengan begitu mudahnya.
GS : Bagaimana kalau kita sudah menjadi pecandu pornografi, apa yang harus dilakukan ?
PG : Ini langkah yang paling susah, tapi langkah pertama yang diperlukan yaitu akuilah ini sebagai dosa dan akuilah dosa ini di hadapan Tuhan dan jangan kita merasionalisasikannya. Betapa mudahya kita mengatakan kalau ini bukan dosa supaya kita tetap bisa mengkonsumsinya, tidak seperti itu tapi kita harus mengatakan kalau ini dosa.
Perempuan diciptakan Tuhan bukan untuk ditonton oleh kita semuanya, hubungan seksual dianugerahkan Tuhan kepada manusia bukan untuk ditonton-tonton oleh orang lain. Jadi seharusnya orang yang mengerti tentang hidup, seharusnya tahu kalau ini adalah sebuah dosa di hadapan Tuhan dan tidak perlu orang harus rohani dulu kemudian mengerti kebenaran yang sangat sederhana ini. Jadi kita harus mengakuinya kalau ini adalah dosa dan ini bukanlah suatu seni dan sebagainya, dosa adalah dosa dan kita harus mengakui dan sudah tentu kita harus meminta pengampunan dari Tuhan.
GS : Sekarang ini ada banyak orang yang sengaja menyebarkan gambar-gambar porno ini di berbagai media supaya ditonton orang, sebenarnya apa tujuan orang-orang seperti ini ?
PG : Hal ini memang pernah diangkat di Amerika Serikat, Pak Gunawan dan pernah diwawancarai orang-orang yang memamerkan tubuhnya dan kebanyakan adalah wanita-wanita muda, dan mereka dengan mudanya berkata, "Tubuh ini adalah tubuh saya, saya bangga dan senang dengan tubuh saya, ini adalah hak saya untuk berbuat apa saja dengan tubuh saya, jadi saya merasa tidak ada salahnya kalau saya memamerkan tubuh saya, kalau orang mau melihat dan menikmatinya pula maka silakan".
Yang saya tidak bisa mengerti adalah mereka tidak memiliki sedikit pun nurani yang menegur mereka bahwa bukankah nanti gambarmu itu akan dimangsa serta mengkonsumsi pikiran orang yang nantinya akan bermasturbasi dengan menggunakan gambarnya. Tapi memang orang-orang ini tidak memunyai Tuhan dalam hidupnya, jadi mereka tidak merasa bermasalah juga.
GS : Pak Paul, orang-orang yang kecanduan, seperti orang yang kecanduan minuman keras tadi, kadang-kadang mereka juga tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga butuh orang yang mendampingi dia, Pak Paul. Dan bagaimana pendampingan orang yang mengalami kecanduan pornografi ?
PG : Semua jenis kecanduan memang harus ditangani lewat pendampingan artinya harus ada mentor, harus ada orang-orang di mana kita itu harus melaporkan perkembangan kita kepada orang tersebut. Jdi kita harus membangun sebuah relasi pertanggungjawaban.
Secara berkala jadinya, kalau kita meminta seseorang menjadi mentor kita, maka kita datang kepadanya dan menceritakan pergumulan kita, minta dia mengawasi kita dan secara berkala kita mau datang kepadanya untuk melaporkan, "Minggu ini saya bebas, minggu ini saya jatuh lagi" tetap dia harus melaporkan dan melaporkannya. Jangan malu untuk mengakui hal itu dan bicarakanlah dengan jujur, sebab makin disembunyikan maka makin besar godaannya. Pada saat tergoda, segera hubungi mentor dan minta dukungan dan doanya. Tapi saya mengerti kalau hal ini tidak mudah sebab ada orang-orang yang tidak menghendaki adanya mentor, kalau ditanyakan mungkin dia akan menjawab mau, tapi itu hanya di mulut saja sebab waktu dia harus melaporkan secara berkala berarti dia akan tambah susah untuk melakukannya tetapi dia masih mau melakukannya, jadi yang dia lakukan adalah lebih baik dia tidak menghubungi mentornya. Kalau sungguh-sungguh kita mau bertobat, mau lepas maka kita akan bisa lepas. Jadi langkah pertama adalah akui di hadapan Tuhan, minta pengampunan-Nya, minta kuasa-Nya untuk membebaskan kita, kedua kita harus merendahkan diri datang kepada orang, bercerita kepadanya dan minta orang ini untuk menjadi pengawas kita, yang terus meminta pertanggungjawaban kita secara berkala.
GS : Tapi bagi mentornya itu adalah sesuatu yang sulit, Pak Paul, mentor ini tidak tahu persis apakah dia sudah benar-benar terbebas atau mungkin seperti yang Pak Paul katakan yaitu melindungi diri dengan tidak menceritakan dan berkata, "Tidak, tidak ada apa-apa" padahal dia melakukan dosa itu lagi.
PG : Bisa dan memang selalu ada kemungkinan seseorang berbohong dan itu yang tidak bisa kita cegah. Namun setidak-tidaknya kalau kita terlibat dalam hubungan pertanggungjawaban, setidak-tidakny itu menjadi lampu kuning bagi kita.
Sewaktu kita ingin berbuat, kita ingin menonton lagi materi pornografi maka kita diingatkan lagi kalau kita harus melapor kepada mentor kita, nanti kita berbohong lagi. Mudah-mudahan hal itu menghalangi langkah kita.
GS : Sebaliknya sebagai mentor, apa yang harus dilakukan kalau teman kita ini yang melaporkan dengan jujur atau dia bilang, "Hari ini saya jatuh lagi" apa yang harus dilakukan oleh mentor itu ?
PG : Selalu mengajak orang itu untuk berdoa, untuk datang kepada Tuhan, untuk mengakui di hadapan Tuhan. Jadi kita mau agar orang yang kecanduan itu berhubungan langsung dengan Tuhan, mengakui osanya langsung kepada Tuhan.
Jadi jangan sampai fokusnya bergeser dari Tuhan kepada mentornya, mentor hanyalah fasilitator atau hanya penolong, si pecandu agar langsung datang kepada Tuhan. Kenapa ini harus menjadi usahanya si mentor ? Karena yang kita mau adalah si pecandu ini akhirnya dikuasai oleh kesadaran bahwa Tuhan hadir dan dia bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Waktu dia berbuat itu, Tuhan melihat. Jadi kita mau agar dia sadar kalau dia bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Maka sebagai mentor kita hanya akan mengajaknya kepada Tuhan, "Mari kita berdoa, silakan kamu akui itu di hadapan Tuhan" kemudian kita bacakan firman Tuhan yang nanti memberikan kepada dia kepastian bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya.
GS : Mungkin ada cara lain agar orang yang kecanduan pornografi ini untuk lepas dari kecanduannya, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu seperti yang Tuhan Yesus katakan, "Jika matamu membuat kamu berdosa, maka cungkillah. Kalau tanganmu berbuat dosa maka potonglah" itu adalah sebuah bahasa allegoris yang keras ang mau menyampaikan kepada kita bahwa Tuhan begitu serius dengan dosa.
Jadi lakukanlah apa yang bisa kita lakukan untuk memastikan agar kita tidak lagi jatuh ke dalam dosa dan kita harus berusaha hidup kudus di hadapan Tuhan. Jadi apa yang harus kita lakukan ? Misalnya karena kita tahu kalau kita mendapatkan materi pornografi ini dari internet, maka kita harus membuang internet dan internet tidak ada lagi di rumah kita. Mungkin orang akan berkata, "Memang masih bisa mengaksesnya di luar rumah, banyak warnet dan sebagainya". Namun kenyataan, kita harus pergi ke luar rumah, ke warnet, hal itu sudah menjadi rintangan-rintangan sebab waktu ke warnet pun maka kita akan berpikir, "Apa nanti ada orang yang melihat atau tidak? Apa yang orang akan pikirkan?" Hal seperti itu yang akan menyulitkan kita untuk melakukannya. Jadi kita harus sadar dan rela membuat halangan-halangan seperti itu supaya kita lebih jauh dari dosa.
GS : Tapi sekarang ini tidak perlu lewat internet, Pak Paul, kadang-kadang lewat handphone, jadi gambar-gambar itu sudah terpampang dan kita tidak tahu bahwa isinya itu adalah gambar-gambar porno, Pak Paul, sehingga ketika membuka handphone maka gambar itu terlihat.
PG : Sudah tentu kita harus dengan sadar mengatakan kalau ini adalah sampah dan kita harus membuang sampah ini, langsung "delete". Atau kalau perlu kita tukar handphone kita dan kita menggunaka handphone yang lain.
Jadi benar-benar kita harus menggunting dan memotong akses-akses kita kepada dosa seperti ini.
GS : Padahal ketika orang yang kecanduan memotong hal-hal seperti itu, maka dia akan merasa gelisah sekali dan dia akan terus berusaha untuk mencari akses itu, Pak Paul ?
PG : Betul. Jadi awal-awalnya dia akan gelisah, makanya diperlukan kehadiran seorang mentor yang bisa mengawasinya, memberikan dukungan, mendoakannya, mendampinginya, supaya dalam masa awal-awa itu dia mendapatkan kekuatan dan dia tidak sendirian sebab kalau dia sendirian maka dia akan tetap melakukan hal itu.
Atau kalau memang dia sudah menikah maka akui di hadapan istrinya, minta kepada istrinya untuk menolongnya dan sebagai tekad maka dia harus membuangnya. Kalau perlu tidak ada komputer juga tidak apa-apa. Atau hanya ada satu komputer untuk dia dan istrinya sehingga istrinya juga bisa mengakses di komputer yang sama. Dengan cara seperti itu maka dia bisa lebih jauh dari dosa.
GS : Selain hal-hal itu maka dia juga harus melakukan hal-hal yang positif, sehingga kesibukannya semakin bertambah dan bisa diisi dengan yang tadinya melihat gambar-gambar porno, sekarang untuk melihat hal-hal yang lain. Dan ini bagaimana ?
PG : Saya sangat setuju. Jadi dia bisa mengisi hidupnya dengan aktifitas-aktifitas yang baik dan sudah tentu satu hal yang dia tidak boleh lupakan adalah membaca firman Tuhan. Dia harus membacafirman Tuhan, sebab firman Tuhan sama seperti detergen atau sabun, maka firman Tuhan akan membersihkan pikiran kita kendati harus lewati proses yang sangat panjang, namun kita harus yakin kalau kita akan menang dan akan menang.
Ingatlah firman Tuhan di Filipi 4:13 berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" jadi kita harus selalu melawan godaan ini dan berkeyakinan kalau Tuhan bisa menolong dan akan menolong kita.
GS : Jadi pada awalnya sebagai mentor atau pasangan hidup, kita bisa menolongnya dengan mengajak membacanya bersama-sama, Pak Paul.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Apakah ada hal yang lain selain hal yang tadi ?
PG : Kita juga bisa membaca buku-buku rohani atau buku-buku yang bermutu, kita harus mengembangkan hobi yang beragam dan yang sehat. Jadi benar-benar kita harus mencabangkan hidup kita, sebab aa kecenderungan orang yang kecanduan pornografi memang tidak punya hobi lain dan hanya itu hobinya.
Jadinya kita harus melebarkan atau meluaskan aktifitas atau hobi-hobi kita. Firman Tuhan mengajarkan di Filipi 4:8, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Jadi apa pun yang baik yang patut dipuji yang memuliakan Tuhan, yang bisa kita lakukan maka kita lakukan. Dengan kita lebih banyak terlibat dalam hal-hal yang lain itu maka kita akan makin jauh dari dosa pornografi.
GS : Hal itu artinya kita tidak membiarkan pikiran kita kosong, setelah kita tidak memikirkan hal yang negatif yaitu pornografi, kita harus mengisinya dengan hal yang positif yaitu memikirkan tentang hal-hal yang baik itu tadi, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Pak Paul, seringkali orang-orang seperti ini mengoleksi buku-buku yang harganya cukup mahal, padahal kalau dia sudah mengambil tekad untuk berhenti maka itu semua harus dibuang, karena tidak boleh kalau buku itu tetap ada di rak bukunya atau di lemarinya.
PG : Jadi semuanya yang memberikan kepada kita akses pornografi, itu yang harus kita buang dan kita harus katakan kalau kita tidak mau lagi berdekatan dengan hal-hal ini, sebab selama hal ini msih di rumah kita, berarti kita belum sepenuh hati untuk memutuskan hubungan dengan dosa.
GS : Tentu tidak benar juga kalau buku-buku itu diberikan kepada orang lain, sebab dia nanti terlepas, tapi orang lain justru akan terikat.
PG : Ya betul. Jadi benar-benar dibuang, bukan untuk diserahkan kepada orang lain.
GS : Walaupun itu mahal atau mungkin susah untuk dia mendapatkannya ?
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kecanduan Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.