dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi
Salah satu kesalahpahaman yang beredar di antara kita, orang percaya adalah bahwa tujuan kita menjadi orang percaya ialah untuk diselamatkan, dalam pengertian kita diselamatkan dari hukuman dosa dan sebagai gantinya, kita menerima pengampunan dosa lewat kematian Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Sesungguhnya keselamatan hanyalah sebagian—bukan keseluruhan—dari tujuan Tuhan memanggil dan menjadikan kita anak-anak-Nya. Bagian lain dari tujuanTuhan memanggil dan menjadikan kita anak-anak-Nya adalah untuk kita bertumbuh dan menjadi kuat secara rohani. Ya, lewat kuasa Roh Kudus, Tuhan menumbuhkan kita supaya makin hari kita makin serupa dengan Putra Allah, Yesus Kristus. Dan, melalui kuasa Roh Kudus, kita pun diperkuat agar dapat menghadapi pencobaan dan tantangan hidup. Itu sebab penting bagi kita untuk mengetahui dengan jelas target atau sasaran pertumbuhan rohani. Sebab, bagaimanakah kita tahu bahwa kita telah bertumbuh bila kita tidak tahu sasaran pertumbuhan itu sendiri? Ada banyak sasaran pertumbuhan rohani namun setidaknya ada empat yang dapat kita jadikan tolok ukur. Saya akan menggunakan istilah ciri pertumbuhan dan sasaran pertumbuhan secara silih-berganti karena saya menyamakan keduanya. Saya pun percaya bahwa CIRI pertumbuhan rohani juga merupakan KEKUATAN rohani yang dibutuhkan untuk menghadapi pencobaan dan tantangan hidup. Saya akan memetik empat ciri pertumbuhan dan kekuatan rohani ini dari Surat Efesus 5.
Pertama adalah dari ayat 10, "ujilah apa yang berkenan kepadaTuhan." Saya masih ingat perubahan pertama yang terjadi pada diri saya setelah saya memulai hidup baru di dalam Tuhan yaitu sebelum saya melakukan sesuatu, saya bertanya, apakah yang akan saya perbuat ini berkenan kepada Tuhan. Sebelumnya tidak, tetapi setelah memutuskan untuk mengikut Kristus, saya senantiasa mengajukan pertanyaan itu. Sampai hari ini saya masih mengajukan pertanyaan itu, bukan saja sebelum saya melakukan sesuatu tetapi juga sebelum saya mengambil keputusan. Singkat kata, pertanyaan itu menjadi panduan PERBUATAN dan PERENCANAAN dalam hidup saya. Sudah tentu salah satu alasan mengapa saya mengajukan pertanyaan itu adalah untuk memastikan bahwa apa yang akan saya perbuat atau putuskan bukanlah DOSA. Saya takut Tuhan dan tidak ingin membuat Tuhan marah serta menghukum saya. Namun sesungguhnya ada alasan lain mengapa saya mengajukan pertanyaan itu yakni saya peduli denganTuhan. Saya ingin menyenangkan hati Tuhan dan saya tidak ingin menyedihkan hati-Nya. Itu sebab saya ingin agar apa pun yang saya perbuat dan putuskan sesuai dengan kehendak-Nya. Firman Tuhan berkata, "ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan." Kata "ujilah" di sini dapat juga diterjemahkan "cari tahulah"; jadi, dalam bertindak dan memutuskan apa pun, secara aktif kita mesti mencari tahu apa yang berkenan kepada Tuhan. Kadang kita tidak tahu secara pasti, nah tugas kita adalah mencari tahu. Selidikilah Firman Tuhan; bila masih kurang jelas, bertanyalah kepada orang yang lebih memahami FirmanTuhan. Kita harus memastikan bahwa apa yang kita ingin lakukan atau putuskan berkenan kepadaTuhan. Inilah makna kata "ujilah." Ciri pertumbuhan dan kekuatan rohani adalah keinginan yang kuat untuk menguji—mencari tahu—apa yang berkenan kepada Tuhan. Makin kita mencari tahu dan melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan, makin kita bertumbuh dan makin kita bertambah kuat secara rohani. Sebaliknya, mustahil kita bertumbuh dan bertambah kuat bila kita tidak memedulikan apa yang berkenan kepada Tuhan. Sudah tentu bukan saja kita mencari tahu, kita pun harus MELAKUKANNYA. Apa gunanya tahu jika kita tidak melakukannya? Jadi, setelah tahu, lakukanlah apa yang berkenan kepada Tuhan. Beberapa kali saya bertemu dengan anak-anak Tuhan yang jatuh ke dalam dosa. Mereka tahu bahwa mereka berdosa; dengan kata lain, mereka tahu apa yang berkenan—dan tidak berkenan—kepada Tuhan. Sayangnya, mereka tidak menindaklanjuti pengetahuan itu. Mereka tahu apa yang berkenan kepada Tuhan tetapi memilih apa yang tidak berkenan kepada Tuhan. Pada titik itu bukan saja mereka tidak bertumbuh, mereka pun bertambah lemah secara rohani. Jadi, agar kita bertumbuh dan bertambah kuat secara rohani kita harus mencari tahu dan melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan.
Ciri pertumbuhan dan kekuatan rohani kedua saya petik dari ayat 2, "hiduplah di dalam kasih." Ayat ini dapat pula diterjemahkan, "berjalanlah di jalan kasih." Setelah membagikan perintah agung ini, Paulus kemudian memberikan dasar atau alasannya, "sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." Singkat kata, Tuhan meminta kita untuk berjalan di jalan-Nya atau di jalan yang ditempuh-Nya, yaitu Jalan Kasih, jalan yang menuntut kita untuk menyerahkan diri sebagai persembahan dan korban. Jalan Kasih adalah jalan yang baru atau asing bagi kebanyakan kita. Mungkin selama ini kita berjalan di Jalan Balas—bila orang baik kepada kita maka kita membalasnya dengan kebaikan namun jika orang jahat kepada kita maka kita pun membalasnya dengan kejahatan. Atau mungkin selama ini kita berjalan di Jalan Mudah—selama mudah, kita akan melakukannya; bila susah atau merepotkan, kita tidak akan melakukannya. Atau mungkin ada yang berjalan di Jalan Untung-Rugi—selama menguntungkan kita lakukan; bila merugikan, kita tidak akan melakukannya. Sebagaimana dapat kita lihat, ada banyak jalan, tetapi sedikit yang memilih Jalan Kasih. Penyebabnya adalah sedikit di antara kita yang dibesarkan dan diajar untuk berjalan di Jalan Kasih. Penyebab lainnya adalah jauh lebih mudah buat kita berjalan di jalan yang lain; berjalan di Jalan Kasih sulit karena bertentangan dengan keinginan sendiri dan bertabrakan dengan nilai-nilai moral masyarakat pada umumnya. Itu sebab diperlukan tekad untuk berjalan di Jalan Kasih. Kabar baiknya adalah begitu kita bertekad berjalan di Jalan Kasih, maka Roh Kudus pun akan menyuplai kekuatan buat kita. Pertumbuhan dan kekuatan rohani diwujudkan dalam hal ini. Mustahil kita bertumbuh dan bertambah kuat secara rohani bila kita tetap berjalan di jalan yang lain, bukan di Jalan Kasih. Mungkin kita pernah bertemu dengan orang Kristen yang sudah lama menjadi orang Kristen tetapi tidak bertumbuh dan tetap lemah secara rohani. Besar kemungkinan mereka adalah orang Kristen yang tetap berjalan di jalan mereka yang lama; mereka tidak pernah pindah jalan ke Jalan Kasih. Mereka berjalan di Jalan Balas, di Jalan Mudah, atau di Jalan Untung-Rugi. Tidak heran mereka tidak bertumbuh dan terus lemah. Di dalam pelayanan saya pernah berjumpa dengan orang Kristen seperti ini. Sekilas mereka tampak matang secara rohani; mereka terlibat dalam pelayanan dan sudah lama mengenal Tuhan Yesus. Namun pada suatu saat terbukalah kondisi mereka yang sesungguhnya; ternyata bukan saja belum matang, mereka pun belum berbuah. Biasanya situasi yang memicu adalah peristiwa yang membuat mereka marah atau kecewa. Dalam menghadapi situasi seperti itu terlihatlah kondisi kerohanian mereka yang sesungguhnya; ternyata selama ini mereka berjalan di Jalan Balas, di Jalan Mudah, atau di Jalan Untung-Rugi, bukan di Jalan Kasih. Itu sebab yang keluar dari diri mereka adalah kebalikan dari kasih—kebencian, kepahitan, tidak memaafkan, memusuhi, dan lainnya. Firman Tuhan mengingatkan, "hiduplah di dalam kasih," makin jauh kita berjalan di Jalan Kasih, makin kita bertumbuh dan bertambah kuat secara rohani. Walau sulit dan jatuh bangun, jangan pindah jalan, tetaplah di Jalan Kasih.