Anak dan Kemajuan Teknologi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T259A
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kendati kemajuan teknologi dicicipi oleh semua lapisan masyarakat, namun tidak bisa disangkal bahwa kelompok remaja adalah kelompok yang paling memanfaatkan kemajuan ini. Tidak heran, generasi remaja sekarang dijuluki Generasi M—singkatan dari multi-tasking yang berarti melakukan beberapa hal pada saat bersamaan. Di sini akan dijelaskan beberapa tanggapan terhadap pengaruh positif maupun negatif kemajuan teknologi pada perkembangan hidup anak.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kendati kemajuan teknologi dicicipi oleh semua lapisan masyarakat, namun tidak bisa disangkal bahwa kelompok remaja adalah kelompok yang paling memanfaatkan kemajuan-kemajuan ini. Lihat saja permainan video yang sekarang begitu canggih dan melibatkan tiga dimensi. Disamping itu remaja pun dapat menikmati musik lewat iPod, bercengkerama lewat chatting, sms, email, dan dapat berkreasi sekaligus berkomunikasi lewat FaceBook, dan YouTube. Tidak heran, generasi remaja sekarang dijuluki Generasi M-singkatan dari multi-tasking yang berarti melakukan beberapa hal pada saat bersamaan. Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap pengaruh positif maupun negatif kemajuan teknologi pada perkembangan hidup anak.

Pengaruh Positif
  1. Kemajuan teknologi tidak bisa tidak membuat anak jauh lebih fasih dengan teknologi, terutama teknologi informasi. Sudah tentu semua ini berdampak baik karena kemajuan ini membawa banyak kemudahan seperti kemudahan mendapatkan informasi dan kemudahan menjalin kontak.
  2. Kemajuan teknologi juga telah menciptakan sebuah kolam pergaulan lewat jalur maya. Tidak bisa tidak, anak dapat mengenal dan menjalin hubungan dengan lebih banyak orang dari pelbagai belahan dunia.
  3. Kemajuan teknologi telah menciptakan beragam permainan yang kreatif dan menantang. Banyak anak yang termasuk kategori ADHD diuntungkan oleh permainan ini oleh karena tingkat kreativitas dan tantangan yang tinggi.
Pengaruh Negatif
  1. Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap bahwa apa yang dibacanya di internet adalah pengetahuan yang terlengkap dan final. Pada faktanya ada begitu banyak hal yang mesti digali lewat proses pembelajaran tradisional dan internet tidak bisa menggantikan kedalaman. Kalau tidak dicermati, maka akan ada kecenderungan bagi generasi mendatang untuk menjadi generasi yang cepat puas dan cenderung berpikir dangkal. Membaca 300 halaman buku yang ditulis secara cermat lewat proses pemikiran yang panjang tidak sama dengan membaca beberapa lembar halaman berisikan kesimpulan di layar komputer. Sebaiknya orangtua terus mendorong anak untuk membaca buku bermutu di samping memanfaatkan informasi dari internet. Juga, secara berkala ajaklah anak berdiskusi sebab proses pengambilan keputusan yang efektif tercapai lewat dialog dua arah. Lewat dialog anak dilatih untuk mendengarkan masukan atau pendapat lain sekaligus memberi respons yang tepat.
  2. Oleh karena kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan. Dengan kata lain, asumsi yang tersirat dalam diri anak adalah bahwa hidup ini seharusnya mudah. Singkat kata, pada akhirnya anak berpacu untuk menyederhanakan masalah dan berupaya menghindari kesukaran. Sudah tentu orangtua tidak perlu melarang anak untuk menikmati kemudahan-kemudahan ini; tugas orangtua di sini adalah mendampingi anak tatkala ia tengah menghadapi kesulitan. Amatilah kecenderungannya untuk mencari jalan pintas dan ajaklah untuk memikirkan alternatif penyelesaian. Doronglah anak untuk bersabar dan menantikan Tuhan dalam menghadapi kebuntuan.
  3. Kemajuan teknologi mempercepat segalanya dan tanpa disadari anak pun dikondisikan untuk tidak tahan dengan kelambanan dan keajegan. Alhasil anak makin hari makin lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat menuntut orang untuk memberi yang diinginkannya dengan segera. Hal ini perlu mendapat perhatian orangtua. Sekali lagi, respons yang tepat bukanlah melarang anak untuk memanfaatkan teknologi melainkan mendorongnya untuk berkonsentrasi mendengarkan sesuatu yang bersifat monologis. Juga, ajaklah anak untuk mengembangkan toleransi yang besar terhadap perbedaan-bahwa tidak semua orang dan hal harus berjalan secepat yang diinginkannya.
  4. Kemajuan teknologi juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin relasi secara dangkal. Waktu untuk bercengkerama secara langsung berkurang karena sekarang waktu tersita untuk menikmati semuanya dalam kesendirian. Bahkan permainan pun bersifat individual sehingga makin memperkecil jalinan relasi. Semua ini bisa berdampak negatif terhadap pernikahannya dan relasi kerjanya kelak. Ia terbiasa menjalin relasi tidak langsung lewat jasa on-line, sehingga tidak mudah baginya untuk masuk ke dalam relasi yang mendalam. Dan, kita tahu relasi menuntut kesabaran dan ketabahan. Jadi, doronglah anak untuk tidak mengabaikan pergaulan dengan teman sebab relasi dibangun lewat pergaulan berbagi hidup.
Firman Tuhan:
"Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. " (Yesaya 30:15) Terpenting adalah mengajar anak bahwa semua kemajuan teknologi tidak boleh menggantikan Tuhan di dalam hidupnya. Pada akhirnya semua ini tidak akan dapat menyelamatkannya dari dosa; hanya Tuhan dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan kita dari dosa. Problem teknologi dapat dipecahkan lewat teknologi namun masalah relasi dan hati manusia, tidak akan dapat diselesaikan lewat teknologi.