Waktu Bersama Pasangan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T327A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu kesalahpahaman yang umum beredar di kalangan pasangan nikah adalah, berkaitan dengan soal waktu, "kualitas" jauh lebih penting ketimbang "kuantitas." Sudah tentu kualitas penting oleh karena pada akhirnya terpenting bukanlah sekadar menghabiskan waktu melainkan membagi dan menikmati waktu bersamanya. Ada dua hal penting yang hanya dapat bertunas di dalam koridor waktu bersama: (a) KETERBIASAAN dan (b) PENYESUAIAN. Disini akan dijelaskan dengan lebih detail mengenai kedua hal tersebut.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

 

Salah satu kesalahpahaman yang umum beredar di kalangan pasangan nikah adalah, berkaitan dengan soal waktu, "kualitas" jauh lebih penting ketimbang "kuantitas."  Sudah tentu kualitas penting oleh karena pada akhirnya terpenting bukanlah sekadar menghabiskan waktu melainkan membagi dan menikmati waktu bersamanya.  SUNGGUHPUN DEMIKIAN KITA PERLU MENGINGAT BAHWA KUALITAS HANYA ADA DI DALAM HITUNGAN ATAU RENTANG WAKTU.  Jadi, makin banyak waktu bersama, makin besar kemungkinan terjadinya sebuah interaksi yang positif dan membangun. 

Juga, bukankah kita tidak selalu dapat merencanakan dan memastikan terciptanya waktu yang bermakna?  Ibarat  tamasya, kita tidak senantiasa melihat pemandangan yang indah setiap waktu—hanya pada momen tertentu barulah kita dapat memandang sesuatu yang indah.  Itu sebabnya kita tidak dapat memisahkan kualitas dari kuantitas.  Di dalam kuantitas waktu, barulah kita berkemungkinan mencicipi waktu yang berkualitas.

Waktu Bersama dan Pertumbuhan Relasi Nikah

Berikut ini akan dipaparkan pengaruh menghabiskan"waktu bersama pasangan" pada pertumbuhan relasi nikah.  Ada dua hal penting yang hanya dapat bertunas di dalam koridor waktu bersama: (a) KETERBIASAAN dan (b) PENYESUAIAN.  Makin banyak kita menghabiskan waktu bersama pasangan, makin cepat terjalinnya keterbiasaan.  Makin kita terbiasa dengan kehadirannya, kita pun akan makin cepat menjadikannya sebagai bagian permanen dalam hidup kita.  Alhasil kita pun akan berkesempatan membangun hidup bersamanya.

Sebagai contoh, tatkala pulang ke rumah, kita tahu bahwa pasangan sudah menunggu dan menyiapkan makanan.  Atau sebagai istri, pada pagi hari kita bangun untuk menyiapkan makanan buat suami.  Kendati tampaknya kecil dan tak bermakna sebenarnya aktivitas rutin seperti ini menciptakan sebuah struktur kehidupan di mana kita berdua bernaung di bawahnya.    Di dalam tumpukan sejuta keterbiasaan kecil seperti inilah relasi dibangun.

Kedua, makin sering kita menghabiskan waktu bersama, makin terbuka kesempatan kita untuk berinteraksi dan mengamati satu sama lain.  Ini berarti, pengenalan terjadi dan penyesuaian dapat segera dimulai.  Sudah tentu pengenalan tidak secara otomatis akan menghasilkan penyesuaian; kita harus bekerja keras menyesuaikan diri. Bila kita berhasil melakukannya, kita akan dapat menikmati relasi nikah yang sehat.

Mungkin sampai di sini akan ada yang bertanya, “Bukankah ada pasangan yang tidak menghabiskan banyak waktu bersama namun tampaknya relasi mereka tumbuh dengan baik sedangkan ada pasangan yang menghabiskan waktu bersama namun relasi mereka tetap bermasalah?”  Sebagaimana telah dibahas tadi, pengenalan tidak secara otomatis menghasilkan penyesuaian.  Pengenalan mungkin malah mencelikkan mata kita terhadap karakter dan kebiasaan pasangan yang buruk.  Nah, bila ini yang terjadi, sudah tentu diperlukan usaha yang lebih keras untuk membereskan masalah yang pasti timbul.

Jika kita melihat adanya pasangan nikah yang hidup dan bertumbuh sehat kendati tidak menghabiskan waktu sebanyak pasangan lain, besar kemungkinan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa KITA TIDAK MASUK KE DALAM PERNIKAHAN DENGAN MODAL YANG SAMA.  Ada yang memulai pernikahan dengan sekantong masalah namun ada pula yang mengawali pernikahan dengan segudang masalah.  Dapat dipastikan, jika kita membawa segudang masalah, kita memerlukan lebih banyak waktu dan usaha untuk membereskannya dan membangun relasi nikah yang sehat. 

Pada umumnya pribadi yang dirundung masalah bertumbuh menjadi pribadi yang tidak dewasa.  Ketidakdewasaan niscaya menghambat proses penyesuaian sebab KETIDAKDEWASAAN MEMBUAT KITA SULIT MENDENGAR DAN BERUBAH.  Ketidakdewasaan biasanya juga dikaitkan dengan BESARNYA KEBUTUHAN EMOSIONAL YANG PERLU DIPENUHI.  Ini pun akan mengganggu proses penyesuaian.  Singkat kata, ada sejumlah faktor lain yang berperan dalam proses penyesuaian, bukan hanya menghabiskan waktu bersama.  Namun demikian, UNTUK MENYELESAIKANNYA DAN MENCIPTAKAN PENYESUAIAN, TETAP DIPERLUKAN WAKTU BERSAMA.