Suami Kasar

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T310A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tuhan memerintahkan agar suami mengasihi istrinya dan berdasarkan pelukisan kasih yang diberikan dalam Efesus 5:25-30, tersirat satu pesan bahwa mengasihi berarti memerlakukan istri dengan lembut dan penuh respek. Masalahnya adalah dengan berjalannya waktu acap kali kelembutan berubah menjadi kekasaran; respek berubah menjadi hina. Sudah tentu kita akan berkata bahwa perubahan ini terjadi bukan tanpa sebab. Pastilah kita akan menyebut sikap dan perilaku istri yang tidak baik sebagai alasan utama mengapa kita memerlakukannya dengan kasar. Sungguhpun demikian kita mesti mengingat bahwa panggilan untuk hidup sesuai karakter Allah tidak bergantung pada situasi. Apa pun situasinya, Tuhan meminta kita untuk mengasihi dan memerlakukan istri dengan lembut dan penuh respek. Apa saja situasi yang membuat suami sukar untuk memerlakukan istri dengan lembut ? Dalam bagian ini diuraikan agar para istri bisa menjaga perasaan suami sehingga tidak memicu terjadinya kekerasan suami.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tuhan memerintahkan agar suami mengasihi istrinya dan berdasarkan pelukisan kasih yang diberikan dalam Efesus 5:25-30, tersirat satu pesan bahwa mengasihi berarti memerlakukan istri dengan lembut dan penuh respek. Masalahnya adalah dengan berjalannya waktu acap kali kelembutan bermorfosis menjadi kekasaran; respek berubah menjadi hina.

Sudah tentu kita akan berkata bahwa perubahan ini terjadi bukan tanpa sebab. Pastilah kita akan menyebut sikap dan perilaku istri yang tidak baik sebagai alasan utama mengapa kita memerlakukannya dengan kasar. Sungguhpun demikian kita mesti mengingat bahwa panggilan untuk hidup sesuai karakter Allah tidak bergantung pada situasi. Apa pun situasinya, Tuhan meminta kita untuk mengasihi dan memerlakukan istri dengan lembut dan penuh respek.

Berikut akan dipaparkan situasi yang sering kali menyukarkan suami untuk mengasihi istri dan memerlakukannya dengan lembut :

  1. Secara sosial-budaya masih ada yang mengajarkan bahwa perempuan hanyalah obyek atau alat untuk melayani suami dan memelihara anak-anak. Berdasarkan nilai hidup ini maka perempuan tidaklah dipandang sama berharganya dengan laki-laki dan menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah kewajiban belaka—sesuatu yang sudah seharusnyalah dilakukan. Nah, dapat kita bayangkan betapa mudahnya nilai hidup seperti ini akhirnya melahirkan sikap kasar dan tidak jarang, kekerasan terhadap istri.
  2. Dalam lingkungan tertentu suami yang memberi perhatian besar kepada istri dipandang sebagai suami yang lemah. Mendahulukan kepentingan istri disamakan dengan kebodohan. Dan, kecintaan kepada istri dianggap sebagai ketakutan pada istri. Alhasil, tekanan sosial seperti ini menciptakan suami yang tidak tanggap terhadap kebutuhan istri dan cenderung menekan—bahkan menindas—istri agar taat kepadanya. Setiap perkataannya mesti dituruti; bila tidak, ia pun tidak segan-segan menggunakan kekerasan.
  3. Adakalanya suami bersikap kasar sebagai pembalasan atau reaksi terhadap kegagalan istri untuk memenuhi kebutuhannya. Misalkan, suami mengharapkan istri untuk bekerja guna menunjang kebutuhan keluarga namun istri menolak dengan dalih bahwa sudah seharusnyalah suami yang bekerja memenuhi kebutuhan keluarga—sekali pun itu berarti ia harus bekerja lembur sampai malam. Suami menyimpan kemarahan tetapi tidak berdaya untuk memaksa istri oleh karena dalih yang ditekankan istri bahwa suami memang harus menyediakan kebutuhan keluarga. Akhirnya kemarahan ini melahirkan sikap kasar sebab pada dasarnya lewat perilaku kasar ia sebetulnya tengah membalas dendam kepada istrinya.
  4. Kadang suami bersikap kasar kepada istri guna menunjukkan bahwa ia tetap berkuasa dalam keluarga. Mungkin ia melihat bahwa istri makin naik daun dalam pekerjaannya sedangkan ia tidak. Atau, istri berasal dari latar belakang ekonomi keluarga yang lebih mapan. Untuk menunjukkan bahwa ia tetaplah berkuasa, ia tidak segan-segan memakai kekasaran.
  5. Adakalanya suami bersikap kasar kepada istri karena memang istri tidak menghormati suami. Kadang suami tidak memerlihatkan kehidupan yang berintegritas dan sudah tentu hal seperti ini mengundang tanggapan tidak menghormati dari pihak istri. Namun ada istri yang memang sukar menghormati suami karena pelbagai alasan yang tidak dapat dibenarkan. Misalnya ada istri yang menuntut suami untuk berpenghasilan tinggi dan bila ini tidak tercapai, ia tidak menghormati suami dan sebagainya. Sudah tentu bila ini terjadi, mudah sekali bagi suami untuk bersikap kasar kepada istri.
  6. Kehilangan kasih juga dapat menjadi penyebab mengapa suami bersikap kasar kepada istri. Mungkin akibat masalah yang berlarut-larut, akhirnya kasih padam. Atau, mungkin suami tertarik kepada wanita lain sehingga merasa hidup dengan istri sebagai siksaan tersendiri. Tidak heran, ia lalu bersikap kasar kepada istrinya.
  7. Terakhir, suami bersikap kasar kepada istri oleh karena ia memang ingin lepas dari istri namun tidak berani mengambil tindakan sehingga ia terus memojokkan istrinya dengan perlakuan kasar. Pada akhirnya istri tidak tahan dan memilih untuk meninggalkan suami. Tercapailah cita-cita suami.

Firman Tuhan mengingatkan, "Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat." (Efesus 5:28-29)