Pemberontakan Anak II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T333B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu misteri dalam membesarkan anak adalah, tidak selalu apa yang ingin kita tanamkan, dapat diterima anak dengan BAIK dan TEPAT. Mungkin kita tidak menyampaikannya secara tepat sehingga anak tidak dapat menerima-nya dengan baik. Namun acap kali anak memang sulit untuk menerimanya oleh karena ia sudah memiliki keinginan yang berbeda. Kalau tak terjembatani, tidak bisa tidak, timbullah pemberontakan. Namun ada banyak alasan lain lagi mengapa anak memberontak. Dan pemberontakan anak bisa dilihat dalam beberapa hal, kemudian bagaimana kita sebagai orang tua menghadapi pemberontakan anak?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu misteri dalam membesarkan anak adalah, tidak selalu apa yang ingin kita tanamkan, dapat diterima anak dengan BAIK dan TEPAT. Mungkin kita tidak menyampaikannya secara tepat sehingga anak tidak dapat menerimanya dengan baik. Namun acap kali anak memang sulit untuk menerimanya oleh karena ia sudah memiliki keinginan yang berbeda. Kalau tak terjembatani, tidak bisa tidak, timbullah pemberontakan. Namun ada banyak alasan lain lagi mengapa anak memberontak.

Beberapa di antaranya adalah:

·         PERTENGKARAN ORANG TUA
adalah salah satu penyebab paling umum munculnya pemberontakan. Oleh karena pertengkaran yang tak berkesudahan, anak terpaksa hidup dalam ketegangan dan kemarahan. Inilah benih yang melahirkan pemberontakan.

·         ANAK DIJADIKAN TARGET PELAMPIASAN
adalah penyebab lain terjadinya pemberontakan. Mungkin orang tua frustrasi dengan pernikahannya atau mungkin ia terjepit dalam pekerjaannya. Nah, dalam kondisi tertekan, betapa mudahnya orang tua melampiaskan semua kekesalannya pada anak. Sudah tentu bukan saja anak merasa tersiksa, ia pun merasa marah karena harus menjadi korban ketidakadilan. Pemberontakan pun menjadi jalan keluarnya.

·         ANAK DIJADIKAN TROFI DALAM KONFLIK
adalah penyebab timbulnya pemberontakan dalam keluarga yang tidak harmonis. Akibat keretakan relasi baik ayah maupun ibu berusaha "memenangkan" hati anak agar berpihak padanya. Sudah tentu kondisi ini membuat anak serba salah dan tidak jarang, pemberontakan menjadi jalan untuk membebaskan diri dari himpitan ini.

·         TUNTUTAN BERLEBIHAN
adalah penyebab lain timbulnya pemberontakan. Mungkin orang tua bermaksud baik yaitu mendorong anak untuk mengoptimalkan potensinya namun pada akhirnya anak merasa tersiksa sebab hidup menjadi mirip dengan kerja rodi. Alhasil anak memberontak agar terlepas dari tuntutan yang terlalu menindihnya.

·         KONFLIK ORANG TUA - ANAK
adalah penyebab yang kerap menjadi penyebab munculnya pemberontakan. Sudah tentu ada banyak faktor yang dapat mencuatkan konflik di antara orangtua-anak namun bila konflik tidak terselesaikan, besar kemungkinan pada akhirnya anak memberontak.

 

Sesungguhnya apakah pemberontakan itu? Pemberontakan adalah:

       Pertanda anak TIDAK TAHAN lagi dengan tekanan yang dihadapinya. Bertahun-tahun hidup dalam tekanan membuat daya tahan anak untuk menghadapi stres berkurang. Ia menjadi mudah marah dan cepat melampiaskan kemarahannya pada orang di sekitarnya. Juga, akibat tekanan yang dialaminya ia tidak sempat membangun sistem pertahanan yang kuat sehingga ia menjadi mudah runtuh. Di dalam keruntuhan ia mudah meledak dan tidak cakap mengelola kecamuk di hati. Itu sebabnya reaksi termudah adalah MENOLAK TUNTUTAN apa pun dan inilah yang menjadi tema pemberontakannya.

       Pertanda anak ingin MENGUBAH kondisi keluarganya yang tidak sehat. Tanpa dijelaskan sekali pun, anak tahu bahwa keluarganya tengah bermasalah. Mungkin ia melihat hambarnya komunikasi di antara orang tua. Mungkin ia melihat pertengkaran. Mungkin ia melihat kedekatan orang tua dengan teman di luar pernikahan. Semua ini adalah kondisi yang tidak sehat dan anak merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu. Akhirnya ia mencoba memberitahukan orang tua, mengingatkan orang tua, menasihati orang tua tetapi semua tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya ia tidak tahan lagi dan letih menasihati. Ia membuang semua itu dan melawan orang tua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini pemberontakan merupakan upaya anak MENYADARKAN ORANG TUA.

       Pertanda anak ingin membangun kehidupan yang TERPISAH dari kita. Kadang anak memberontak oleh karena ia ingin mulai mengembangkan kemandiriannya. Ia menganggap diri sudah dewasa dan sudah selayaknya ia memeroleh kebebasan untuk memilih. Pada umumnya ada tiga isu utama yang kerap menjadi pemicu pemberontakan anak: iman kepercayaan, pasangan hidup dan gaya hidup.

       Namun adakalanya, pemberontakan merupakan ekspresi PENYIMPANGAN anak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya anak yang bertumbuh besar dalam keluarga yang tidak harmonis mengembangkan perilaku memberontak sebagai akibat ketidakstabilan jiwanya. Pemberontakan menjadi gaya hidup atau caranya menghadapi hidup. Ia tidak tahu dan mungkin, tidak sanggup mengatasi kekompleksan hidup beserta tuntutannya. Akhirnya satu-satunya cara yang digunakan adalah memberontak. Singkat kata, pemberon-takan merupakan wujud nyata dari ketimpangan dan ketidakberdayaannya menghadapi hidup dengan cara yang sehat.

 

Pemberontakan anak dihadapi lewat:

       KERENDAHAN HATI untuk mengakui kondisi keluarga dan kekurangan pribadi. Kita mesti menyikapi pemberontakan anak dengan penuh kerendahan hati. Kita harus menyadari bahwa seringkali pemberon-takan anak merupakan akibat langsung dari masalah yang tersimpan dalam pernikahan kita atau kegagalan kita membendung masalahnya pada tahap yang dini.

       KASIH untuk menyatakan penerimaan kepada anak. Sedapatnya kendati marah, kita harus membedakan antara perbuatan anak dan diri anak. Di satu pihak kita mesti bersikap tegas terhadap sikap dan perbuatan-nya yang memberontak. Di pihak lain kita harus mengkomunikasikan penerimaan kepada dirinya, yaitu bahwa ia tetap adalah anak yang kita kasihi.

       KETEGASAN untuk menyampaikan batas yang jelas kepada anak. Dalam menghadapi pemberontakan anak, kita harus membedakan pelbagai jenis pemberontakan dan memberi reaksi yang sesuai. Ada kecenderungan tatkala marah, kita menyamaratakan semua perilakunya sebagai pemberontakan besar. Kenyataannya adalah, akan ada pemberontakan yang sesungguhnya tidak bernilai besar. Nah, sedapatnya kita hanya memberi reaksi terhadap pemberontakan besarnya. Sewaktu ia melihat bahwa kita tidak selalu memberi reaksi yang sama terhadap semua tindakannya, ia pun tidak dapat menunjukkan pemberontakan terhadap kita setiap waktu. Jika ini terjadi, akan tercipta momen di mana kita dan dia dapat berinteraksi secara lebih positif sebab tidak semua interaksi menjadi interaksi negatif—dia memberontak dan kita marah. Juga, tatkala kita tidak bereaksi terhadap semua pemberontakannya, ia pun akan dapat melihat sikap kita yang dewasa serta niat baik kita untuk berhubungan kembali dengannya. Hal ini berpotensi melunakkan hatinya dan menurunkan suhu kemarahan dan pemberontakannya.

       Kunci meredam pemberontakan: INTEGRITAS DAN STABILITAS. Sebelum kita menanam sesuatu kita mesti terlebih dahulu menggemburkan tanahnya. Demikian pula dengan usaha menanam sesuatu yang baik pada anak terutama saat terjadi pemberontakan. Kita perlu menggemburkan tanah alias memersiap-kan relasi agar sewaktu terjadi pemberontakan, dampaknya tidak berlarut dan memburuk. Ini berarti kita harus menjaga relasi yang baik dengannya di masa sebelum pemberontakan terjadi.

Selain dari itu, kita pun mesti mempertahankan kehidupan yang berintegritas dan jiwa yang stabil. Jika kita hidup dalam kemunafikan, hampir dapat dipastikan pemberontakan anak akan makin berkobar. Juga, bila anak melihat bahwa kita bukanlah pribadi yang stabil, ia pun cenderung menunjukkan pemberontakan yang lebih besar, sebab diperlukan jiwa yang stabil untuk membendung pemberontakan anak.

Ketika anak melihat ketidakstabilan jiwa kita, ia melihat peluang untuk memberontak. Jadi, penting sekali bagi kita untuk memulai keluarga dalam integritas dan stabilitas. Tanpa kedua karakter ini, pemberontakan hampir menjadi keniscayaan.

       Dan jangan lupa BERDOA untuk anak tanpa henti! Tuhan mendengar doa yang kita panjatkan, jadi, jangan berhenti berdoa meskipun perubahan yang kita nantikan tidak kunjung datang. Terpenting adalah kita pun menyadari kelemahan diri dan bersedia untuk berubah pula.

Doa tanpa perubahan sikap pada diri kita tidak akan membuahkan hasil. Ingat: Tuhan bekerja lewat ketaatan kita, bukan ketidaktaatan kita. Di dalam doa, mintalah hikmat dan kesabaran tanpa batas! Kita memerlukan kedua hal ini. Kita tidak selalu tahu bagaimana memberi respons yang tepat kepada anak. Itu sebabnya kita mesti sering berdoa.

Kita pun tidak selalu memiliki kesabaran atas perilakunya. Jadi, kita harus meminta Tuhan memberi kita kesabaran untuk menghadapinya. Tuhan bekerja melalui doa dan kesediaan kita untuk berubah.

 

Firman Tuhan di Yesaya 57:15 berkata, "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk."

 

Tuhan tahu kita tidak sempurna, namun yang terpenting bagi-Nya adalah pertobatan atau perubahan. Untuk itu diperlukan kerendahan hati untuk mengakui kekurangan kita. Tuhan bersama dengan kita yang remuk hati dan rendah hati. Ia mendengarkan doa kita.