Masalah Anak Belajar Disekolah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T209A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Tatkala anak mulai tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah pada umumnya kita beranggapan bahwa anak itu malas. Sesungguhnya ada banyak alasan mengapa anak mengalami kesukaran belajar; kemalasan hanyalah salah satunya. Ada 7 alasan mengapa anak mengalami kesukaran belajar yang dibahas dalam bagian ini.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

T 209 A "Masalah Anak Belajar di Sekolah" oleh Pdt. Paul Gunadi

Tatkala anak mulai tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah pada umumnya kita beranggapan bahwa anak itu malas belajar. Itu sebabnya biasanya kita bereaksi dengan menegurnya dan pada akhirnya meminta bantuan guru les. Sesungguhnya ada banyak alasan mengapa anak mengalami kesukaran belajar; kemalasan hanyalah salah satunya.

  1. Anak tidak bisa mengikuti pelajaran karena kecerdasannya tidak memadai. Orangtua mesti menilai kemampuan anak dengan tepat dan menyekolahkannya di sekolah yang sesuai dengan kesanggupannya. Jika kita melihat bahwa anak telah berusaha dan dengan tekun belajar namun hasilnya tetap tidak memadai, itu berarti tuntutan sekolah melampaui kesanggupannya. Bila kita memaksakannya anak akan tertekan dan sebagai akibatnya, aspek lain dari perkembangan dirinya akan terganggu.
  2. Anak tidak bisa mengikuti pelajaran karena pelajaran disampaikan dengan cara yang tidak sesuai dengan cara belajarnya. Anak belajar dengan cara yang berbeda: ada yang cenderung berpikir abstrak namun ada yang berpikir konkret; ada yang belajar berurut dan ada yang belajar secara acak. Seorang guru tidak selalu dapat menyampaikan dan menjelaskan materi pelajaran yang cocok untuk setiap anak didik. Itu sebabnya penting bagi kita orangtua untuk mengenali cara belajar anak dan pola pikirnya. Bila setelah menjelaskannya dengan cara berbeda anak mengerti, itu berarti pola pembelajaran di sekolah tidak pas untuknya dan kitalah yang harus berperan membantunya di rumah.
  3. Anak mengalami kesukaran karena minat belajarnya terbatas pada satu atau pelajaran saja. Jika dirata-ratakan anak mesti menguasai sekitar 10 mata pelajaran. Masalahnya adalah sepuluh mata pelajaran ini mewakili sepuluh bidang keahlian dan sedikit manusia yang dapat menguasai sepuluh bidang keahlian. Makin merata keahlian seseorang, makin dapat ia mengikuti pelajaran-pelajaran itu semua. Namun bila kemampuannya terfokus pada satu atau dua bidang saja, sudah tentu ia akan mengalami masalah dalam bidang lainnya. Tugas orangtua adalah menolong anak agar dapat melewati pelajaran-pelajaran lainnya. Ia tidak usah mendapat nilai 10, nilai 6 pun memadai sebab pada akhirnya ia akan mengembangkan bidang keahliannya di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
  4. Anak mengalami kesulitan belajar karena alasan pribadi yang berkaitan dengan pengajar. Misalnya ada anak yang tidak menyukai pelajaran tertentu karena ia tidak menyukai kepribadian pengajarnya. Bisa pula ia tidak menyukai pengajar karena pernah diejek atau dipermalukan. Sebagai akibatnya ia tidak memberi perhatian apalagi menumbuhkan minat pada bidang tersebut. Nilainya pun akhirnya merosot. Sebagai orang tua kita harus membantu anak untuk memisahkan pengajar dan ajarannya; melalui contoh konkret kita menjelaskan materi pelajarannya dan menumbuhkan minatnya sebab sayang sekali kalau gara-gara faktor pribadi, ia kehilangan kesempatan mengembangkan minat pada bidang yang dikuasainya itu.
  5. Anak mengalami kesukaran belajar akibat perlakuan teman yang tidak bersahabat. Akhirnya ia tidak suka ke sekolah dan sukar berkonsentrasi belajar sebab ia kerap merasa takut ke sekolah. Membayangkan sekolah saja sudah membuatnya tertekan, apalagi pergi ke sekolah. Kalau ini yang terjadi, maka kita perlu melindunginya. Kita dapat menawarkan bantuan kepadanya namun bila ia menolak, berilah kesempatan kepadanya untuk menyelesaikan masalah itu dengan temannya. Sudah tentu kita harus menawarkan masukan tentang apa yang dapat dilakukannya untuk mengatasi masalah dengan temannya.
  6. Anak mengalami kesukaran belajar akibat masalah rumah tangga. Problem orangtua pada akhirnya menjadi problem anak pula sebab anak akan terpengaruh olehnya. Biasanya anak menjadi tegang dan sulit berkonsentrasi akibat pertengkaran yang didengarnya semalam. Kadang anak khawatir bahwa orangtua akan bertengkar lagi tatkala ia berada di sekolah dan mungkin salah satu akan mengalami luka. Jika ini yang terjadi, orangtua mesti mencari pertolongan dan menyelesaikan masalahnya.
  7. Anak mengalami kesukaran belajar sebab baginya bermain jauh lebih menyenangkan daripada belajar. Ketersediaan mainan dapat menjadi cobaan yang terlalu sulit untuk ditampik anak; akhirnya ia asyik bermain dan lupa waktu dan lupa tanggung jawab. Orangtua mesti membatasi waktu bermain anak namun tidak seharusnya orangtua melarang anak bermain sama sekali. Anak perlu bermain setiap hari untuk menyeimbangkan hidupnya kembali. Dengan pengawasan, anak seharusnya diizinkan waktu bermain agar ia dapat menyegarkan jiwanya kembali.
  8. ol>

    Firman Tuhan: Didiklah anakmu maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)