Kehilangan Makna Hidup

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T536B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kehilangan makna hidup dapat terjadi akibat hilangnya pekerjaan, disilusi dengan hidup (kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diharapkan), kesulitan hidup dan hilangnya orang terdekat.seperti pasangan, orang tua, anak dan sahabat. Makna hidup sejati berasal dari Tuhan dan hanya dapat diberikan kepada kita lewat iman dan ketaatan kita kepada-Nya. Apapun yang terjadi, teruskan hidup, tambahkan iman dan pertebal ketaatan. Makna hidup lahir dan bertumbuh dalam ketaatan kepada Tuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu hal menakutkan yang dapat terjadi adalah hilangnya makna hidup. Pada umumnya kehilangan makna hidup diikuti oleh hilangnya semangat untuk melanjutkan hidup, disamping kebingungan dan kekacauan di hati. Tidak jarang, kita pun tergoda untuk mengakhiri hidup karena merasa tidak ada lagi gunanya bertahan hidup. Penting bagi kita memahami masalah ini dan mencegahnya. Beberapa penyebab beserta cara menanggulanginya:

  1. Kehilangan makna hidup dapat terjadi akibat HILANGNYA PEKERJAAN secara sekonyong-konyong. Salah satu cara kita merenda hidup adalah melalui pekerjaan, yang kita bangun setahap demi setahap lewat rentang waktu yang panjang. Setelah mencapai jenjang tertentu, kita kemudian bertahan dan mengembangkannya. Jika kita harus kehilangan pekerjaan, itu akan sangat memukul; sebab, pada titik itu pekerjaan sudah menyatu dengan diri kita. Alhasil kita pun tergoncang dan kehilangan makna hidup. Jika inilah yang terjadi, untuk sementara izinkanlah diri untuk bersedih sebab kehilangan kerja identik dengan hilangnya sebagian diri kita. Setelah itu silakan eksplorasi pilihan kerja yang tersedia. Idealnya kita menemukan kerja pengganti yang sejenis dan setara dengan pekerjaan yang terdahulu namun bila itu tidak terjadi, jangan ragu untuk banting haluan dan menurunkan tuntutan. Ambillah pekerjaan yang ada dan jadikan pekerjaan itu sebagai pengisi waktu. Terpenting adalah kita terus beraktivitas sebab tanpa aktivitas kita akan makin terpuruk.
  2. Kehilangan makna hidup dapat terjadi akibat DISILUSI DENGAN HIDUP. Mungkin kita pernah mengharapkan sesuatu namun tidak mendapatkannya. Sebagai akibat kita kecewa; begitu kecewanya kita sampai-sampai kita kehilangan makna hidup. Misalkan, kita berharap bahwa kita akan dikaruniakan anak dan akhirnya kita diberkati dengan anak. Masalahnya adalah, sejak lahir anak ini bermasalah, sehingga harus menjalani begitu banyak pengobatan. Tidak bisa tidak, kita kecewa dan dalam kondisi kecewa, kita kehilangan makna hidup. Atau, kita mengharapkan bahwa setelah menjadi orang Kristen, kesulitan yang sedang dihadapi dapat berlalu. Ternyata itu tidak terjadi sebab Tuhan menghendaki kita menghadapi masalah bersama-Nya, bukan melarikan diri dari masalah. Bila inilah yang terjadi, tidak bisa tidak, kita pun kecewa dan dalam kekecewaan kita dapat kehilangan makna hidup sebagai orang Kristen. Apa yang mesti kita perbuat dalam situasi seperti ini? Kita harus memercayai Tuhan dan keputusan-Nya walau kita tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Kita mesti selalu ingat bahwa Tuhan mendasari keputusan-Nya atas kasih dan rencana-Nya yang baik. Jadi, serahkanlah pada Tuhan dan terimalah apa pun yang ditetapkan-Nya.
  3. Kita dapat kehilangan makna hidup karena KESULITAN HIDUP. Seperti Ayub, kita mengalami musibah demi musibah, akhirnya kita lelah dan tidak tahu mesti berbuat apa. Mungkin kita masih dapat menghadapi satu atau dua kesulitan; menghadapi empat kesulitan sekaligus kita tidak sanggup. Kita ambruk dan mau melarikan diri dari hidup. Kita kehilangan makna hidup sebab bagi kita, hidup identik dengan kesusahan. Jika ini yang terjadi, kita mesti mencari pertolongan. Kita tidak dapat menghadapi pukulan demi pukulan sendirian; kita memerlukan bantuan. Jadi, bicaralah dengan hamba Tuhan dan teman; ceritakanlah apa yang terjadi; mintalah bantuannya. Kadang, walau masalah belum selesai, jika kita dapat berbagi beban dengan teman, kita akan merasa lebih baik.
  4. Kehilangan makna hidup dapat disebabkan oleh HILANGNYA ORANG TERDEKAT dengan kita, seperti pasangan, orang tua, anak dan sahabat. Semasa mereka masih bersama kita, hidup tidak sepi. Kita selalu disegarkan dan disemarakkan oleh kehadiran mereka. Sekarang mereka telah tiada; hidup pun berubah menjadi kelabu dan sepi. Atau, kita terbiasa menjalani hidup bersama dengan mereka; sekarang mereka telah tiada, kita pun susah dan sedih. Kehilangan orang terdekat membuat kita kehilangan kekuatan dan makna untuk hidup. Jika ini yang terjadi, kita harus memaksa diri untuk bertemu dengan orang setiap hari, tidak soal kita niat atau tidak. Kita mesti keluar rumah dan berinteraksi dengan orang. Memang mereka tidak sama dengan orang terdekat tetapi mereka tetap adalah orang dan interaksi dengan orang mutlak kita butuhkan. Jadi, jangan terlalu milih-milih, walau tidak sama dengan orang terdekat, bergaullah dengan mereka.

Firman Tuhan di Ratapan 3:22-25 mengingatkan, "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu. Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku; oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." Makna hidup yang sejati berasal dari Tuhan dan hanya dapat diberikan kepada kita lewat iman dan ketaatan kita kepada-Nya. Jadi, apa pun yang terjadi, teruskan hidup, tambahkan iman, dan pertebal ketaatan. Makna hidup lahir dan bertumbuh di dalam ketaatan kepada Tuhan.