Iri Terhadap Saudara Sendiri

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T322A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Seyogianya kita tidak merasa iri dengan saudara sendiri namun pada kenyataannya, kadang kita merasa iri. Ada beberapa penyebab mengapa adakalanya kita merasa iri kepada saudara sendiri, antara lain : Kita dibanding-bandingkan oleh orang tua, sanak saudara, guru atau teman. Kita membanding-bandingkan diri karena menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh saudara sendiri. Kita dapat merasa iri kepada saudara sendiri bila apa yang tadinya kita punyai kemudian dialihkan kepada orang lain. Kalau itu yang terjadi apa yang akan dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak yang iri seperti ini ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seyogianya kita tidak merasa iri dengan saudara sendiri namun pada kenyataannya, kadang kita merasa iri.
Ada beberapa penyebab mengapa adakalanya kita merasa iri kepada saudara sendiri.

  1. Pertama, kita dibanding-bandingkan oleh orangtua, sanak saudara, guru, atau teman. Sudah tentu kita dibandingkan secara negatif, dalam pengertian kita dinilai kurang. Misalnya, kita berkulit gelap sedang kakak berkulit terang. Di dalam kasus ini, sebenarnya rasa iri keluar dari kemarahan. Kita marah karena merasa ditolak oleh seseorang yang penting bagi diri kita. Sebagai pelampiasan, kita pun menujukan kemarahan dalam bentuk iri hati kepada seseorang yang digunakan sebagai perbandingan untuk menolak kita.
    Kain dan Habil adalah contohnya. Firman Tuhan (Kejadian 4:4-5) menjelaskan, ". . . maka Tuhan mengindahkan Habil dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya." Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Kain marah kemudian membunuh adik kandungnya sendiri.
  2. Kedua, kita membanding-bandingkan diri karena menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh saudara sendiri. Kita melihat "keberuntungannya" memiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Misalnya, adik sangat pandai bergaul dan selalu dikelilingi teman sedang kita tidak memunyai teman. Oleh karenanya kita iri kepada adik karena keterampilannya bergaul membuatnya populer, sedangkan kita tidak dapat menikmati perkawanan yang luas. Di dalam Alkitab, Yusuf adalah contoh korban iri hati kakak-kakaknya. Kejadian 37:3-4 mencatat, "Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat saudara-saudaranya bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah."
    Kita mengetahui apa yang terjadi setelah itu. Mereka menangkap Yusuf dan hampir membunuhnya. Mereka akhirnya menjual Yusuf sebagai seorang budak—yang sebenarnya sama dengan melenyapkannya. Mengapa mereka begitu iri kepada Yusuf ? Oleh karena Yusuf mendapatkan sesuatu yang tidak mereka dapatkan yakni perhatian dan kasih sayang serta hadiah yang mahal dari ayah mereka, Yakub.
  3. Ketiga, kita dapat merasa iri kepada saudara sendiri bila apa yang tadinya kita punyai kemudian dialihkan kepada orang lain. Kisah Esau dan Yakub menceritakan tentang hal ini. Oleh karena semangkuk kacang merah, Esau dengan gampangnya menyerahkan hak kesulungannya kepada adiknya Yakub (Kejadian 25:34). Pada akhirnya Yakub pun memperdaya ayahnya Ishak dan berhasil memperoleh berkat anak sulung—hak yang memang telah dijual oleh Esau. Sebagaimana kita ketahui, Esau marah dan berjanji untuk membunuh Yakub setelah ayahnya meninggal dunia. Tidak bisa tidak, ada rasa iri di hati Esau karena apa yang tadinya menjadi miliknya, sekarang telah menjadi milik adiknya—kendati pada awalnya itu adalah akibat ulahnya sendiri.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik dari ketiga cerita ini tentang iri hati.
  • Hampir dapat dipastikan bahwa isi sesungguhnya dari iri hati adalah kemarahan. Apa pun kondisinya, kemarahan merupakan muatan tersembunyi dari iri hati. Itu sebabnya dalam menghadapi iri hati kita mesti mawas diri dengan kemarahan.
  • Hampir dapat dipastikan bahwa kemarahan dalam iri hati disebabkan oleh rasa ketidakadilan. Kita merasa dirugikan dan diperlakukan tidak adil; itu sebabnya kita ingin menuntut balas. Jadi, jika kita merasa diperlakukan tidak adil, pertama periksalah diri sendiri. Apakah memang beralasan tindak ketidakadilan itu? Kadang, kitalah penyebab terjadinya ketimpangan perlakuan itu.
  • Hampir dapat dipastikan bahwa iri hati membuat kita ingin merebut kembali sesuatu yang kita anggap milik kita. Sesungguhnya kita harus memeriksa diri. Mungkin ada dosa yang tersembunyi yang mesti diakui terlebih dahulu. Sadarilah apa yang telah kita perbuat yang membuat orang tua mengalihkan "berkat" kepada saudara lain.
Firman Tuhan, "Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24)

Comments

DIRI SENDIRI adlh musuh kita yg plg besar dan berat... pengendalian diri sendri akan jauh lbh baik untk menghindari rs iri hati..kepda siapa pun.amin

Tetap mengucap syukur menghindarkan kita dari iri hati. Gbu