Hidup dengan Pasangan II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T313B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu kesalahan terbesar yang diperbuat oleh banyak pasangan nikah adalah TERLALU CEPAT MENYERAH. Oleh karena terlalu cepat menyerah, akhirnya kita tidak dapat lagi menikmati relasi nikah yang sehat. Pada masa tua tatkala kita menengok ke belakang hati pun sarat dengan penyesalan. Kita merasa bahwa hidup telah berlalu dengan sia-sia sebab kita kurang memberi usaha terbaik dan menyerah terlalu cepat. Kita cepat menyerah gara-gara kita kecewa, frustrasi, tidak diperhatikan, letih, bermasalah. Bagaimana kita bisa menang dari kekecewaan dan bisa hidup berdamai dengan pasangan selama hidup kita ? Pernikahan yang sehat akan membuat kita bisa menikmati hidup selama di dunia.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada peribahasa yang berbunyi, "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga." Kebanyakan kita berusaha untuk hidup sebaik mungkin supaya hidup tidak menyisakan penyesalan di hari tua. Namun pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang dapat melewati hidup tanpa penyesalan. Seperti tupai yang terjatuh, kita pun tersandung dalam satu dua hal sehingga mesti menanggung penyesalan di hari tua. Berikut akan dipaparkan pelbagai ruang dalam kehidupan yang kerap menyisakan penyesalan. Mudah-mudahan melalui refleksi ini kita dapat menghindar dari kesalahan serupa sehingga kita tidak harus menyisakan penyesalan dalam hidup.

Salah satu kesalahan terbesar yang diperbuat oleh banyak pasangan nikah adalah TERLALU CEPAT MENYERAH. Oleh karena terlalu cepat menyerah, akhirnya kita tidak dapat lagi menikmati relasi nikah yang sehat. Pada masa tua tatkala menengok ke belakang hati pun sarat dengan penyesalan. Kita merasa bahwa hidup telah berlalu dengan sia-sia sebab kita kurang memberi usaha terbaik dan menyerah terlalu cepat.

Sesungguhnya seperti apakah pernikahan kita kelak ditentukan oleh bagaimanakah kita menjalani pernikahan kita sekarang. Jika kita tidak terlalu cepat menyerah, maka kita pun akan lebih berkemungkinan menikmati relasi yang sehat. Namun untuk itu kita mesti terus berusaha dan tidak berputus asa.

Berikut akan dipaparkan apa yang menyebabkan kita menyerah :
  1. KECEWA.
    Sering kali kita mengalami kekecewaan sebab pernikahan tidaklah seperti yang dibayangkan. Mungkin kita mengharapkan suami yang mengayomi kita—menyayangi dan mengerti perasaan hati kita. Mungkin kita mendambakan istri yang memberi dukungan penuh sehingga kita dapat mengerjakan apa yang menjadi kerinduan hati kita.
    Ternyata setelah menikah suami tidaklah selalu memerlihatkan kasih sayangnya kepada kita. Juga tidak selalu ia memahami perasaan hati kita, malah ia yang menuntut kita untuk mengerti isi hatinya.
    Demikian pula dengan istri. Bukannya mendukung, ia malah mengacaukan rencana hidup kita sehingga apa yang telah direncanakan, tidak bisa dilaksanakan. Akhirnya kita merasa letih karena harus senantiasa memerhatikan kebutuhan istri.
    Sebagai akibat semua ini kita mengalami kekecewaan—kecewa sebab pernikahan yang didambakan tidak kunjung datang. Oleh karenanya kita pun menyerah—membiarkan pernikahan terus berjalan tanpa berusaha memerbaikinya lagi.
  2. FRUSTRASI.
    Salah satu karakter yang penting dimiliki oleh pasangan nikah adalah fleksibilitas. Orang yang fleksibel adalah orang yang bersedia melihat diri dan kekurangannya serta beradaptasi alias berubah. Masalahnya adalah tidak selalu kita menikah dengan orang yang seperti itu. Biasanya dalam kondisi seperti itu kita menjadi sering marah. Mungkin kita berharap kemarahan akan dapat menyadarkannya. Namun ternyata kemarahan kita pun tidak berhasil mengubahnya. Akhirnya kita menyerah. Kita tahu kita tidak dapat mengubahnya dan kita pun berhenti berusaha.
  3. TIDAK DIPERHATIKAN.
    Mungkin kita tidak lagi merasa dikasihi atau dihormati oleh pasangan. Mungkin ia lebih memberi perhatian kepada anak atau kepada pekerjaannya atau keluarga besarnya. Perasaan tidak dikasihi atau tidak dihormati merupakan suatu perasaan yang kuat. Begitu kuatnya sehingga sering kali perasaan ini melumpuhkan kita. Kita pun tidak ingin terluka lagi dan untuk melindungi diri, kita memutuskan untuk mengasingkan diri darinya. Kita takut mencoba atau meminta sebab kita tahu bahwa jawaban yang diberikan akan lebih menyakiti hati. Singkat kata kita menyerah.
  4. LETIH.
    Kadang pasangan tidak bersedia untuk melakukan bagiannya, baik itu menyangkut tugas rumah tangga, tugas mendidik anak atau tugas memelihara komunikasi di antara suami-istri. Mungkin ia seorang yang pasif, mungkin pula ia seorang yang egois. Mungkin ia minder sehingga merasa diri tidak mampu melakukan tugasnya. Mungkin ia tidak tahu bagaimana bersikap dan berlaku sebagai ayah atau ibu. Apa pun penyebabnya, akhirnya kita merasa letih karena semua tanggung jawab ada pada pundak kita. Semua upaya untuk melibatkannya kandas. Dalam keletihan akhirnya kita memutuskan untuk tidak lagi meminta bantuannya dan tidak lagi mengharapkan partisipasinya.
  5. BERMASALAH.
    Adakalanya pasangan mengembangkan masalah justru setelah pernikahan. Mungkin ia mulai berjudi, mungkin ia terlibat utang, mungkin ia terjun ke dalam kehidupan malam atau mungkin ia berselingkuh. Semua ini menyakitkan hati dan menghancurkan keluarga. Akhirnya kita menyerah dan memutuskan untuk angkat kaki. Kita tidak tahan lagi melihat perbuatannya sebab kita tahu bahwa kita tidak dapat menyadarkannya.
Firman Tuhan berkata, "Orang yang sabar besar pengertiannya . . . . Hati yang tenang menyegarkan tubuh . . . ." (Amsal 14:29-30). Dalam segala situasi kita mesti bersikap bijaksana dan tenang. Hal terburuk yang dapat kita lakukan adalah menyerah terlalu dini. Apa pun reaksi pasangan, kita harus bersabar sebelum menyerah. Memang semua hal ini adalah hal buruk dan menyakitkan. Sudah tentu kita pun tergoda untuk menyerah karena merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya. Namun jangan sampai kita terlalu cepat menyerah. Bila kita terlalu cepat menyerah, mungkin kita akan selalu menyimpan penyesalan, kenapa kita tidak berupaya lebih lama dan lebih keras. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk tidak menyerah :
  1. SELESAIKAN MASALAH.
    Kadang karena tidak mau bertengkar kita memutuskan untuk tidak mengangkat masalah. Sudah tentu tidak semua masalah harus dibahas saat itu juga; ada masalah yang mesti ditunda pembahasannya guna mencari kesempatan yang tepat. Namun pada prinsipnya kita harus menyelesaikan masalah. Jangan takut bertengkar dan jangan takut terluka.

  2. Adalah terlebih baik bila kita bertengkar dalam usaha menyelesaikan masalah daripada mendiamkan masalah. Mendiamkan masalah hanyalah menelan kepahitan untuk sementara dan membuat masalah menggunung. Terpenting adalah sikap yang terbuka untuk melihat diri apa adanya dan bersedia untuk berubah. Inilah sikap yang mesti dikedepankan.
  3. BUAT KOMITMEN UNTUK PERBAIKAN.
    Dengan kata lain, kita harus menegaskan bahwa kita ingin dan akan berupaya sekeras mungkin untuk memerbaiki pernikahan. Kebulatan tekad seperti ini menempatkan pernikahan pada prioritas tinggi. Acap kali sewaktu pasangan melihat tekad kita untuk menjunjung tinggi pernikahan dan menjadikan pernikahan kita suatu pernikahan yang sehat, pasangan pun tergugah untuk melakukan hal yang sama.
  4. KITA HARUS MEMULAI.
    Kita bukanlah manusia yang sempurna, jadi adakalanya kita pun berbuat salah. Nah, kita harus bersedia dikoreksi olehnya dan mengambil inisiatif untuk berubah. Sewaktu kita datang kepadanya dan memintanya untuk mengoreksi kita, tidak bisa tidak, hal ini akan membuatnya tercengang. Dan tatkala kita terus datang kepadanya dan memintanya untuk mengoreksi diri kita, pada akhirnya ia pun dipaksa untuk bercermin diri.
  5. KITA HARUS KREATIF.
    Jika kita menemui jalan buntu, carilah jalan lain untuk berbicara kepadanya.. Mintalah bantuan orang lain untuk berbicara kepadanya. Mungkin ada kebutuhan dalam dirinya yang tidak terpenuhi, cobalah untuk penuhi. Singkat kata, cobalah pikirkan jalan lain untuk memerbaiki relasi. Jangan terus menggunakan cara yang sama—cara yang tidak membuahkan hasil. Misalnya, kalau kita sudah tahu bahwa memarahi tidak pernah membuahkan hasil, jangan menggunakan kemarahan lagi. Kalau bisa tanyakanlah langsung cara apakah yang paling tepat untuk menyampaikan sesuatu kepadanya.
  6. KITA HARUS BERDOA DAN BERBUAH.
    Hana berdoa meminta anak selama bertahun-tahun, bukan berminggu-minggu. Kadang Tuhan menahan jawaban doa oleh karena ada rencana tertentu yang ingin digenapi-Nya terlebih dahulu. Namun adakalanya Ia menunggu kita untuk berbuah terlebih dahulu. Dalam kasus Hana, Tuhan menunggu hingga Hana berkata bahwa ia akan memersembahkan anaknya kepada Tuhan. Pekerjaan Tuhan barulah terlaksana bila kita berserah sepenuhnya kepada-Nya.

Kesimpulan
Terlalu cepat menyerah merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah dalam pernikahan. Bahkan tidak jarang, karena terlalu cepat menyerah kita pun mengakhiri pernikahan. Di kemudian hari kita menyesali keputusan yang dibuat dengan tergesa-gesa. Penting sekali bagi kita untuk berupaya dan tidak menyerah dengan segera. Ingatlah Firman Tuhan yang berkata, "Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11)