Dampak Rohani pada Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T331A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Untuk membangun dan memelihara relasi yang sehat diperlukan kehidupan pribadi yang sehat pula. Kehidupan pribadi yang sehat berawal dari dan harus didukung oleh kehidupan rohani yang sehat pula. Tiga hal yang menjadikan kehidupan rohani yang sehat,

  1. kehidupan rohani bertumpu pada pertanggungjawaban kita kepada Yesus Kristus
  2. kehidupan rohani bertumpu pada kehidupan yang kudus
  3. kehidupan rohani bertumpu pada kebenaran. Kerohanian memainkan peran yang vital sebab kerohanian merupakan kemudi yang mengarahkan sikap dan perilaku kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada 2008 terjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan di kota Oxnard, California. Seorang anak berusia 14 tahun menembak mati temannya, berusia 15 tahun. Apakah yang membuat si anak tega menghabisi nyawa temannya itu? Begini ceritanya. Anak yang ditembak itu adalah Larry, seorang anak yang berperilaku feminin, yang kerap menggoda teman-teman prianya dengan komentar genit. Salah seorang yang mendapat komentar tidak menyenangkan itu adalah Brandon, seorang pemain basket di sekolah. Komentar genit itu membuat Brandon begitu marah. Suatu hari Brandon datang ke sekolah membawa pistol. Di dalam pelajaran bahasa Inggris ia duduk di belakang Larry, lalu menembakkan dua peluru ke belakang kepala temannya itu. Larry pun mati seketika. Siapakah remaja Larry dan siapakah Brandon? Larry, remaja yang feminin itu adalah seorang anak yang diadopsi oleh sebuah keluarga pada usia 2 tahun. Ibunya pecandu narkoba dan ia tidak mengenal siapa ayahnya. Sedang Brandon adalah seorang anak yang dibesarkan dalam rumah yang sarat dengan kekerasan. Ayah dan ibunya sering bertengkar dalam pertengkaran terjadi kekerasan. Akhirnya orang tua Brandon bercerai. Satu hal yang menyedihkan adalah kedua anak itu sebenarnya adalah korban orang tua. Larry, si remaja yang feminin, kerap mencari perhatian karena rupanya ia haus perhatian sedang Brandon hanya tahu mengungkapkan kemarahan lewat kekerasan akibat relasi orang tua yang buruk.

Mungkin kita tidak pernah menjadikan orang korban kejahatan. Sayangnya sering kali kita menjadikan anak korban perbuatan kita. Akibat relasi yang buruk dan mungkin pula akibat karakter yang tak terpuji, kita menjadikan anak korban sehingga sampai bertahun-tahun kemudian, anak mesti menanggung akibatnya.

Itu sebabnya kita harus membangun dan memelihara relasi yang sehat di dalam keluarga. Nah, untuk membangun dan memelihara relasi yang sehat diperlukan kehidupan pribadi yang sehat pula. Dan, kehidupan pribadi yang sehat berawal dari dan harus didukung oleh kehidupan rohani yang sehat pula. Di dalam 2 Korintus 1:12, Rasul Paulus membagikan resep untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat. Memang konteks pembicaraan Paulus di sini adalah relasi dengan sesama, namun saya kira kita dapat menerapkan prinsip yang sama ke dalam keluarga. "Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah, bukan oleh hikmat duniawi , tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah."

PERTAMA, KEHIDUPAN ROHANI BERTUMPU PADA PERTANGGUNGJAWABAN KITA KEPADA TUHAN KITA YESUS KRISTUS.
Perhatikan, Paulus merujuk kepada suara hati atau hati nuraninya untuk mengkonfirmasi apa yang dikatakan-nya. Dengan kata lain, Paulus tidak menyebut orang lain untuk membenarkan pengakuannya; ia merujuk kepada suara hatinya sebab memang, suara hati tidak berbohong. Tuhan telah menitipkan hati nurani kepada setiap kita dan lewat nurani, Tuhan menuntun kita ke jalan yang benar. Jika kita ingin hidup sesuai kehendak-Nya maka kita perlu menaati suara Tuhan dan mempertanggungjawabkan perbuatan kita kepada Tuhan.

KEDUA, KEHIDUPAN ROHANI BERTUMPU PADA KEHIDUPAN YANG KUDUS.
Paulus mengatakan bahwa ia telah hidup tulus. Sebenarnya kata "tulus" di sini dapat juga diterjemahkan "kudus" atau "bersih." Kekudusan adalah tulang punggung kehidupan kristiani. Tuhan memerintahkan kita untuk hidup kudus, berarti berbeda dari dunia dan serupa dengan Kristus. Kekudusan berawal dari rasa takut akan Allah dan diwujudkan dalam rasa takut berdosa. Langkah pertama menuju dosa yaitu melihat-lihat dosa. Mulai dari melihat-lihat dosa, akhirnya kita membelokkan arah, berjalan menuju dosa. Banyak korban berjatuhan akibat perbuatan kita yang bergelimang dosa. Ada anak yang telantar gara-gara orang tua hidup dalam dosa. Ada anak menderita gangguan kepribadian dan jiwa oleh karena orang tua hidup dalam dosa. Ada anak kehilangan masa kecil dan masa depan, karena orang tua hidup dalam dosa. Itu sebabnya kita harus hidup takut akan Tuhan dan takut berdosa.

KETIGA, KEHIDUPAN ROHANI BERTUMPU PADA KEBENARAN.
Paulus mengatakan bahwa ia telah hidup dalam kemurnian dari Allah. Kata "kemurnian" dapat pula diterjemahkan "ketulusan"
dan kita tahu arti kata "ketulusan" adalah, sama luar dan dalam. Dengan kata lain, tulus berarti "benar, tidak munafik, tidak ada kepalsuan." Beberapa tahun yang lalu, pimpinan lembaga riset Barna di Amerika mengadakan penelitian di antara kawula muda untuk mengetahui alasan mengapa begitu banyak pemuda yang meninggalkan iman kristiani. Hasil temuannya dibukukan dengan judul, "Unchristian." Ia menemukan, ternyata salah satu alasan mengapa begitu banyak kaum muda meninggalkan iman Kristen adalah dikarenakan kemunafikan yang mereka saksikan di dalam kehidupan orang Kristen. Di dalam berkeluarga kita mungkin harus melewati krisis. Salah satu krisis adalah krisis yang terjadi dalam hubungan orang tua-anak. Pada saat krisis terjadi, besar kemungkinan anak akan tergoda untuk melawan kita. Bila kehidupan kita berbeda dari iman yang kita yakini, besar kemungkinan ia makin termotivasi untuk memberontak sekuat tenaga. Namun, bila ia melihat bahwa kita telah hidup tulus, ia cenderung menahan diri dan tunduk kepada kita.

Kesimpulan

Memang kehidupan berkeluarga didirikan di atas banyak faktor, bukan hanya kerohanian. Namun demikian, kerohanian memainkan peran yang vital sebab kerohanian merupakan kemudi yang mengarahkan sikap dan perilaku kita. Hidup yang bertanggung jawab langsung kepada Tuhan, hidup yang kudus, dan hidup yang tulus akan menebarkan berkat besar kepada keluarga.