Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengatasi Kejenuhan dalam Pekerjaan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Kejenuhan rupanya melanda banyak orang yang bekerja, tetapi itu hanya berupa keluhan-keluhan dan dia sendiri tidak mengerti apakah dia betul sedang jenuh atau tidak. Pak Paul mungkin bisa memberikan gambaran, orang yang jenuh di dalam pekerjaannya itu seperti apa?
PG : Ada beberapa yang bisa kita perhatikan, yang pertama adalah orang yang jenuh itu tidak lagi bersemangat, jadi dia kehilangan api di dalam dirinya. Waktu dia hendak bekerja dia merasa brat sekali, waktu dia mau bangun pagi rasanya susah sekali, di tempat pekerjaannya pun dia menjadi sangat lamban tidak lagi efektif.
Hal-hal yang biasanya dia lakukan dengan cepat sekarang memakan waktu yang lebih lama. Kedua, bisa juga ini mempengaruhi perasaannya, menjadi lebih sensitif, menjadi lebih mudah marah, tersinggung akhirnya mengganggu relasi kerjanya. Jadi kadang-kadang perasaannya tidak stabil. Waktu pulang ke rumah, orang di rumah melihat wajahnya muram, tidak ada lagi kebahagiaan atau keceriaan, jadi orang di rumah harus berhati-hati bagaimana bersikap dengannya karena takut dia tersinggung dan marah, jadi pengaruh dari perasaan itu sering dialami. Yang ketiga adalah menurunnya daya tahan tubuh, jadi orang yang jenuh dan berlangsung dalam waktu yang lama akhirnya sakit-sakitan, tubuhnya tidak enak, keluhan-keluhan mulai muncul, "Ini rasanya kurang enak, ada yang tidak beres saya harus berobat" akhirnya mulai makan obat, untuk menghilangkan rasa sakit dan itu sebelumnya merupakan gejala dari kejenuhan yang menimbulkan stres pada jiwanya. Dan setelah pada jiwanya akhirnya memberikan tekanan pada tubuhnya dan daya tahan tubuhnya menurun sehingga akhirnya dia mudah sekali terserang oleh penyakit.
GS : Itu karena dia sering tidak masuk kerja karena sakit seperti tadi kalaupun dia masuk dia sering juga membuat kesalahan-kesalahan. Ini akan menimbulkan kemarahan dan kejengkelan dari atasannya. Lalu dia tambah jenuh lagi karena dimarahi.
PG : Betul sekali, ini seperti lumpur atau pasir yang menghisap, dia makin hari makin terhisap ke dalam. Dia tidak bisa berkonsentrasi, karena memang hatinya tidak di situ bagaimana kita megharapkan dia berkonsentrasi.
Hatinya tidak ada lagi di sana, dia tidak menyukai yang dia lakukan atau merasa sangat jenuh sehingga kerjanya asal-asalan. Akhirnya kwalitas kerjanya menurun dan ini menimbulkan rasa tidak puas pada rekan atau atasannya.
GS : Ternyata hal itu tidak dipengaruhi oleh waktu Pak Paul, meskipun dia sudah cukup lama bekerja di bidang itu, dia bisa saja merasa jenuh.
PG : Bisa Pak Gunawan, jadi memang kejenuhan ini bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab. Yang pertama adalah dia merasa bidang ini tidak sesuai dengan kebisaannya, kesukaannya atau seleranya,sehingga tidak lagi bisa menikmati pekerjaannya.
Atau yang kedua adalah dia tidak melihat makna dari apa yang dilakukannya. Makna ini memang sesuatu yang mesti dihayati secara pribadi, misalkan apakah ada orang yang senang menjadi petugas kebersihan? Ada, ada orang yang menganggap bahwa ini adalah pelayanan saya untuk Tuhan, saya membersihkan lantai akhirnya lantai menjadi bersih dan majikan saya senang, orang-orang yang memakai ruangan ini senang. Atau dia sebagai tukang kebun, dia bisa memangkas kebun atau bunga-bunga, dia senang ini adalah hasil karyanya. Jadi sekali lagi makna dari pekerjaan tidak tergantung pada jenis pekerjaannya, sesederhana apapun kalau kita bisa menemukan maknanya sesungguhnya itu akan bisa memberikan kita semangat dan mengurangi kemungkinan untuk jenuh dalam pekerjaan itu. Tapi ada orang-orang tertentu memang tidak menemukan makna, bisa jadi karena dia menemukan atau mengharapkan yang lain yang berbeda. Kalau saya mengerjakan itu barulah saya merasakan atau mendapatkan makna, selama saya belum mendapatkan pekerjaan itu maka saya tidak akan mendapati dan menemukan makna dari pekerjaan saya. Ini saya kira suatu pandangan atau perspektif yang tidak tepat, justru ini harus kita ubah, sehingga apapun yang kita lakukan kita bisa menemukan maknanya. Dan kita bisa berkata seperti Paulus di
Kolose 3:23, "apapun yang kita perbuat, kita perbuat bukan untuk manusia tapi untuk Tuhan." Artinya Tuhan melihat, Tuhan hargai dan Tuhan akan gunakan meskipun dengan cara yang belum tentu kasat mata atau bisa kita lihat.
GS : Tapi memang kadang-kadang harus diakui Pak Paul, sekalipun kita mempunyai persepsi yang betul, visi yang jelas, kejenuhan itu tetap saja kita alami. Nah pada saat-saat kejenuhan itu kita alami, sebenarnya apa yang bisa kita lakukan?
PG : Pak Gunawan mengatakan sesuatu yang memang kenyataan, meskipun kita menyenangi pekerjaan kita. Tapi ada waktu-waktu kita jenuh, saya kira kalau kita bisa menemukan makna dari pekerjaankita, seharusnya kejenuhan itu tidak bertahan untuk waktu yang lama.
Muncul secara berkala tapi akhirnya bisa hilang kembali. Kalau waktu muncul dan pas kita merasa jenuh, apa yang bisa kita lakukan? Ada beberapa yang saya sarankan, pertama, lakukanlah aktifitas sesuai dengan hobby kita. Mungkin kita tak dapat mengubah pekerjaan kita, tapi selama dalam waktu bekerja kita tetap melakukan pekerjaan kita, jangan kita marah dan kita tidak mau mengerjakannya. Tetap kerjakan dan kita juga harus tahu bahwa waktu kita mengerjakan tugas kita, memang tidak ada hal lain yang boleh atau seharusnya kita lakukan. Jangan, jam kerja itu memang untuk mengerjakan tugas kita, namun di luar jam kerja lakukanlah hal-hal yang menyenangkan hati. Ini akan dapat menetralisir kejenuhan, ingatlah bahwa pada akhirnya kejenuhan kerja berdampak luas dan berubah menjadi kejenuhan hidup. Jadi mula-mula pekerjaanlah yang membuat kita jenuh tapi saya khawatir lama-lama kejenuhan ini melebar sehingga akhirnya kita mengalami kejenuhan dalam hidup. Itu sebabnya kita perlu menambahkan aktifitas yang menggembirakan hati ke dalam jadwal kehidupan kita.
GS : Jadi misalnya sepulang kerja masih bisa berolahraga, berkebun atau mendengarkan musik Pak Paul?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, pekerjaan itu sendiri kita terima dan kita kerjakan tapi jangan sampai di luar pekerjaan itu hidup kita sama jenuhnya dengan di dalam pekerjaan itu, ini yang enting.
Di luar pekerjaan kita harus membuat hidup kita tidak sejenuh itu, kita mencoba hobby yang baru, belajarlah keterampilan yang baru, kita belajar hal-hal yang belum pernah kita lakukan, belajar menyanyi, belajar musik atau apa, kita tampakkanlah hobby kita, aktifitas-aktifitas yang menggembirakan hati kita.
GS : Memang itu bisa mengurangi kejenuhan Pak Paul, karena sambil kita berolahraga kita berpikir bahwa ini membutuhkan biaya untuk berolahraga, untuk berkebun, untuk mendengarkan musik atau belajar, bukanlah itu membutuhkan biaya. Jadi keesokan harinya saya bekerja untuk itu, seolah-olah begitu Pak Paul.
PG : Betul, dengan kata lain kita bekerja untuk membiayai hobby kita.
GS : Dan itu membangkitkan semangat lagi.
PG : Tepat sekali, dengan kata lain kita mulai mengubah perspektif
GS : Hal yang lain bisa Pak Paul usulkan?
PG : Yang kedua, di tempat pekerjaan bangunlah relasi dengan mitra kerja. Relasi yang sehat akan mengurangi keengganan kita melakukan pekerjaan yang tidak kita sukai. Setiap hari kita mungkn kehilangan semangat untuk masuk kerja, tetapi kita masih tetap bisa bersemangat bertemu dengan rekan-rekan yang menjadi sahabat.
Sebetulnya prinsip ini saya pelajari dari anak-anak yang susah konsentrasi, anak-anak yang masuk dalam kategori attention deficit hyperactivity disorder anak-anak yang energinya sangat tinggi. Biasanya mereka itu tidak menyukai pelajaran di sekolah karena harus duduk mendengarkan guru memberikan pengajaran, wah konsentrasinya itu buyar, tapi rata-rata mereka itu senang bersekolah bukan senang belajar di sekolah tapi senang bermain di sekolah. Jadi itulah yang memotivasi mereka masuk ke sekolah setiap hari, dan kalau orangtuanya bilang: "Hari ini kamu tidak boleh sekolah, karena kamu nakal." Wah........dia sedih, dia masih mau ke sekolah tapi kita sadari memang mereka ke sekolah bukannya untuk belajar tapi untuk bermain. Saya tidak berkata bekerja untuk bermain, tapi kalau kita ini bisa membangun relasi dengan rekan-rekan kerja yang akrab kita akan senang berjumpa dengan sahabat-sahabat kita, bisa ngobrol-ngobrol, bercanda di sela-sela istirahat kita. Nah itu menjadi sesuatu yang menyegarkan kita sehingga kita bisa lewati lagi hari kerja kita hari lepas hari.
GS : Tapi memang teman-teman ini sangat besar pengaruhnya, kalau kita sudah tidak senang dengan rekan kerja kita, menjengkelkan dan sebagainya itu membuat kita malas.
PG : Itu tepat sekali, jadi memang teman bisa meningkatkan semangat kerja sekaligus bisa menurunkan semangat kerja kita.
GS : Tapi ada juga yang terlanjur jauh di dalam bergaul dengan teman-temannya, kesempatan seperti itu digunakan untuk gosip dan sebagainya sehingga memperkeruh keadaan.
PG : Adakalanya itu pun terjadi, jadi seolah-olah kitalah yang membuat masalah Pak Gunawan, misalnya kita membicarakan hal-hal yang tidak ada dasarnya, menyebarkan berita-berita yang tidak enar sehingga memancing kemarahan orang, akhirnya orang malah mengucilkan kita dan itu yang akhirnya membuat kita malas bekerja.
Jadi ini sebuah prinsip yang harus kita camkan baik-baik, berkerja bukan saja menghasilkan kwalitas karya sebaik-baiknya tapi di tempat pekerjaan kita mesti membangun relasi kerja yang enak dan yang baik. Karena hal ini akan sangat mempengaruhi semangat kerja kita pula
GS : Mungkin ada yang lain Pak Paul?
PG : Yang ketiga adalah perbaikilah kondisi fisik kerja dengan hal-hal kecil. Saya meminta kita semua untuk kreatif Pak Gunawan, misalnya taruhlah foto keluarga di meja atau gantunglah lukian alam yang menyejukkan, sehingga waktu capek kita melihat lukisan alam itu wah seneng atau segar kembali.
Atau buatlah kopi di pagi hari, di sore hari atau siang hari buatlah cokelat yang panas untuk diminum. Atau misalkan menaruh dekorasi atau pajangan tertentu. Nah hal-hal kecil itu bisa mengubah suasana kerja, karena suasana kerja juga berpengaruh terhadap emosi kita, terhadap suasana hati kita. Hal-hal kecil itu kadang-kadang kita anggap tidak penting, tapi ternyata penting sekali. Saya pelajari ini dari seorang petugas imigrasi waktu saya memasuki sebuah negara. Di meja petugas ini ada sebuah foto kuda, kemudian saya tanya ini foto siapa, kemudian dia bercerita tentang foto kuda ini, "Kalau suatu hari saya merasa jenuh saya melihat foto kuda ini wah saya menjadi senang kembali, seolah-olah saya sedang berada dekat dengan kuda itu." Nah hal kecil seperti itu dapat menjadikan suasana berubah, ini nanti akan mempengaruhi suasana hati kita.
GS : Saya juga kadang-kadang menempatkan kata-kata yang baik, kalimat-kalimat pendek yang baik dan saya akan hafalkan, dan suatu saat nanti akan saya ganti dengan yang baru.
PG : Betul sekali, hal-hal kecil seperti itu. Di meja saya, saya menaruh tiga boneka mainan-mainan kecil dari anak-anak saya yang mewakili ketiga anak saya, saya taruh tiga-tiganya, ini mewkili anak saya yang pertama, yang kedua dan yang ketiga.
Saya juga menaruh foto-foto keluarga saya, hal-hal yang menolong. Saya juga menaruh tape supaya saya juga bisa mendengarkan musik. Hal kecil seperti itu sangat membantu.
GS : Apakah itu pengaruhnya pada suasana hati Pak Paul?
PG : Pada suasana hati, suasana lingkungan akan mempengaruhi suasana hati. Suasana lingkungan yang menggembirakan akan menggembirakan suasana hati kita pula. Saya berikan contoh Pak Gunawan pengaruhnya musik pada pembelanjaan, ini salah satu buku yang pernah saya baca memberikan data dari sebuah riset.
Di Amerika Serikat, kebanyakan supermarket memperdengarkan musik, tapi tidak pernah memperdengarkan musik yang keras atau yang cepat, semua musiknya itu selalu alunan atau ritmenya tenang dan perlahan. Dalam buku ini rupanya dikutib tentang riset memperlihatkan orang akan cenderung berjalan lebih perlahan sesuai dengan ritme musik yang didengarnya. Jadi kalau dia ke supermarket, musiknya perlahan, kakinya pun berjalan perlahan, maka matanya lebih perlahan melihat akhirnya tangannya lebih banyak mengambil dan membeli. Tapi kalau musiknya terlalu cepat atau iramanya terlalu cepat dia berjalan cepat-cepat akhirnya yang dia harus beli dia tidak beli, yang dia tidak ingin beli ya benar-benar dia tidak ingin beli. Tapi gara-gara jalan perlahan, tidak ingin beli pun melihat dan akhirnya membeli. Jadi memang suasana musik juga mempengaruhi suasana hati. Jadi intinya ubahlah suasana tempat kerja kita secara kreatif sehingga itu akan dapat membawa pengaruh dalam suasana hati kita.
GS : Tetapi itu pun harus memperhatikan lingkungan di sekitar kita supaya tidak mengganggu rekan kerja yang lain. Yang lainnya apa Pak Paul?
PG : Sedapatnya berilah sumbang sih nyata kepada atasan kita. Maksudnya adalah kalau ada ide sedapatnya sampaikan kepada atasan kita. Namun yang penting adalah jangan memaksakan pendapat, brilah masukan dalam bentuk alternatif untuk dipertimbangkan.
Misalkan atasan kita sudah membuat keputusan atau sedang mempertimbangkan sebuah keputusan, kita bisa bertanya: "Bolehkah saya memberikan pandangan saya selain dari yang Bapak katakan atau selain dari yang Ibu katakan yang saya rasa itu juga baik. Mungkin atau tidak kita melakukan ini, mungkin atau tidak kita mempertimbangkan hal yang ini?" Jadi selalu waktu memberikan saran, ungkapkan dalam bentuk sebuah alternatif, pilihan, kita jangan langsung dengan tegas apalagi kasar mengkonfrontasi ide dari orang lain bahwa itu ide buruk, saya tidak setuju. Jangan menghantam gagasan orang lain, dengarkan gagasan orang lain, terima kebaikannya di mana namun setelah itu coba pikirkan alternatif yang lainnya sehingga orang melihat itu sebagai tambahan pilihan atau tambahan alternatif bukan sebagai gempuran atau hantaman terhadap idenya. Seorang atasan lama-lama akan menghargai kalau kita bisa memunculkan alternatif pemikiran-pemikiran atau ide-ide lain. Sehingga dia tidak hanya melihat satu pilihan, tapi dia bisa melihat dua atau tiga pilihan. Namun biarkan atasan yang mengambil keputusan, waktu keputusan diambil dan tidak sesuai dengan yang kita inginkan biarkan, sebab kita memang bawahannya dan dia yang mengambil keputusan, yang penting kita menyampaikan gagasan atau alternatif itu. Waktu kita mulai lebih sering menyampaikan gagasan dan mudah-mudahan gagasan kita itu lebih sering diterima, kita akan bisa lebih menikmati pekerjaan kita. Kejenuhan bisa berkurang sebab kita melihat kita memberikan sumbang sih yang nyata dalam pekerjaan kita.
GS : Apalagi kalau kita menerima pujian dari apa yang kita sampaikan?
PG : Tepat sekali, dan atasan yang baik juga seharusnya tanggap untuk memberikan pujian kepada karyawan yang telah menyumbangsihkan idenya.
GS : Memang suatu yang peka, atasan biasanya tidak mau kalau digurui apalagi disalahkan.
PG : Apalagi disalahkan karena dia atasan dan dia akan merasa malu, apalagi kalau disampaikan di forum terbuka kita bekata idenya itu seolah-olah salah dan orang mengakui ide kita benar, kia mungkin senang tapi kita telah membuat seseorang tidak senang dan celakanya dia atasan kita, jadi jangan membuat atasan kita tidak senang, jangan sampai dia kehilangan muka.
Jadi ada banyak cara untuk mengungkapkan ide tanpa harus membuat orang kehilangan muka. Saran kelima yang ingin saya berikan adalah persiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan. Kita bisa meningkatkan keterampilan khusus kita, kita belajar sesuatu yang baru. Pokoknya apa yang kita inginkan nanti untuk kita kerjakan dari sekaranglah kita persiapkan. Perlu mempelajari komputer, kita ambil kursus komputer; perlu belajar untuk keterampilan misalkan menjahit ya kita mengambil les menjahit; perlu belajar bahasa Inggris ya kita pelajari bahasa Inggris dan sebagainya. Jadi selama kita belum mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan, untuk mengurangi kejenuhan kita di tempat pekerjaan sekarang tambahkanlah aktifitas untuk mempersiapkan kita mendapatkan pekerjaan yang lain itu.
GS : Ini memang diperlukan sikap yang aktif dari seseorang karena kadang-kadang diberikan kesempatan orang menolak, diberikan kesempatan untuk kursus dan sebagainya justru orang menolak.
PG : Betul sekali, ini sayang sebetulnya Pak Gunawan, sebab biasanya majikan senang kalau karyawannya memiliki keterampilan khusus. Semakin banyak keterampilan khusus, sebetulnya itu makin enambah daya jualnya si karyawan.
Sehingga si majikan akan berkata saya bukan hanya mendapatkan satu keuntungan tapi mungkin tiga atau empat keuntungan. Sebab dia bisa ini, bisa itu siapa tahu saya nanti membutuhkan keterampilan itu dan dia sudah bisa jadi saya tidak perlu lagi mencari orang lain. Jadi memang menambah keterampilan adalah sesuatu yang penting untuk nanti bisa kita cantumkan di resume kita waktu kita melamar pekerjaan yang lain.
GS : Sebenarnya itu menjadi suatu selingan dalam pekerjaan rutin dan itupun menolong.
PG : Itu pun berfungsi sebagai selingan, sehingga bisa mengurangi kejenuhan kita.
GS : Yang lain Pak Paul?
PG : Yang keenam adalah jangan pernah kesampingkan kemungkinan membuka usaha sendiri. Cukup banyak pengusaha yang tadinya bekerja untuk orang lain, mereka tidak dari awal membuka usaha seniri.
Dari awal mereka justru bekerja untuk orang lain namun suatu saat waktu mereka lagi memikirkan pekerjaan yang lain tiba-tiba terbersit kenapa tidak buka usaha sendiri. Resikonya memang tinggi tapi perhitungkan semuanya, cobalah pertimbangkan alternatif ini. Sering kali orang menutup diri terhadap alternatif ini sering orang berkata:" Hanya orang tertentu yang dikaruniakan tangan emas, sehingga apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas." Tidak, terlalu banyak orang-orang yang biasa namun bisa berwiraswasta, jadikanlah ini pertimbangan jangan hanya memikirkan saya bekerja untuk siapa lagi, melamar di perusahaan siapa lagi. Cobalah pertimbangkan membuka usaha sendiri, ini sesuatu yang saya kira layak untuk dipikirkan.
GS : Tadi Pak Paul sudah singgung bahwa ini memang resikonya besar dan orang biasanya tidak mau mengambil resiko itu.
PG : Ini membawa kita ke prinsip berikutnya yaitu jangan tinggalkan pekerjaan yang ada sebelum ada jaminan keberhasilan usaha sendiri itu. Ada orang yang gegabah, belum apa-apa terlalu bernfsu dia berhenti dan memulai pekerjaannya.
Sebetulnya itu tidak bijaksana karena bisa jadi nanti dia mengalami kerugian dan pekerjaan lamanya sudah dia lepaskan. Jadi sebisanya jangan lepaskan pekerjaan yang lama, bangunlah pekerjaan yang baru perlahan-lahan. Kalau kita jelas melihat bahwa ini membuahkan hasil barulah ambil langkah yang lebih berani untuk meninggalkan pekerjaan yang lama itu.
GS : Ya, sering kali dikeluhkan modalnya tidak ada, modal dari segi keungan, pengalaman tidak punya, sehingga orang ragu-ragu untuk mengambil pilihan bekerja sendiri.
PG : Kadang-kadang ini memang menakutkan maka tadi saya sarankan pelajarilah. Kalau kita memikirkan untuk membuka usaha sendiri, kita mesti melakukan persiapan sematang mungkin. Ketahuilah ebih banyak tentang pekerjaan itu, tantangannya apa jangan hanya melihat untungnya, terlalu banyak kita mendengar belum apa-apa sudah memikirkan keuntungan dan tidak memikirkan kerugiannya sama sekali.
Tidak memikirkan kalau pekerjaan ini juga memiliki tantangannya sendiri, orang yang bijak adalah orang yang bisa memikirkan tantangannya pula.
GS : Orang yang bekerja menjadi karyawan dengan orang yang bekerja sendiri, itu tingkat kejenuhannya sama atau berbeda?
PG : Saya kira berbeda Pak Gunawan, sebab orang yang bekerja sendiri akan menganggap ini adalah milikku, ini adalah tanganku, karyaku, jadi rasa pemilikannya lebih tinggi, usaha untuk memajkannya juga lebih besar.
Nah ini biasanya memberikan dorongan kepada mereka. Kalau bekerja dengan orang, sering kali kita itu lebih dikuasai oleh anggapan ya ini nanti untuk orang lain, nanti maju juga orang lain bukan saya dan sebagainya, sehingga kadang-kadang motivasi kerjanya itu tidak tinggi. Ini saya kira yang sudah dikoreksi oleh firman Tuhan, apapun yang kamu kerjakan, kerjakanlah seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Jadi sebetulnya tetap harus sama, tapi saya tidak sangkali bahwa sering kali orang yang membuka usaha sendiri akan lebih rajin. Karena dia tahu bahwa ini semua bergantung pada dirinya, kalau sampai dia tidak melakukan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya maka nanti yang akan menuai hasil yang buruk ya dia juga, jadi akhirnya dia lebih bersemangat.
GS : Sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin ada firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Tadi kita telah memberikan judul pada pembicaraan kita ini mengatasi kejenuhan dalam pekerjaan. Kita ingin sekali adanya perubahan dalam pekerjaan kita, tetapi Tuhan kadang-kadang teta membiarkan kita di tempat yang sama.
Mungkin salah satu alasannya adalah Tuhan melihat bahwa kalau kita pindah justru pekerjaan yang baru itu membawa akibat buruk yang tidak bisa kita ketahui sekarang. Justru Tuhan sedang melindungi kita dari bahaya, dari persoalan yang mungkin timbul. Seberapa banyak keluarga berantakan gara-gara pekerjaan berubah, penghasilan bertambah, status sosial meninggi dan akhirnya berantakan. Jadi Tuhan kadang-kadang menahan kita karena Tuhan mau melindungi kita dari bahaya. Maka firman Tuhan yang akan saya bagikan adalah
Amsal 3:5,
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." Jangan langsung percaya diri bahwa ini benar, ini bagus saya harus lakukan dan lupa Tuhan. Selalu tundukanlah, kehendak kita, rencana kita pada Tuhan, biar Dia yang memimpin, menentukan langkah-langkah hidup kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini, dan para pendengar sekalian, kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengatasi Kejenuhan dalam Pekerjaan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sab, 18/07/2009 - 11:22pm
Link permanen
kejenuhan sbg ibu rumah tangga
TELAGA
Jum, 31/07/2009 - 10:23am
Link permanen
Pertama, kami ingin memohon
Anonymous (tidak terverifikasi)
Kam, 10/09/2009 - 9:27pm
Link permanen
Ibu muda
TELAGA
Sab, 12/09/2009 - 1:02pm
Link permanen
Dear ibu...., Memang untuk