Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini bersama Ibu Wulan dan juga Sdr. Ing Ciek yang pada perbincangan yang lalu sudah bersama-sama dengan kami untuk berbincang-bincang tentang "Menaati Panggilan Tuhan", kami juga masih ditemani Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Jadi pada kesempatan ini kami akan melanjutkan perbincangan kami tentang "Menaati Panggilan Tuhan. Kami percaya perbincangan ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Saudara Ing Ciek, kembali kami mengucapkan terima kasih Anda telah kembali bersama-sama dengan kami, terima kasih juga Ibu Wulan. Saudara Ing Ciek saya ingin menanyakan satu hal setelah Saudara yakin akan panggilan Tuhan dan mengambil keputusan yang begitu berani, apakah di dalam perjalanan selanjutnya itu tidak timbul suatu keraguan di dalam diri Saudara?
IC : Kalau timbul keraguan boleh dikatakan ada dan itu pasti ada, terutama ketika saya mengingat kondisi saya sendiri. Kondisi saya sendiri pada waktu itu boleh dikatakan saya sudah lama mennggalkan kuliah dan setelah kerja boleh dikatakan tidak pernah membaca buku.
Itu yang pertama. Yang kedua yang umum adalah mengenai hal finansial. Itu merupakan hal yang umum apalagi pada saat itu saya sudah menikah dan istri saya sedang mengandung ketika akan melanjutkan sekolah di SAAT. Walaupun saya mengatakan saya punya kekuatan bisa melalui, tapi setelah lewat saya berpikir kembali menggumulkan kembali keadaan istri saya yang sedang hamil bagaimana. Pada saat itu kami berdua bekerja tetapi setelah saya masuk ke sekolah dan istri saya ikut bagaimana dengan finansial. Apalagi setelah saya berbicara dengan beberapa teman tentang masalah sponsor dan sebagainya itu juga sepertinya tidak mendapat satu respons yang cukup baik. Pada saat itu begitu membuat saya menjadi kacau. Apakah perlu dilanjutkan atau tidak. Dan sepertinya memang Tuhan itu baik. Dia memakai istri saya untuk menguatkan saya. Dia yang boleh dikatakan "tidak mendapat panggilan menjadi hamba Tuhan" tetapi dia menguatkan saya. Dia berkata mengapa saya perlu risau akan hal itu, bukankah Tuhan berjanji bahwa Dia yang memanggil Dia juga yang akan memelihara dan Dia juga akan mencukupi. Lalu saya ingat akan satu ayat di sana dikatakan ada makan dan pakaian cukuplah, anak-anak Tuhan tidak pernah dibiarkan terlantar. Itu kembali menguatkan saya untuk mengambil keputusan, mengambil komitmen untuk melanjutkan perjalanan itu.
GS : Ya, terimakasih. Bagaimana dengan Ibu Wulan apakah ada keraguan juga setelah satu tahun menenangkan diri dan begitu yakin mantap masuk, bagaimana Ibu?
WL : Pada kenyataannya ada Pak beberapa kali. Jadi saya bedakan antara godaan dari luar dengan tantangan dari dalam diri saya, pergumulan dari dalam diri saya. Kalau godaan dari luar beberapa kali memang terutama pada masa setelah saya berhenti bekerja. Tawaran atau panggilan untuk kembali bekerja dari perusahaan tempat saya bekerja atau tempat-tempat lainnya yang menjadi saingan masih terus sering telepon dan sering menanyakan apa masih betah kamu di sana di Seminari. Tidak ada keinginan untuk kembali dan lain sebagainya, terus dengan segala macam iming-imingnya. Itu saya masih teguh Pak, oh tidak saya memang mau menjalani jalur di sini dan masih teguh sekali. Pernah lagi yaitu belum lama ini tepatnya setahun yang lalu ketika suami saya baru meninggal mungkin dengan maksud baik beberapa famili dan rekan kerja memikirkan bagaimana keadaan saya finansial saya. Terus kedua mungkin sekarang saatnya memang kamu meninggalkan Tuhan karena kamu sudah menyerahkan diri semuanya untuk Tuhan tapi "Tuhan perlakukan kamu seperti ini". Wajarlah kalau kamu marah dan meninggalkan Tuhan. Jadi ada dua orang secara khusus yang menawarkan saya bekerja kembali dengan gaji yang besar sekali, itu sempat membuat saya berpikir juga ya memang butuh pada masa sekarang ini. Tapi tantangan itu tidak hebat sekali, tidak membuat saya untuk mengundurkan diri. Cuma saya bilang tidak terima kasih. Walaupun beberapa kali ditawarkan. Sebenarnya yang lebih berat adalah tantangan dalam diri saya. Pernah beberapa kali, sekali waktu saya masih kuliah di STRRI itu waktu down waktu ambil S.th ada masa-masa ketika selain tugas banyak tidak bisa melakukan terus ada masalah-masalah. Nah, biasanya pada masa-masa down begitu saya mempertanyakan benar-benar atau tidak Tuhan panggil saya sampai pernah konsultasi juga dengan beberapa dosen, sampai saya dikuatkan lagi. Sampai saya pikir-pikir jauh lebih enak saya waktu dulu di tempat saya bekerja aduh jauh lebih enak. Mesti bersihkan kamar mandi, mesti ini itu, pokoknya hidupnya seperti bumi dan langit drastis sekali. Nah, itu pergumulan waktu masih kuliah di Seminari. Terus kedua, beberapa tahun yang lalu ketika ada saudara saya yang masuk rumah sakit saya merasa malu sekali karena saya tidak bisa membantu banyak dibandingkan dengan kakak saya ataupun yang lain-lain. Kalau mau jujur dikatakan bahwa beda sekali di jaman waktu saya masih bekerja masih cukup, jadi saya bisa membantu banyak dan jujur saya juga menikmati, menikmati dihormati, dihargai, tapi waktu saya tidak punya apa-apa "untuk bisa membantu" nyata sekali perbedaan sikap mereka dibandingkan sikap terhadap waktu kakak saya yang bisa memberi banyak dan saya tidak bisa. Di situ saya bergumul berat sekali, beberapa tahun yang lalu wah Tuhan kok tidak enak sekali seperti ini. Tapi waktu itu juga tidak sampai saya mengundurkan diri. Cuma saya memang bergumul hebat sekali. Yang terakhir adalah beberapa minggu yang lalu. Pak Paul mungkin tahu. Pergumulan saya benar-benar berat sekali, berkaitan dengan kepergian suami saya secara tiba-tiba. Dan banyak pergumulan-pergumulan lain yang jadi satu dan itu membuat saya rasanya benar-benar mempertanyakan apakah sungguh-sungguh Tuhan panggil saya. Atau saya yang maksa diri untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Terus saya juga berpikir ah saya kembali saja toh tawaran masih ada, tidak di akhir yang sudah tidak terpakai tapi masih bisa. Di situ rasanya benar-benar saya down sampai berlutut dan berkata aduh Tuhan mungkin saya tidak sanggup lagi. Bersyukur Tuhan menyediakan orang-orang seperti Pak Paul menguatkan saya dan ada beberapa juga yang lain.
PG : Saya melihat benang merah yang menyatukan apa yang disaksikan oleh saudara Ing Ciek dan Ibu Wulan adalah kesusahan yang akhirnya membuat saudara ini bertanya apakah memang saya ini di jlur yang benar.
Apakah memang benar-benar Tuhan memanggil saya. Jadi kesusahan yang menimbulkan keraguan. Dalam kasus saudara Ing Ciek pemikiran tentang bagaimana nanti sewaktu saya sekolah di Theologia, bagaimana keadaan keluarga saya, siapa yang akan mencukupi kebutuhan finansial kami. Dalam kasus Ibu Wulan hal-hal yang bisa juga menghalangi atau membuat Ibu Wulan bertanya kembali adalah kok penderitaan kok kesusahan datang lagi dan ini masalah kok muncul lagi dan sebagainya. Dengan kata lain tanpa kita sadari memang tersirat dalam diri kita harapan bahwa kalau Tuhan panggil ya Tuhan seharusnyalah melancarkan hidup kita. Itu saya kira manusiawi apakah ada pikiran seperti itu saudara Ing Ciek?
IC : Ya, harus diakui bahwa pada awalnya konsep saya begitu. Bukankah saya sudah menyerahkan diri seharusnya saya dicukupi bukankah seharusnya dalam proses saya mencari sponsor bukankah sehausnya lebih mudah tetapi kenyataan yang saya terima lain sama sekali.
PG : Justru mengalami masalah.
PG : Jadi kita dibuat bingung oleh rencana Tuhan. Karena tidak sama dengan pemikiran kita.
IC : Ya, tetapi di balik itu ada yang Tuhan mau ajarkan dari nasihat, dengan istri saya yang orang-orang mengategorikan sebagai orang awam tetapi dia bisa memberikan nasihat yang menguatkan aya.
GS : Ya, memang di sana peran istri itu besar sekali dalam mendukung saudara Ing Ciek itu tetapi keputusan tetap di tangan saudara Ing Ciek untuk terus atau mundur?
IC : Ya, memang dalam hal ini maju atau mundur tetap di tangan saya akan tetapi dalam keluarga hal itu terus dirundingkan. Dan pada saat berunding dengan istri saya boleh dikatakan memang Tuan itu pengasih, ketika memanggil Dia juga menyediakan orang yang bisa menguatkan saya.
Memang keputusan di tangan saya tetapi dengan nasihat apalagi firman Tuhan yang dia berikan itu membuat saya semakin yakin untuk menjalani panggilanNya.
GS : Ya, Pak Paul ini di dalam hal bergumul dalam hal keraguan terutama itu juga sering kali dialami oleh banyak mereka yang baru lulus dari salah satu studi dan melanjutkan terjun ke dunia pekerjaan Pak Paul. Nah sering kali mereka juga merasakan itu apa tidak salah dulu sekolahnya begitu kok sekarang untuk mencari pekerjaan saja sulitnya setengah mati, nah ini bagaimana Pak Paul hal-hal yang seperti ini tiba-tiba muncul dan tidak siap sebenarnya?
PG : Itu poin yang bagus Pak Gunawan. Jadi memang sampai titik tertentu sebetulnya setiap kita itu mengalami atau harus menanyakan pertanyaan yang sama yaitu apakah saya telah mengambil kepuusan yang tepat.
Kalau kita langsung mendapatkan hasil yang kita inginkan sudah tentu kita tidak lagi mempertanyakan. Biasanya pertanyaan muncul tatkala hasil yang kita harapkan kok tidak terjadi, kira-kira seperti itu. Dalam kasus menjadi hamba Tuhan memang ada sedikit beban tambahan yaitu setelah (seperti kasus saudara Ing Ciek ini) setelah lulus sekolah sudah bekerja, sekarang mau menjadi hamba Tuhan berarti harus masuk sekolah Theologia kembali. Nah ini berarti pada masa menyiapkan diri kembali menjadi hamba Tuhan saudara Ing Ciek ini tidak bisa tidak ya harus melepaskan pekerjaan dan tidak ada pekerjaan. Dan ini berlangsung 4,5 sampai 5 tahun. Nah, bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga pada masa studi ini di mana sungguh-sungguh memang tidak ada penghasilan.
IC : Ya, kalau dikatakan mungkin bergantung kepada iman dan pemeliharaan Tuhan seperti yang saya katakan bahwa ketika dalam proses mencari sponsor itu tidak begitu menggembirakan hasilnya. Ttapi ada satu hal yang memberi kekuatan yaitu walaupun di dalam perhitungan secara manusia, pada saat saya bekerja dengan pada saat saya di Seminari itu pemasukannya sangat beda sekali.
Tetapi kalau saya hitung itu tidak mungkin mencukupi, tetapi setelah dijalani hal itu cukup dan kalau kadang kala ada keperluan mendadak pasti ada penyediaan yang mendadak pula. Itu yang saya alami. Dengan demikian saya kadang-kadang ketika menghadapi hal yang mendadak iman saya mulai kembali saya mempertanyakan bagaimana-bagaimana. Tetapi satu pemeliharaan yang tidak terlihat pada saat itu juga ada pemberian yang mendadak untuk mengcover hal-hal tersebut.
GS : Ya, Ibu Wulan selain Ibu Wulan berkonsultasi dengan orang-orang lain mengenai pergumulan Ibu Wulan tentang keraguan dan sebagainya, apakah ada hal lain yang Ibu Wulan lakukan?
WL : Tadi saya lupa menceritakan waktu pergumulan saya, ada seorang hamba Tuhan yang cukup berperan besar dalam keputusan yang saya buat itu tadi. Dalam pergumulan setelah kembali ke Jerman saya menggumuli selama 1 tahun itu. Terus saya katakan ternyata tidak semakin reda tetapi sebenarnya tetap kalau mau bilang jujur sampai bullet totally menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan saya masih tersisa keraguan, mungkin pengaruh dari rektor saya. Kalau mengambil keputusan selalu dipilah-pilah sampai detail. Nah suatu kali "secara kebetulan" saya ketemu dengan pendeta Josualli yang sekarang ada di Canada. Jadi saya konsultasi dan saya ceritakan tentang pergumulan saya begitu lalu dari interaksi itu yang membuat saya benar-benar membuat mata saya tercelik yaitu ketika pendeta Josualli (18:32) mengatakan kita-kita ini sebenarnya sering kali tidak terbuka di hadapan Tuhan sering kali curang di hadapan Tuhan. Saya cukup kaget maksudnya apa. Lalu dikatakan bukankah setiap orang yang mau memilih pekerjaan misalnya ada beberapa tawaran kita sortir tawaran itu dari 10 menjadi sekian. Dan dari sekian ini akhirnya 1 yang kita bekerja di satu tempat ini. Bukankah tetap juga ada kemungkinan salah walaupun perkiraan kita tepat dan sesuai dengan kata harapan kita tapi tetap ada sekian persen kemungkinan salah kan begitu, tidak sesuai dengan harapan kita. Ternyata setelah masuk baru tahu oh bosnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, oh ternyata perkembangan gaji tidak sesuai dengan yang dibicarakan, oh lingkungan begini, dan sebagainya dan terlalu banyak tidak seperti yang kita harapkan. Nah, pada saat kita gumuli dan akhirnya kita pindah kerja atau tetap di situ dengan segala pergumulan di situ, tetapi intinya kan tetap salah. Tapi dari sekian banyak peristiwa seperti itu toh tidak membuat orang jera untuk tidak bekerja kan tetap melamar dan tetap bekerja, kalau salah bisa dicoba lagi. Tapi mengapa pada saat kita menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan untuk masuk ke Seminari itu perkiraan seperti itu beribu-ribu kali lipat dibandingkan waktu kita bekerja yang biasa begitu. Nah, pada saat itu saya seperti terkejut sekali, oh ya ya betul juga benar-benar saya tidak fair di hadapan Tuhan. Baru di situlah saya benar-benar totally menyerahkan diri masuk ke Seminari itu.
GS : Memang itu suatu bagian yang sangat sulit Pak Paul, apakah ada hal lain yang bisa dilakukan oleh seseorang di dalam menghadapi pergumulan seperti ini selain berkonsultasi dengan orang lain dan dia sendiri juga tentunya berdoa di dalam pergumulannya, nah mungkin Pak Paul mau memberikan saran yang lain?
PG : Saya perhatikan baik dalam kehidupan saya atau kehidupan anak-anak Tuhan yang lain ya setelah menjadi hamba Tuhan yang Tuhan sebetulnya lakukan dalam hidup kita adalah dia ingin melenyakan ego kita, diri kita.
Itu adalah hal yang menjadi proyek pertama dan proyek terutama Tuhan dalam hidup kita. Dia akan mau mengikis habis kita saya ini. Sehingga benar-benar dialah yang menempati seluruh sudut kehidupan kita. Dan kita benar-benar menjadi hamba dalam pengertian yang sesungguhnya. Karena seorang hamba kehilangan haknya, kehilangan hidupnya, dia mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Nah, rupanya itulah yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita sebagai hambaNya. Dia menginginkan pengabdian total dan untuk membayar pengabdian total itu kita memang harus kehilangan diri kita. Nah yang Tuhan lakukan seperti yang tadi disaksikan oleh saudara Wulan dan saudara Ing Ciek adalah Tuhan memang menyediakan atau mengijinkan kita melewati kesulitan, kebingungan-kebingungan itu memang seolah-olah pada tahap pertama itu menggoyahkan iman kita. Tapi sesungguhnya tujuan Tuhan bukan untuk menjatuhkan kita tetapi malah untuk menguatkan kita, dalam pengertian kita lebih benar-benar bisa menanggalkan diri dan sepenuhnya bersandar pada Tuhan. Dan benar-benar Tuhan akan ambil semua topangan. Sehingga kita sungguh-sungguh tidak lagi ada topangan. Dan pada waktu tidak ada lagi topangan kita hanya bisa lari kepada satu orang yaitu kepada Tuhan sendiri. Jadi dalam masa-masa pergumulan itu kita memang mesti bersiap hati melepaskan tongkat-tongkat yang telah menyangga kita itu. Dan sepenuhnya bersandar kepadaNya bahwa ya Dia adalah Allah dan Dia adalah Allah yang berkuasa dan Dia akan bisa mencukupi kebutuhan kita meskipun kita tidak mengerti bagaimana Dia akan melakukannya.
GS : Ya memang perjalanan ini merupakan suatu misteri tersendiri buat saya Pak Paul. Sesuatu yang kita lihat seperti ini sekarang itu kedepannya belum tentu seperti yang kita harapkan. Nah, bagaimana kalau keraguan atau hal-hal seperti itu bisa terjadi karena saya juga pernah melihat beberapa orang yang sudah lulus dari sekolah Seminari langsung jadi pendeta, tapi setelah itu dia juga menanggalkan jubahnya sebagai pendeta dan bekerja seperti biasa lalu kembali lagi pada suatu saat menjadi pendeta lagi, nah itu bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira saya harus berhati-hati di sini karena saya tidak mau terlalu cepat menghakimi orang, mungkin saja itu adalah bagian dari rencana Tuhan untuknya. Jadi kita bisa melihatnya dar sudut itu adalah bagian dari rencana Tuhan.
Tapi selain melihatnya dari sudut itu saya juga mau melihatnya dari sudut manusia yaitu saya kok berpikir yang lebih sering ya adalah kita itu akhirnya memang kehilangan perspektif dalam mengikuti Tuhan. Atau yang tadi dikatakan oleh saudara Ing Ciek iman melemah dan karena iman melemah terus Ibu Wulan tadi juga bercerita godaan muncul, tawaran muncul dan itu adalah jalan pintas seolah-olah itu jalan keluar dalam kesulitan yang sedang kita hadapi. Nah, kenapa tidak kita ambil jalan pintas atau jalan keluar itu. Jadi mungkin saya kira ini faktor penyebab yang lebih umum kenapa sebab sebagian hamba Tuhan pada akhirnya meninggalkan panggilannya dan masuk lagi menjadi seorang awam.
GS : Ya di dalam hal ini saudara Ing Ciek, apakah saudara mendapat pengukuhan dari firman Tuhan sehingga bertekat untuk melanjutkan perjalanan seperti ini?
IC : Saya ingat kisah tentang Musa ketika dia dipanggil oleh Tuhan. Pada saat itu Musa memberikan banyak sekali penolakan-penolakan. Tetapi ketika Tuhan mengatakan kepada Musa ini firman Allh kepada Musa, Aku adalah Aku lagi firmanNya beginilah kau katakan kepada orang Israel itu Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu."
Itu yang menguatkan saya. Bahwa itu Tuhan sendiri yang mengutus dan Dia yang akan memberikan yang terbaik bagi anaknya.
GS : Ya terima kasih saudara Ing Ciek juga Ibu Wulan kita percaya bahwa saat-saat ini ada banyak orang juga yang mungkin di dalam pergumulannya untuk menjawab panggilan Tuhan dan sesuai dengan topik perbincangan kita yaitu menaati panggilan Tuhan. Kita berdoa bahwa ada banyak orang yang sungguh-sungguh menaati panggilan Tuhan ini. Jadi sekali lagi terima kasih saudara Ing Ciek juga Ibu Wulan untuk kesempatan ini. Juga Pak Paul terima kasih untuk kesempatan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah mengikuti perbincangan kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja melanjutkan perbincangan tentang "Menaati Panggilan Tuhan." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.