Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu pada acara TELAGA yaitu tentang "Tragedi pada Anak." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu dalam perbincangan kita, kita sudah memperbincangkan Tragedi pada Anak dan rupanya perbincangan itu harus terputus karena keterbatasan waktu, dan kali ini kita akan lanjutkan perbincangan ini. Namun supaya para pendengar kita mengingat kembali apa yang kita perbincangkan, atau mungkin pada waktu itu ada pendengar kita yang tidak sempat mendengarkan perbincangan TELAGA ini, mohon Pak Paul menjelaskan ulang apa yang telah kita bahas pada perbincangan kita yang terdahulu.
PG : Kita membahas tentang tragedi yang menimpa anak, baik itu kecelakaan atau pembunuhan, tragedi yang akhirnya menyebabkan kehilangan nyawa. Reaksi kita pada umumnya tidak sama tatkala peristwa itu terjadi pada anak-anak, biasanya bukan hanya sedih tapi juga tidak rela, kita ingin melindungi anak-anak itu supaya tidak menjadi korban.
Tapi jika menimpa pada anak-anak maka reaksinya juga akan berbeda, anak-anak biasanya selain merasa kehilangan dan sedih, mereka juga akan merasa bingung. Kenapa teman mereka tidak ada lagi? Kenapa akhirnya mengalami kematian? Ini bisa dimengerti karena anak-anak belum bisa melihat hidup secara utuh. Mereka pada usia yang belia baru bisa melihat hidup secara sepotong-sepotong, itu sebabnya mereka bingung. Tugas orang tualah untuk memandu anak-anak agar anak-anak tidak terus-menerus berkubang dalam kebingungan. Apa yang orang tua bisa lakukan? Misalkan yang pertama adalah kita mesti peka dengan reaksi anak dan mendampingi anak sesuai reaksinya itu. Misalnya ada anak yang ketakutan, ingin minta tidur dengan kita, jangan kita marahi menyuruh dia tidur sendirian. Atau anak-anak mulai diserang kecemasan sering mual-mual ingin muntah atau sering sakit perut dan sebagainya. Itu mungkin sekali adalah tanda si anak terganggu dengan peristiwa tragis yang dialami oleh temannya. Tugas kitalah untuk duduk bersamanya, menanyakan apa reaksinya, apakah dia merasa kehilangan, kehilangan seperti apakah yang dia alami sekarang ini, apa yang dia inginkan, ditemani dan sebagainya. Dengan cara itulah si anak bisa mengeluarkan perasaan-perasaannya, namun kita juga mesti sensitif untuk tidak menyamaratakan semua reaksi anak. Jangan menganggap anak-anak itu seperti kita. Jadi kalau kita sedih sehari besok sudah tidak lagi sedih maka anak-anak juga akan sama, hari ini sedih besok tidak boleh sedih lagi. Kita tidak boleh seperti itu sebab anak-anak berbeda dengan kita, dan mereka mungkin sekali jauh lebih dekat dengan temannya dibandingkan kita. Jadi kesedihannya pun akan jauh lebih berat dibandingkan dengan kesedihan kita. Jadi jangan samaratakan reaksi anak, bahwa anak harus begini setelah itu tidak boleh seperti ini dan sebagainya. Berikutnya lagi adalah kita jangan terburu-buru melabelkan bahwa orang tua misalkan sanggup menghabisi atau menghilangkan nyawa anaknya pastilah orang tua yang jahat. Kita tidak bisa memastikan seperti itu karena kita tidak tahu keseluruhan hidup orang tersebut, kita tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya pada diri orang tersebut. Dan saya mau ingatkan bahwa satu perbuatan baik tidak menjadikan orang itu baik sebaliknya satu perbuatan jahat tidak menjadikan seseorang itu jahat. Karena apa? Karena kita manusia itu tidak bisa dipotong-potong, kita merupakan sebuah kesinambungan, jadi kita tidak boleh mengatakan dengan pasti bahwa orang tua yang sanggup menghilangkan nyawa anaknya, pastilah orang jahat itu belum tentu. Dan yang berikut adalah, jangan melabelkan bahwa orang tua yang sanggup misalkan menghilangkan nyawa anaknya adalah orang tua yang pasti masuk ke neraka, tidak! Sebab kita tekankan kepada anak bahwa masuk kedalam kerajaan surga bukanlah lewat perbuatan baik tapi lewat iman kepada Kristus, itu yang akan membukakan pintu sorga bukanlah perbuatan baik kita. Jadi kalau kita berada dalam Kristus maka kita sudah berada didalam hidup yang kekal dengan Tuhan, itu yang kita tekankan kepada anak. Jadi kita menjawab kepada anak kalau anak bertanya "Apakah orang tua yang menghilangkan nyawa anaknya masuk ke neraka? Kita harus katakan dengan jujur "Kita tidak tahu," tapi yang kita tahu adalah Tuhan itu adil, Tuhan itu bukanlah hakim yang keliru untuk melihat atau menilai sesuatu, Dia pasti bisa melihat dengan tepat.
GS : Dan sekarang Pak Paul, anak bisa juga menanyakan didalam rasa keingintahuan yang besar, yaitu temannya yang mengalami tragedi ini masuk surga atau masuk neraka Pak Paul, ini pertanyaan yang sering dilontarkan oleh anak-anak dan bagaimana kita menjawabnya?
PG : Kalau anak-anak bertanya seperti itu kepada saya maka saya akan berkata bahwa anak-anak itu anak masuk ke dalam surga. Mungkin ada orang yang bertanya dari mana kamu tahu kalau anak-anak iu masuk ke dalam surga.
Pertama kita bisa menjelaskan kepada anak bahwa Tuhan mengasihi temannya itu, dan bertindak adil. Tuhan tahu bahwa teman-temannya adalah korban, teman-temannya itu tidak berbuat apa-apa, mereka adalah korban. Kalau kita berkata teman-temannya mungkin masuk neraka dan sebagainya, saya kira mereka akan mengembangkan sebuah gambaran bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang kejam luar biasa. Masakan orang telah menjadi korban akan dikirim ke neraka. Jadi kita tekankan Tuhan itu mengasihi teman-temannya dan Tuhan tahu teman-temannya adalah korban. Atas dasar itulah kita juga bisa berkata Tuhan akan mengampuni kesalahan dan dosa teman-temannya meskipun mereka masih kecil dan Tuhan akan memberikan anugerah khusus kepada mereka untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Yang kedua adalah kita juga ingin mengingatkan anak-anak itu tentang firman Tuhan, Tuhan Yesus pernah berkata "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaku dan jangan kamu menghalang-halangi mereka sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan surga." Memang Tuhan disini tidak mengatakan bahwa orang-orang ini masuk ke surga atau anak-anak ini masuk ke surga. Tapi Tuhan menjadikan anak-anak ini sebagai contoh bahwa orang-orang yang seperti inilah yang masuk kedalam kerajaan Allah. Atas dasar itu saya juga menyimpulkan bahwa anak-anak ini akan mendapatkan anugerah khusus, mereka masih kecil, mereka tidak mengerti banyak hal dan Tuhan selalu mengasihi anak-anak dan membiarkan anak-anak masuk kedalam pangkuanNya. Jadi saya percaya anak-anak akan masuk ke dalam kerajaan surga. Jadi sekali lagi kenapa saya mau mengatakan kepada semua anak, sebab saya mau mereka melihat Tuhan dengan kacamata yang tepat, bahwa Tuhan mengasihi kita semua, bahwa Tuhan bukanlah Allah yang kejam dan bahwa Tuhan mengasihi teman-temannya dan pasti Tuhan akan juga menerima teman-temannya itu.
GS : Jadi kalau ada orang tua atau guru sekalipun, yang menjawab bahwa dia tidak tahu korban ini masuk surga atau neraka, maka itu akan membingungkan anak, Pak Paul?
PG : Dan dalam kebingungan si anak, saya khawatir akhirnya mengembangkan pemikiran negatif "Mungkin Tuhan memasukkan mereka ke neraka," dan kalau sampai itu terbersit dalam benak mereka, saya kra itu malang sebab si anak sejak kecil sudah mempunyai gambar bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kejam.
Itu adalah gambaran tentang Tuhan yang keliru. Yang kita inginkan untuk mereka ketahui adalah Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih dan Tuhan mengasihi teman-temannya itu. Jadi Tuhan tidak akan bertindak tidak adil terhadap teman-temannya. Sekali lagi kita tekankan faktor keadilan Tuhan, Tuhan sebagai Allah yang adil tidak mungkin berbuat sesuatu yang tidak adil. Jadi kita tidak perlu khawatir, kita katakan kepada anak-anak bahwa Tuhan itu pasti akan tahu dengan jelas dan kita katakan kepada anak-anak, "Saya percaya teman-temanmu ini berada dalam surga bersama Tuhan."
GS : Mungkin ada hal lain yang ingin Pak Paul sampaikan sehubungan dengan anak yang mengalami tragedi itu?
PG : Sekarang ini anak-anak akhirnya akan beranjak dari satu pertanyaan, kenapa orang tua bisa melakukan hal seperti itu kepada anak? Beranjak kepada arah yang lebih luas yaitu mengapakah hal sperti ini bisa terjadi pada temannya? Waktu anak-anak bertanya seperti itu, kita bisa mengajak anak untuk melihat dengan lebih luas misalkan tentang tsunami, tentang gempa, tentang kecelakaan pesawat terbang, kenapa Tuhan membiarkan tragedi-tragedi seperti itu terjadi? Kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa alam semesta beserta isinya telah tercemar oleh dosa, itu sebabnya kita menjumpai banyak ketidak beresan dalam kehidupan ini.
Itu sebabnya alam kadang-kadang bertindak benar-benar tidak lagi harmonis, gempa bumi, badai dsb. Karena apa? Karena alam semesta sudah tercemar oleh dosa maka Paulus berkata, "Bahwa segenap ciptaan sedang mengerang menantikan hari penebusan Tuhan". Waktu Tuhan akan kembali maka Tuhan memulihkan fungsi kerja alam semesta ini sehingga kembali seperti fungsi yang semula yang Tuhan sudah tetapkan. Berikut kita ajarkan kepada anak bahwa kadang kita menjadi korban perbuatan dosa orang lain, misalkan kita sedang berjalan kemudian orang merampok kita, kita kehilangan barang-barang. Kita adalah korban perbuatan dosa orang. Jadi kita tegaskan kepada anak-anak bahwa karena manusia berdosa, manusia melakukan perbuatan dosa dan adakalanya kita menjadi korban perbuatan dosa orang. Sebagaimana kadang-kadang kita pun melakukan perbuatan dosa dan orang lain menjadi korban perbuatan dosa kita. Jadi kalau anak-anak bertanya, kenapa peristiwa buruk itu bisa terjadi pada temannya, pada manusia dan sebagainya, kita katakan "Itulah kondisi hidup ini yang telah diisi atau telah tercemar oleh dosa, kita akan terus menerus menjumpai ketidak beresan dan didalam ketidak beresan hidup ini, kita lebih jelas diingatkan bahwa ada surga. Bahwa sebetulnya hidup ini tidak seyogianya seperti ini tapi akhirnya menjadi seperti ini karena ulah manusia itu sendiri yang berdosa kepada Tuhan." Dengan perkataan-perkataan seperti ini, kita jadinya mendorong anak untuk hidup dalam kekudusan, hidup takut akan Tuhan dan tidak hidup sembarangan.
GS : Memang ini banyak hal yang buat anak itu sesuatu yang abstrak yang sulit untuk mereka bayangkan sebenarnya seperti apa. Jadi kalau kita tidak bisa mengarahkan atau menjelaskan lebih baik, anak itu akan menjadi tambah bingung terutama anak yang lebih kecil. Kalau lebih besar lebih dewasa, kita lebih mudah untuk membicarakannya tapi untuk anak kecil dan yang banyak bertanya itu kadang-kadang merepotkan orang tua juga Pak Paul?
PG : Maka kepada anak-anak yang lebih kecil misalkan di bawah usia enam tahun, jawaban kita sebaiknya adalah jawaban yang sederhana namun pasti. Jangan kita membuka ruang kepada anak-anak untukterus menerus bingung karena sekali lagi pada usia seperti itu mereka berpikir masih sangat konkret jadi mereka membutuhkan jawaban yang konkret.
Itu sebabnya waktu mereka bertanya tentang teman-temannya saya anjurkan kita berkata, "Ya, mereka sudah berada dalam pelukan Tuhan di surga, Tuhan mengasihi mereka. Jadi pasti Tuhan menyambut dan memeluk mereka, saat ini mereka sudah bersama Tuhan." Waktu kita beritahukan begitu, itu akan meredakan kebingungan atau ketegangan si anak dan dia akan tenang kembali.
GS : Karena seringkali kebingungan mereka atau ketidak pastian yang mereka alami itu bisa berkembang jauh apalagi dengan jawaban-jawaban yang meragukan mereka, dan membuat mereka tambah bingung lagi. Jadi sebagai orang tua harus bersikap bagaimana Pak Paul?
PG : Kita penting membatasi ruang kebingungan anak, membatasi ruang ketidak pastian anak, sehingga akhirnya anak terus-menerus hidup didalam ketidak pastian dan ketakutan. Yang saya tekankan mialnya peristiwa tragis berpotensi mewarnai sudut pandang anak secara negatif dan membuatnya meragukan segala sesuatu termasuk kasih sayang dan niat baik orang tua.
Jadi mereka mungkin bertanya-tanya apakah hal seperti ini sanggup dilakukan oleh orang tua saya terhadap saya, apakah orang tua juga bisa menyakiti anaknya seperti itu. Kita harus terima kenyataan bahwa anak mungkin mulai berpikir seperti itu, kita dapat menolongnya lepas dari sikap ini dengan cara menanamkan kepedulian dan rasa tanggung jawab. Maksud saya begini, waktu anak mulai berpikir bahwa orang tua itu sanggup melakukan sesuatu yang jahat terhadap dirinya, anak akan hidup dalam ketidak pastian, ketakutan. Untuk menolong agar anak hidup dalam kepastian adalah anak harus tahu bahwa dia dapat berbuat sesuatu karena waktu kita tahu dapat berbuat sesuatu kita tidak lagi dalam kondisi tidak berdaya dan pasif, kita akan lebih tenang. Kita dapat mengatakan pada anak atau bisa kita ajarkan untuk mencari bantuan. Kita bisa berkata, "Kamu takut tidak, kalau papa dan mama bisa melakukan hal yang sama kepadamu" misalnya dia bilang "Ya." Orang tua berkata "Mau tidak kamu menolong Mama dan Papa supaya Mama dan Papa tidak melakukan hal seperti itu". Misalnya kamu jangan takut minta tolong kalau melihat Mama dan Papa ada masalah. Dengan kata lain kita mau mengajarkan anak untuk tidak menyembunyikan masalah karena masalah-masalah tragis seperti ini yang telah kita dengar, mempunyai satu kesamaan yaitu tidak adanya pertolongan. Kenapa? Karena tidak ada yang meminta pertolongan pula sebab memang kecenderungan kita menyimpan masalah, menyembunyikan masalah tidak mau membukanya untuk diketahui oleh orang lain dan jangan kita ajarkan anak untuk menyembunyikan masalah. Jadi kita beritahu anak kalau ada masalah carilah pertolongan, bahkan kalau engkau melihat kami ini orang tua bermasalah kamu jangan sungkan untuk mencari bantuan orang lain. Misalkan minta bantuan kakek, nenek atau paman atau guru atau pembimbing kamu di gereja atau di sekolah minggu. Dengan kita mengajarkan kepada anak untuk proaktif mencari pertolongan, anak merasa lebih tenteram, bahwa dia bisa berbuat sesuatu untuk mencegah hal seperti ini terjadi dalam keluarganya.
GS : Kadang-kadang ada anak yang sering berkata kepada orang tuanya bahwa waktu malam ketika dia tidur, dia itu mimpi atau memimpikan tentang temannya yang meninggal secara tragis. Dan bagaimana kita sebagai orang tua menjawabnya?
PG : Kita katakan padanya bahwa dia itu sangat kehilangan temannya. Maka akhirnya dia memimpikan temannya. Jangan sampai anak kita termakan oleh pemikiran bahwa temannya itu mengunjungi dia dalm mimpi.
Kita ajarkan bahwa temannya sudah berada didalam tangan Tuhan, jadi temannya tidak akan mengunjungi dia lagi. Kalau sampai dia bermimpi itu hanya menandakan bahwa dia masih mengingat-ingat temannya dan tidak apa-apa sebab dalam waktu seminggu dua minggu, dia tidak lagi terganggu oleh ingatan ini. Dia mungkin masih sedih, masih tetap mengingat tapi tidak lagi terganggu seperti sekarang ini.
GS : Apakah ada segi positifnya Pak Paul, jika mengajak teman-teman dari anak yang sudah meninggal ini, suatu saat pergi berkunjung ke makamnya, tabur bunga dan sebagainya, apakah itu sangat menolong?
PG : Sangat menolong Pak Gunawan, jadi tindakan-tindakan seperti itu yang pertama memberikan sebuah pengakhiran terhadap relasi dengan temannya itu. Bahwa inilah saatnya dia berkata "Selamat tiggal" kepada temannya.
Mereka memang tidak punya kesempatan itu sebelumnya, dan sekaranglah mereka datang ke makam kemudian menaburkan bunga, sebuah simbol bahwa mereka mengatakan selamat tinggal kepada temannya itu. Ini saya kira suatu usulan yang sangat positif.
GS : Tetapi tidak harus sering ke sana, maksudnya ke makam. Kalau itu merupakan suatu ucapan selamat tinggal maka tidak logis kalau terus-menerus dilakukan setiap bulan atau setiap tahun atau bagaimana?
PG : Sebisanya hanya sekali saja diorganisir misalkan teman-teman yang mau datang sekali saja. Kalau ada diantara anak-anak yang masih ingin datang lagi mungkin sebulan kemudian, secara pribadiboleh diantar untuk datang namun kita tidak lagi mengunjunginya secara per kelompok.
GS : Perbincangan ini sudah cukup panjang dan jauh. Mungkin para pendengar kita perlu mendapat suatu kesimpulan Pak Paul, dari apa yang sudah kita perbincangan sejak awal, Pak Paul?
PG : Sekali lagi kesimpulan yang ingin saya tekankan adalah kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna dan kita ini kadang-kadang melakukan tindakan-tindakan yang juga salah, tindakan yang tida menyukakan hati Tuhan.
Begitu berdosanya kita, begitu lemahnya kita, kadang kita akan melakukan hal yang benar-benar tak terpikirkan, namun kita mesti menyadari bahwa kita semua sama-sama berdosanya, kita sama-sama lemah, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang lain mungkin saja bisa dilakukan oleh kita pula. Namun kenapa tidak terjadi pada diri kita. Nomor satu karena ada kemurahan Tuhan yang masih menjaga kita tapi nomor dua adalah mungkin sekali karena kita masih mencari pertolongan dari Tuhan, kita tidak berhenti berharap, jangan berhenti berharap, jangan sampai menyembunyikan masalah. Sebab Tuhan menolong kita sering kali lewat orang, lewat sesama teman. Mungkin teman tidak bisa menolong kita dengan tuntas tapi mereka bisa menolong kita sedikit banyak. Mungkin orang pertama tidak menolong kita, tapi orang kedua dan orang ketiga yang akan menolong kita. Jadi Tuhan menolong lewat anak-anaknya. Jadi jangan sampai kita itu menutup pintu terhadap pertolongan Tuhan, datanglah kepada Tuhan. Firman Tuhan dalam Surat Petrus berkata "Serahkan segala kekhawatiranmu," serahkan, serahkan. Kenapa? Tuhan yang nanti menolong kita, memberikan kelegaan kepada kita, menguatkan kita, melepaskan kita dari tekanan-tekanan yang kita alami. Dan firmanNya pun dengan tegas berkata "Dia tidak akan mencobai kita melebihi kemampuan kita." Tapi kadang-kadang kita beranggapan ini sudah lewat, kita tidak mau menghadapinya dan mengambil jalan pintas. Masih ada Tuhan yang sanggup menolong kita. Kita harus selalu mengingat bahwa masih ada Tuhan yang selalu menolong kita.
GS : Dan disamping itu memang perlu yang tadi sudah disinggung berbicara dengan orang lain. Karena Tuhan bisa memakai orang untuk menolong kita, kalau kita sedang mengalami masalah itu kita sering merasa enggan untuk bicara dengan orang lain. Mungkin ada beberapa alasan, kenapa Pak Paul orang itu enggan untuk bicara dengan orang lain tentang masalahnya?
PG : Salah satunya adalah karena kadang-kadang kita beranggapan orang pun tidak bisa menolong kita dan tidak mau menolong kita. Kita mencari pertolongan dari orang yang kita rasa orang itu mau enolong kita.
Kalau kita itu sudah merasa orang ini kira-kira tidak mau menolong kita, kita tidak mau datang kepadanya. Bagi saya ini juga merupakan sebuah pesan untuk kita semua. Kita mesti menampakkan sikap yang rela menolong karena sikap yang rela menolong itu akhirnya tercermin, terlihat dan waktu tertangkap oleh orang yang sedang butuh pertolongan, dia dengan sendirinya mau datang kepada kita. Tapi saya takut karena kita ini terlalu banyak dengan kesibukan dan kepentingan-kepentingan kita akhirnya kita tidak menampakkan wajah atau sikap yang rela menolong dan mau menolong. Akhirnya itu yang terbaca oleh orang, "Dia rasanya tidak mungkin mau menolong, sikapmu sudah seperti seperti itu." Jadi akhirnya orang tidak jadi membuka mulut meminta pertolongan. Hal yang kedua yang ingin saya tekankan dari semua ini adalah sebetulnya meskipun kita tidak dapat mencegah semua peristiwa tragis tapi sebetulnya kita bisa mencegah sebagian tragedi. Kalau saja kita menunjukkan kepedulian yang lebih tinggi terhadap satu sama lain. Sebab sikap yang terbuka mau menolong ini waktu terlihat oleh orang yang membutuhkan pertolongan, benar-benar ini seperti air dingin, air sejuk yang akan masuk ke tenggorokan yang kering.
GS : Tapi kadang-kadang ada orang yang berkata, "Sebenarnya saya sudah mau menolong dia, sudah datang kepadanya, sudah mengajak dia ke gereja tapi dia selalu menolak. Sehingga apalagi yang saya harus lakukan." Itu dikatakan memang setelah tragedi itu terjadi misalnya orang itu bunuh diri atau bahkan membunuh anaknya dan sebagainya. Dia mengatakan saya sudah menyediakan diri tapi korban itu yang tidak mau menerima. Jadi apa yang bisa saya lakukan, Pak Paul?
PG : Kalau sampai pada titik itu berarti tidak ada lagi. Sebab pada akhirnya Tuhan pun hanya menawarkan, Tuhan tidaklah memaksakan. Kalau orang tidak berkenan menerima penawaran Tuhan maka Tuha tidak akan memaksakan.
Jadi kalau ada yang berkata sudah berusaha menolong berarti kita sudah melakukan kewajiban kita dan kita memang tidak bisa memaksakan orang untuk menerima pertolongan kita. Jadi kita hanya melakukan bagian kita dan orang yang sedang dalam persoalan berat itu juga mempunyai tanggung jawabnya yaitu membuka diri dan menerima uluran tangan orang lain.
GS : Jadi bertolong-tolongan itu memang harus dari dua pihak, orangnya misalnya tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekelilingnya, itu menjadi salah satu ciri betapa dia itu tertutup dengan persoalan-persoalannya.
PG : Betul sekali Pak Gunawan. Jadi waktu dia menutup pintu, otomatis orang pun tidak bisa masuk lagi kesana. Jadi orang yang sedang menanggung masalah juga perlu memberikan sebuah sikap yang trbuka, Pak Gunawan.
GS : Dan untuk mengakhiri perbincangan ini Pak Paul, apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Saya akan bacakan dari Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikian kamu memenuhi hukum Kristus." Tadi Pak Gunawan sudah singgung kita dipanggil Tuhan untuk bertolong-tlongan menanggung beban.
Dan Tuhan dengan jelas berkata "Orang yang bertolong-tolongan menanggung beban adalah orang yang memenuhi hukum Kristus." Kalau saja kita melakukan ini semua, kita bisa dipakai Tuhan untuk mencegah terjadinya sebuah tragedi.
GS : Memang beban kehidupan ini terlalu berat dan tidak mungkin ditanggung oleh seseorang itu sendirian, jadi kita punya partner, pasangan hidup, punya keluarga, itu bisa menolong kita untuk mengatasi atau menanggung beban itu sendiri, Pak Paul.
GS : Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan yang sangat menarik ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tragedi pada Anak" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat
telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di
www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.