Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Dan perbincangan kami kali ini tentang "Pengampunan dalam Pernikahan" bagian pertama. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Silakan, Ibu menyampaikan apa yang dimaksud pengampunan dalam pernikahan? Hal-hal apa yang terkait dengannya, saya persilakan Bu Vivian.
VS : Ini banyak orang menganggap pernikahan itu dapat berhasil karena berbagai hal seandainya kesesuaian satu dengan yang lain, tingkah laku yang baik yang positif, masa-masa yang tidak ada stres, kehidupan bersama yang baik dan lain sebagainya. Ternyata tidak banyak orang mengerti bahwa pengampunan itu mengambil posisi yang penting di dalam keberhasilan pernikahan. Seperti yang dikatakan oleh Ruth Bell Graham almarhum, pernikahan itu ternyata "union of two forgivers" dan itu adalah kesatuan dari dua orang yang bisa saling mengampuni. Jadi pengampunan itu sangat penting. Bukan saja hanya diajarkan oleh Alkitab tetapi memang juga ini harus dilakukan. Tidak ada orang yang tidak pernah bersalah, semua orang pernah bersalah; baik itu yang sengaja maupun seringkali tidak sengaja. Seringkali apa yang tidak sengaja dilakukan karena kondisi seandainya orang ini mau pergi kerja di suatu tempat. Entah ini seandainya dia mau pergi untuk kegiatan wawancara di luar negeri, istri tidak bisa ikut karena memang tiketnya tidak bisa. Ini istrinya marah setelah sekian tahun, "Aku kenapa dulu tidak diajak? Beli tiket satu saja tidak bisa. Tidak mau?" Ketika ditinggal satu minggu maka si istri menganggap diri ditinggalkan oleh suami. Perkara seperti itu. Bisa juga perkara dimana di dalam keluarga pasangan menganggap, "Ini tradisi dari suami saya seperti ini?"
Y : Tidak cocok dengan tradisi kita ya, Bu?
VS : Iya. Dia mencintai suaminya namun keluarga suaminya tidak. Ada juga lagi masalah anak-anak. Ada orang yang ingin memunyai anak tapi ternyata tidak diberi anak, maka itu memicu saling marah satu dengan yang lain; saling cekcok. Ada juga masalah agama, ada masalah pekerjaan, stres pekerjaan dibawa ke rumah sehingga terjadi percekcokan. Jika tidak ada pengampunan, hal kecil-kecil seandainya taruh barang saja agak keras padahal kita sedang tergesa-gesa bukannya marah dengan orang. Sehingga pasangan berespons, "Lho, kok marah-marah dengan aku" padahal tadi sedang tergesa-gesa mau pergi.
Y : Bukan berniat marah-marah, begitu.
VS : Iya. Juga ada orang yang bersalah besar karena tidak setia satu dengan yang lainnya, kekerasan fisik, emosi, penelantaran, kekerasan seksual; itu memang juga ada yang seperti itu. Tapi ada juga luka batin masa lalu yang belum disembuhkan, sehingga….
Y : Terbawa dalam pernikahan.
VS : Iya. Itu sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit tersinggung dan lain sebagainya. Dan bisa juga salah tafsir orang, padahal tidak bermaksud apa-apa. Ini semua membuat pernikahan tidak bisa baik kalau tidak ada pengampunan, makanya penting.
Y : Jadi dengan kata lain dalam pernikahan itu terlalu banyak hal atau faktor atau komponen yang bisa membuat salah satu pasangan bahkan keduanya terluka.
VS : Betul.
Y : Yang tidak mungkin kalau tidak ada pengampunan. Karena pasti ada kesalahan; salah paham, salah tafsir dan sebagainya. Setuju sekali, Bu.
VS : Benar.
Y : Lalu bagaimana, Bu? Maksudnya pengampunan dalam pernikahan itu yang seperti apa? Seringkali kita mengerti konsep hanya separuh.
VS : Begini. Mungkin yang terpenting melihat dulu definisi pengampunan. Definisi pengampunan ini adalah, kalau kita melihat, mengambil keputusan untuk tidak lagi mau terjerat didalam marah, terjerat dalam kebencian, terjerat di dalam hal yang menyakitkan. Jadi saya mau melepaskan. Jadi memberikan pengampunan seperti Tuhan Yesus mengampuni kita, mau mati di kayu salib. Dengan kata lain, mengambil keputusan karena anugerah Allah itu mau melepaskan hambatan dosa atau hal-hal yang membuat saya marah itu lepas.
Y : Yang saya garisbawahi berarti pengampunan ini adalah keputusan untuk melepaskan luka, marah dan segala hal dosa tadi, ya Bu ?
VS : Dan juga sakit hati. Belum tentu dosa, tapi salah tafsir itu saja bisa. Keputusan saya tidak mau lagi hal yang terjadi: seandainya kejadian 10 tahun yang lalu di dalam pernikahan dimana permulaan pernikahan seperti kurang uang contohnya ini tadi yang ikut tidak bisa, maka marahnya setelah sekian lama masih terbawa. Itu satu keputusan untuk mau mengampuni; jadi mengatakan saya mau melepaskan ini.
Y : Bagaimana kalau keputusan saja, tapi sebetulnya hati kita masih sakit, Bu?
VS: Nah, begini. Jadi keputusan ini tidak gampang. Apalagi kalau sungguh-sungguh pernah merasa kekerasan, mengalami kekerasan jadi seandainya dia ini dipukuli secara fisik atau emosi dan lain sebagainya, hal ini tentu sakit sekali. Nah, ada orang menganggap seandainya suami istri. Istrinya selingkuh, selingkuhnya bukan hanya sekali namun berkali-kali.
Y : Mengulang-ulang. Sakit lagi, sakit lagi.
VS : Jadi itu, dia akhirnya mengambil keputusan mau mengampuni si istri. Tapi orang ini mengatakan kepada saya, "Saya tidak bisa mengampuni. Dia menyakiti saya. Saya tidak mau lagi menjadi suami dia" itu yang si suami katakan. Jadi mengampuni itu adalah keputusan saya tidak mau dijerat rasa marah, rasa benci, rasa kecewa, hal-hal yang tadi perasaan yang negatif; melepaskan itu semua. Saya mau lepas dan saya mau meminta Tuhan yang mengampuni saya, maka saya mau mengampuni. Ini jadi keputusan mengampuni itu tidak sama dengan rekonsiliasi. Seringkali orang menganggap, mengampuni itu jadi saya harus lagi hidup dengan istri yang selalu berselingkuh; "Saya tidak mungkin lagi" si suami yang mengatakan itu atau istri yang mengatakan sama, "Tidak mungkin saya hidup dengan orang yang selingkuh terus." Bukan itu. Jadi pengertian keputusan saya melepaskan (mengampuni) dengan pengertian rekonsiliasi itu hal yang lain.
Y : Hal yang berbeda?
VS : Iya. Kalau pengampunan itu adalah satu arah. Jadi dari orang yang disakiti mau mengampuni orang yang menyakiti walau orang itu berubah atau tidak, walau orang itu minta maaf atau tidak, walau orang itu dia ingin datang kepada kita untuk mengakui atau tidak; tapi saya mau lepas dari jeratan rasa marah, benci dan sakit hati, dan juga hal yang mau mengutuki orang. Semua beban ini saya mau lepaskan. Ini adalah pengertian saya memberikan pengampunan. Kalau rekonsiliasi itu dua arah. Dua arah maksudnya, orang yang diampuni itu mau berubah. Jadi sama-sama, seandainya dikatakan yang selingkuh ialah pasangannya dan dia itu mau berubah supaya bisa hidup rukun kembali.
Y : Dalam kenyataannya tidak selalu terjadi rekonsiliasi ya, Bu?
VS : Betul. Tapi pengampunan masih tetap diberikan, baik mereka akan rekonsiliasi atau tidak.
Y : Jadi pengampunan itu satu arah, rekonsiliasi dua arah. Dan kita harus memberikan pengampunan meskipun tidak selalu terjadi rekonsiliasi.
VS : Meskipun orangnya tidak meminta maaf. Meskipun orangnya ini tetap sama, tidak berubah dengan tingkah laku yang menyakitkan tadi.
Y : Kalau begitu, bagaimana dengan pendapat orang seperti ini: kalau begitu mengapa saya harus mengampuni kalau keadaannya tidak menjadi lebih baik dan orang itu tidak berubah?
VS : Jadi konsep pengampunan itu adalah untuk menyembuhkan diri sendiri; bukan menyembuhkan orang lain. Jadi kalau orang tidak mengampuni maka setiap kali akan mengingat hal yang menyakitkan; sakit hati, sakit semua kepala ini sakit, semua serba tidak enak. Tetapi kalau pengampunan setiap kali memikirkan orang itu kita bisa berdoa, "Tuhan ampuni dia." Rasa sakit membalas dendam itu sudah tidak ada lagi. Jadi dirinya sendiri sudah dibebaskan, sehingga kita bisa doakan supaya orang itu berubah; baik dia berubah atau tidak, tetap saya sudah mengampuni. Jadi beban yang besar dan berat ini hilang dan dendam tidak ada lagi. Kalau ada dendam ‘kan sakit. Bebas, jadi hidupnya enak; tidur nyenyak, makan nikmat.
Y : Boleh dikatakan, pengampunan itu bukan untuk kepentingan orang lain ya Bu, tapi paling tidak bagi diri sendiri?
VS : Pengampunan terutama bagi diri sendiri.
Y : Oke. Itu sebabnya tidak boleh tergantung perbuatan orang, tidak tergantung rekonsiliasi orang; dia minta atau tidak. Tapi bagian kita, kita lakukan kita lepaskan pengampunan.
VS : Kalau seandainya di pihak yang lain berubah, bersyukur. Bisa terjadi rekonsiliasi. Yang hal lain juga, orang yang sulit yang mengatakan kepada saya, "Saya tidak mau mengampuni" karena mereka menganggap sesuatu yang terjadi itu yang menyakitkan tidak akan dilupakan. Ya betul. Pengampunan bukan mengatakan, sesuatu yang terjadi itu dilupakan, dikatakan "forgive is to forget" seringkali. Itu salah. Itu sejarah. Sesuatu yang terjadi itu bagian dari sejarah maka kita tidak mungkin lupa. Tapi ingatnya kalau orang itu yang belum mengampuni, maka mereka mengingat dengan kebencian, dendam dan perasaan negatif. Tapi setelah mengampuni kita memeroleh hati yang dikasihi oleh Tuhan; berdoa untuk dia baik berubah maupun tidak.
Y : Melepaskan dia ke tangan Tuhan.
VS : Sikap kita sudah berubah.
Y : Sikap hati kita yang berubah ya, Bu. Bukan ingatan kita ya Bu, tidak mungkin kita amnesia?
VS : Dulu kalau penuh kemarahan, sekarang ingatannya itu biasa saja. Pengalaman menyakitkan tidak lagi penuh dengan benci dendam. Tidak ada lagi.
Y : Bagaimana Bu, mengubah hati kita yang sangat negatif ketika mengingat orang yang menyakiti kita lalu emosi kita kalau melihat dia itu bisa lebih netral?
VS : Itu seperti yang dikatakan tadi, yaitu harus dengan pengampunan tadi itu. Kita mau melepas pengampunan, sehingga kita ini mau mendapatkan damai. Cara-cara pengampunan pertama untuk mengampuni : kita harus tahu apa yang mau diampuni.
Y : Maksudnya bagaimana, Bu?
VS : Seandainya kita mau mengampuni, ini yang diampuni apanya. Jadi kita harus tahu kejadian yang sebenarnya, apa yang terjadi. Jadi ‘kan harus ada apa? Harus ada sesuatu yang menyakitkan.
Y : Jadi objeknya harus jelas.
VS : Seandainya yang selingkuh tadi itu. Jadi kita itulah pengalaman istri yang tidak setia. Itulah yang harus saya lepaskan.
Y : Jadi harus mengidentifikasi pengalaman traumatisnya, begitu ya Bu?
VS : Iya. Jadi tahu mana. Nah, setelah itu harus tahu perasaannya apa. Jadi perasaan saya, apakah rasa marah? Seringkali jika terjadi yang menyakitkan orang akan marah, ada yang lain sedih. Jadi perasaan yang terbesar apa? Ada juga orang yang karena banyak terjadi kekerasan dalam hubungan suami-istri dimana yang menjadi korban memiliki rasa takut. Maka, perasaan apa ini, itu harus bisa diidentifikasi. Selanjutnya itu bisa dikeluarkan. Semua perasaan itu dikeluarkan melalui konseling, atau dengan mengeluarkan melalui menulis puisi, atau dengan berdoa kepada Tuhan tentang perasaan-perasaan yang dialami, atau ada orang yang suka seni, menggambar. Itu semuanya mengeluarkan. Ada orang yang suka tulis puisi. Nah, itu semua untuk mengeluarkan…
Y : Mengekspresikan perasaan negatif tadi ya, Bu?
VS : Kalau tidak, maka perasaan negatif itu seperti racun di dalam tubuh kita. Jadi harus dikeluarkan supaya ini keluar. Tapi dikeluarkan bukan kepada orang yang menyakiti.
Y : Bukan juga kekerasan untuk membalas dendam dan sebagainya.
VS : Bukan. Tapi dikuatkan dengan datang ke konselor atau menulis lalu ditunjukkan ke konselor. Bisa juga kepada Tuhan untuk mengeluarkan sakit hatinya. Setelah dikeluarkan bisa hatinya lega. Dia lalu mau membuat suatu keputusan untuk mengampuni, "Sekarang saya mau mengampuni. Mengampuni orang yang menyakiti saya dalam perbuatan ini."
Y : Apa tadi begitu…
VS : Sudah mengambil keputusan mengampuni akhirnya dia membuat batasan. Ketika ada pikiran-pikiran negatif…
Y : Yang kadang bisa kembali lagi yaitu dari ingatan-ingatan negatif ya, Bu?
VS : Ketika yang negatif itu datang kita mengatakan, "Saya sudah mengampuni"
Y : Oke. Jadi seperti kita sendiri yang harus menegaskan diri kita bahwa saya sudah mengampuni maka cukup sampai disini.
VS : Jika sudah berpikir negatif seperti itu maka saya memberi batasan. Batasan juga mungkin kalau antara suami-istri tadi yang suka selingkuh mau mengampuni dan akhirnya istrinya belum mau berubah; yang tadi saya katakan berulang-ulang. Batasannya berarti mungkin mereka harus sementara untuk tidak tinggal bersama-sama sampai ada perubahan. Itu batasannya. Jadi hal itu dikatakan rekonsiliasi belum terjadi kalau tidak ada perubahan. Itu salah satu cara. Salah satu cara yang lain melihat bagaimana Tuhan Allah mengampuni kita, kita mau mengampuni mereka. Bagaimana Tuhan ini mau mengampuni kita dengan cara Dia ini mau empati terhadap perbuatan kita, kita juga mau berempati kepada perbuatan orang lain. Jadi dikatakan kita mau mengampuni dengan cara-cara Tuhan memberikan empati dan seperti Tuhan mau menerima kita demikian juga kita mau menerima orang tersebut. Lalu kita juga mau menyerahkan orang itu kepada Tuhan. Kita juga mau ‘whole’, ‘whole’ maksudnya tetap mau mengampuni apapun yang terjadi…
Y : Keputusan tadi ya, Bu?
VS : Perasaan mengampuni itu lama hilangnya.
Y : Jadi perasaan itu harus mengikuti keputusan kita ya, Bu?
VS : Betul.
Y : Ketika kita sudah lepaskan dengan cara-cara mengampuni, melepaskan racun-racun dalam hati kita dengan berbagai teknik. Setelah lepas keputusan kita yang harus memimpin. Walaupun kadang perasaan masih bisa datang lagi, perasaan tersakiti, tertolak, marah tapi kita harus berbicara dengan diri sendiri bahwa saya sudah membuangnya, saya sudah melepasnya, tidak boleh saya ijinkan masuk lagi. Memasang batasan tadi.
VS : Kadang-kadang orang bisa dengan memberi semacam sertifikat sendiri.
Y : Menarik, betul.
VS : Seumpama saja hari ini tanggal berapa, saya sudah mengampuni orang ini. Jadi juga mengingatkan kalau pikiran itu datang lagi, tetap kita sudah mengampuni.
Y : Jadi kita tidak keluar-masuk pintu sakit hati. Sekali keluar pintu kita sudah memasang batasan untuk diri sendiri.
VS : Betul.
Y : Ini yang seringkali menurut saya sulit untuk pengampunan dalam pernikahan karena kita tinggal bersama dengan pasangan kita yang mana mungkin kalau mengampuni orang di luar pernikahan lebih mudah maksudnya kita tidak tinggal bersama, kita tidak berinteraksi; sudah jauh-jauh akan lebih gampang. Tetapi dengan suami istri ‘kan kita harus terus-menerus berdampingan dengan pasangan kita.
VS : Jadi dilihat ada hal yang bagi kita kecil, tapi bagi pasangan kita mungkin itu sesuatu yang besar. Itulah kita mau mengampuni, seperti itu.
Y : Iya. Yang paling penting juga saling menerima ya, Bu?
VS : Betul.
Y : Seperti poin terakhir yang Ibu Vivian bilang tadi, bagaimana Tuhan menerima juga apa adanya, penuh kelemahan. Kita juga menerima pasangan kita apa adanya.
VS : Nah, itu tadi yang saya katakan kadang-kadang tidak bisa terjadi rekonsiliasi itu kalau pihak yang lain tidak bisa berubah, terutama di dalam hal seperti selingkuh.
Y : Pihak ketiga ya, Bu?
VS : Iya. Dan juga kekerasan. Kalau pihak yang lain terus masih melakukan kekerasan secara fisik dimana terus dipukuli, secara emosi disakiti tiap hari maka tentu itu sulit. Karena itu pengampunan harus, rekonsiliasi tergantung keadaannya.
Y : Baik, Bu Vivian, luar biasa. Mungkin yang terakhir Ibu bisa memberikan ayat Alkitab sebagai penguat buat kita semuanya.
VS : Saya mau membacakan dari Matius 6:14 dan 15, "Kalau kalian mengampuni orang yang bersalah kepadamu, Bapamu di sorga pun akan mengampuni kesalahanmu. Tetapi kalau kalian tidak mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Dengan demikian kita tahu bahwa bila kita tidak mau mengampuni orang lain, Bapa kita di sorga tidak mau mengampuni kita, ini adalah sesuatu yang sangat besar. Kita perlu diampuni oleh Tuhan. Jadi harus mengampuni. Tidak ada pilihan. Bukan hanya supaya hidup kita lebih tenang, tapi juga bisa diampuni oleh Tuhan.
V : Selain firman Tuhan apa ada lagi pesan Ibu terakhir, mungkin ada hasil riset yang mendukung betapa pentingnya pengampunan dalam pernikahan?
VS : Betul. Jadi The John Templeton Foundation yang diketuai oleh Dr. Everett L. Worthington, Jr. mengadakan riset di berbagai negara dan dalam berbagai situasi, baik itu di rumah tangga, di lingkungan sekolah, juga di Rumah Sakit terhadap orang sakit. Apa manfaat pengampunan? Ternyata hasilnya dibagi menjadi dua, yang satu ‘yang dapat mengurangi’ dan yang lain ‘yang dapat ditingkatkan’ kalau orang bisa mengampuni. Kalau orang itu dapat mengampuni, ternyata melalui pengampunan secara tajam meningkatkan harapan, harga diri, kekuatan diri dan pandangan yang optimis. Juga yang dapat ditingkatkan adalah kita bisa lebih memercayai orang lain. Juga yang ditingkatkan adalah daya untuk dapat sembuh secara emosi yaitu luka batin kita ini. Juga sembuh dari trauma-trauma yang dahsyat, dari kekerasan fisik atau seksual dan kekerasan lainnya. Juga menyembuhkan keadaan kita secara psikiatris. Termasuk kita lebih sehat tubuhnya; kita lebih bisa makan, tidur enak jadi secara fisik lebih sehat. Demikian juga hubungan satu dengan yang lainnya lebih saling mencintai. Dulu sering marah-marah tapi sekarang ada rasa kasih satu dengan yang lain. Demikian juga ada peningkatan orang bisa lebih aktif secara bergereja karena senang dengan itu dan juga berterima kasih dengan Tuhan. Juga relasi dengan orang lain semakin baik. Juga yang lainnya meningkatkan kesehatan secara keseluruhan; fisik, emosi, jiwa, rohani bukankah ini luar biasa. Lalu yang dapat dikurangi apa saja? Ternyata rasa khawatir, depresi dan juga stres.Tentu enak jika ini bisa dikurangi karena itu hal-hal negatif. Hal lain yang bisa dikurangi ialah rasa sakit hati yang terluka ini; termasuk sakit hati, luka batin, juga gejala fisik di tubuh, kepala sakit, pusing, pinggang sakit, stres, sakit perut semua ini bisa dikurangi dengan mengampuni.
Y : Tidak perlu minum obat ya, Bu?
VS : Hidup kita sudah damai; jadi tidak perlu ‘ini, itu’ lagi. Dan juga mengurangi hal-hal yang lain seperti orang yang sakit parah kesakitannya bisa berkurang dengan pengampunan karena hatinya. Jadi saya punya satu teman. Mamanya sakit keras dan dokter katakan ini sudah tidak ada harapan. Anaknya datang kepada saya lalu saya katakan mungkin ada sakit hati, coba mengampuni. Ternyata dia sakit hati dengan anaknya. Waktu dia mengampuni anaknya, langsung yang awalnya dalam seharian tergeletak tiba-tiba bisa bangun langsung sembuh. Itu karena stresnya itu .....
Y : Hatinya tadi disembuhkan.
VS : Itulah manfaat pengampunan yaitu mengurangi sakitnya. Juga mengurangi sifat-sifat negatif seperti orang kecanduan dan juga hal yang lainnya; obat terlarang, alkohol dan lain sebagainya. Juga mengampuni rasa bersalah. Rasa bersalah bisa tidak membuat hidup menjadi tenang dan juga luka batin ini tidak diulang-ulang lagi.
Y : Memutus siklus luka batin.
VS : Betul itu. Juga mengurangi keinginan balas dendam. Juga mengurangi hal lain yaitu kutuk membenci. Itu semuanya dibereskan.
Y : Begitu banyak manfaat pengampunan.
VS : Betul. Jadi kalau bisa dilakukan akan membaik.
Y : Terima kasih, Bu Vivian untuk penjelasannya. Saya percaya ini bermanfaat bagi para pendengar. Para pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pengampunan dalam Pernikahan" bagian pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK ke Jalan Cimanuk 56 Malang. Atau Anda dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org .Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.