Menjadikan Rumahku Istanaku

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T569A
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Situasi pandemi COVID-19 memaksa kita lebih banyak berada di rumah, timbul kebosanan, kejenuhan dan mungkin hidup tidak produktif, tiga langkah yang perlu kita cermati yaitu menerima sebagai fakta, beradaptasi dan tetap bertumbuh.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Situasi pandemi Covid-19 memaksa semua kita berada di rumah: belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Menciptakan situasi yang awalnya menyenangkan karena sekarang lebih banyak di rumah. Tak perlu lagi berhadapan dengan kemacetan di jalan raya. Lebih hemat ongkos transportasi, lebih mudah bertemu isteri atau suami dan anak-anak di rumah ketika sebelumnya waktu lebih banyak dihabiskan di luar rumah.

Namun, hari demi hari, minggu demi minggu kita mulai merasakan kebosanan, kejenuhan, akhirnya meledak dengan kemarahan dan mungkin hidup yang tidak produktif.

Bahasan ini kita angkat bukan hanya dalam konteks pandemi Covid-19. Model wabah atau situasi khusus tertentu masih mungkin kita alami di kemudian hari di mana kita dan keluarga kita dipaksa menghadapi perubahan secara drastis untuk menjadikan rumah sebagai istana kita dan keluarga. Untuk itu, ada tiga langkah:

Langkah pertama, menerima sebagai fakta.
Untuk bisa menerima fakta, tidak bisa seketika karena yang sedang terjadi adalah sebuah krisis dan keterhilangan yang menimbulkan kedukaan.
Ada lima fase berduka, yakni:

  • menyangkal,
  • marah,
  • tawar-menawar,
  • depresi,
  • menerima.

Untuk bisa menerima sebagai fakta,
pertama, kita perlu mengizinkan diri untuk mengekspresikan amarah, kekecewaan dan kesedihan kita kepada Tuhan.
Kedua, kita perlu menyatakan kesediaan untuk menyerahkan setiap luka hati dan kekecewaan kita kepada Tuhan.
Ketiga, kita perlu menyatakan kesediaan menerima damai sejahtera dan keyakinan akan kehadiran dan pertolongan Tuhan sebagai ganti luka hati yang telah kita kosongkan.

Langkah kedua, beradaptasi.
Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk melakukan berbagai adaptasi dan penyesuaian. Kita bisa mengajak keluarga berdoa memohon hikmat dan jalan yang Tuhan bukakan untuk adaptasi yang perlu dilakukan.

Di antaranya, dalam hal pekerjaan dan penghasilan. Cukup lazim sekian banyak orang mengalami penurunan dan bahkan kehilangan penghasilan, sementara pengeluaran keuangan bulanan bisa jadi tetap sama besarannya. Maka terbukalah untuk banting haluan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halal sekalipun bertolak belakang dengan pekerjaan kita sebelumnya.

Tetaplah berolahraga di rumah. Isilah dengan kegiatan produktif yang membuat imunitas tubuh kita terjagai. Termasuk, misalnya dengan berkebun bersama anak-anak kita lewat kebun vertikal jika lahan halaman kita sangat sempit.

Kembangkan ibadah keluarga bersama pasangan dan anak, terlebih lagi jika sebelumnya kita belum pernah melakukan. Inilah kesempatan untuk menumbuhkan keintiman dan keakraban pasangan suami isteri, orangtua dan anak lewat berbagai kegiatan membangun secara bersama-sama.

Langkah ketiga, tetap bertumbuh.
Di tengah perubahan drastis dan krisis, kita bukan sekadar beradaptasi dan bertahan, melainkan kita juga perlu bertumbuh, baik dari segi kapasitas diri, relasi dalam keluarga, melihat dan memanfaatkan peluang-peluang kerja dan usaha, serta bertumbuh secara spiritual.

Kita bisa memanfaatkan webinar atau seminar-seminar di dunia web yang cukup banyak ditawarkan secara cuma-cuma oleh berbagai komunitas dan gereja. Kita perlu pula merapatkan barisan dengan Tubuh Kristus untuk membangun kelompok pendukung yang saling mendengar, mendoakan, berbagi beban, dan ide pertumbuhan.

Yosua 1:8-9 mengatakan, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis didalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu : kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi"