Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini adalah tentang "Menghadapi Remaja Yang Pemarah", kami berharap Anda sekalian bisa mengikuti perbincangan ini dengan baik. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, memang kemarahan seseorang itu mulai dari bayi pun sudah kelihatan sebenarnya. Tapi memang sebagai orang tua itu seringkali kita agak direpotkan dengan perilaku remaja yang pemarah, yang dulu masih kecil itu kita lebih mudah menanganinya karena kita merasa lebih besar dan sebagainya. Tapi ‘kan kalau sudah remaja, kadang-kadang anak remaja ini bisa lebih besar daripada kita dan kita tidak berani sebagai orang tua. Ini apa memang seperti itu atau bagaimana, Pak Paul?
PG : Hidup ini memang tidak sempurna, Pak Gunawan. Jadi sudah tentu harapan kita adalah memunyai anak yang berperangai baik. Namun pada kenyataannya tidak semua anak berperangai baik. Nah, salah satu perangai yang tidak baik adalah pemarah. Pertanyaannya adalah, apakah yang mesti kita perbuat bila anak kita mudah sekali marah, Pak Gunawan. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan kita akan mencoba mengerti, mengapakah anak bertumbuh menjadi anak yang pemarah dan bagaimana seharusnya kita menghadapinya sesuai dengan penyebab dan kondisinya.
GS : Ya tetapi memang tidak semua anak remaja itu pemarah begitu, Pak Paul. Ada yang lembut hati dan sebagainya. Dan ini seringkali, pemarah ini banyak dijumpai pada remaja-remaja pria, daripada yang wanita. Kenapa, Pak Paul?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Sebab anak-anak laki pada umumnya nomor satu lebih bersifat fisik sehingga agresif atau luapan kemarahan itu lebih kuat karena banyak tenaganya. Dan yang kedua adalah, pada umumnya anak-anak laki lebih sulit untuk mengendalikan kemarahannya dibandingkan anak-anak perempuan. Jadi akibatnya remaja laki itu lebih suka, lebih sering dikuasai oleh kemarahan dibanding remaja perempuan. Nah, sudah tentu kita tidak membicarakan anak remaja yang marah sesaat. Jadi karena kadang-kadang ada hal-hal yang membuat dia marah, bukan itu. Kita mau membicarakan anak-anak yang bertumbuh dengan kemarahan yang besar itu.
GS : Dan seringkali frekuensinya itu, seringkali marah begitu, Pak Paul.
PG : Betul. Sering marah dan juga kemarahannya besar, tadi Pak Gunawan sudah singgung, ini bukan marah-marah biasa, jengkel-jengkel biasa tetapi kalau marah memang bisa begitu marah. Nah, itu yang mau kita perhatikan.
GS : Dan itu apakah bisa dikenali ketika anak ini masih anak-anak begitu, Pak Paul?
PG : Ada yang memang dari anak-anak sudah kelihatan ya. Tapi ada juga yang baru munculnya di masa remaja. Sebab penyebabnya memang berbeda, Pak Gunawan.
GS : Ada faktor hormonal atau apa begitu, Pak Paul?
PG : Nah, ada iya. Ada anak-anak yang memang membawa pembawaan kemarahan itu sebab memang dari kecil dia itu tenaganya besar dan juga orangnya cenderung impulsif, kurang begitu bisa menguasai dirinya sehingga akhirnya kemarahannya lebih cepat meluap.
GS : Iya, jadi kalau kita mencoba mengerti mengapa anak atau remaja ini mudah marah, hal yang pertama apa, Pak Paul?
PG : Pertama, anak bertumbuh menjadi pemarah karena sejak lahir dia sudah membawa kecenderungan tidak sabar. Nah, jadi tadi Pak Gunawan sudah tanyakan, apakah memang ada? Ada. Ada anak yang memang bawaannya itu tidak sabar. Jadi sejak awal memang kita perhatikan dia tidak suka menunggu dan sukar menahan diri. Segala sesuatu dilakukannya dengan cepat dan diharapkannya terjadi dengan cepat pula. Itu sebab tidak mudah baginya untuk menunggu, akhirnya dia menuntut orang untuk bertindak secepatnya dan sesuai dengan keinginannya. Nah, ini bisa kita kenali sejak kecil, Pak Gunawan, kalau dia minta sesuatu kita katakan "Tunggu!" atau "Nanti!" dia tidak bisa dengar itu kata-kata. "Tunggu" maka dia langsung marah. Kita mencoba beritahu dia lagi, tetap saja dia mesti dapatkan yang dia inginkan. Nah, ini anak-anak yang seperti ini bisa kita kenali sifat pemarahnya sejak masih kecil.
GS : Iya. Kalau dikatakan bahkan sejak lahir, Pak Paul katakan tadi. Itu apa penyebabnya, Pak Paul ya?
PG : Memang tadi saya sudah singgung sedikit, ada memang anak-anak yang membawa kecenderungan tidak sabar. Jadi dari lahir itu memang mungkin sekali dia mewarisi salah satu sifat kita sebagai orang tua yang tidak sabar. Dan ini anak juga begitu. Dan memang kemauannya keras sehingga kalau dia mau sesuatu dia mesti dapatkan dan dia tidak bisa menunggu. Jadi dia mengharapkan orang juga akan dengan cepat memberi kebutuhannya atau keinginannya.
GS : Tidak. Saya pikir kalau memang sejak lahir itu ada kelainan hormonnya atau apa yang saya tidak tahu di dalam tubuhnya begitu.
PG : Bukan seperti itu. Sebetulnya badannya sama saja, jadi memang tidak ada bedanya dengan orang-orang lain.
GS : Tapi anak-anak ini cenderung punya kecenderungan yang kuat untuk cepat marah kalau keinginannya tidak segera dipenuhi, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan.
GS : Kalau kita memunyai remaja seperti ini, apa yang menjadi tugas kita?
PG : Jika anak kita membawa kecenderungan tidak sabar, tugas kita adalah memberitahukannya apa yang akan terjadi sebelum sesuatu terjadi. Sebagai contoh, bila dia meminta sesuatu dan kita tidak tahu kapan kita dapat melakukannya, kita perlu memberitahukannya bahwa kita belum dapat memastikan kapan kita dapat mengerjakan apa yang dimintanya. Sementara dia menunggu, kita memberitahukan perkembangannya supaya ia dapat mengikuti prosesnya. Jadi misalnya seorang ibu sedang masak. Anaknya meminta untuk diambilkan barang atau apa, si ibu bisa berkata "Kamu tolong tunggu ya, saya sedang mengerjakan ini nanti setelah saya potong-potong ini sayuran baru saya akan bisa kesana. Jadi kamu tolong lihat apakah mama akan potong-potong sayuran ini. Mama kalau bisa selesaikan sayuran ini, mama akan bisa kesana". Jadi kita memang harus sering-sering memberitahukannya. Supaya dia itu tidak sampai tunggu tanpa tahu kapan dia akan mendapatkan yang dia inginkan. Contoh lain adalah jika ia menjadi bagian dari tugas kelompok, misalnya dia sudah SMP atau SMA. Sebelum dia memulai kita dapat mengingatkannya bahwa besar kemungkinan akan ada satu atau dua orang dalam kelompok yang tidak terlalu bertanggung jawab. Mungkin mereka terlambat mengerjakan tugas mereka. Nah, kita memberitahukan hal ini supaya dia bersiap hati dan tidak bereaksi marah sewaktu itu terjadi. Mungkin sebagai antisipasi, dia pun dapat melakukan satu dua hal supaya bila itu terjadi dia tidak sampai dibuat susah. Jadi maksudnya apa yang mesti dia kerjakan dalam tugas itu, dia mungkin bisa kerjakan terlebih dahulu sehingga kalau teman-temannya lambat, mungkin masih bisa dia mengerjakan tugas itu sehingga tugas kelompok itu bisa selesai. Namun yang penting adalah kita sebagai orang tua memberitahukannya. Jadi anak ini kalau sudah tahu apa yang akan terjadi, berapa lama dia harus tunggu atau apa, dia lebih bisa memang menahan dirinya. Kalau dia sama sekali tidak tahu dan dia harus dibuat diam atau tunggu, nanti membuat dia seringkali tidak sabar dan marah.
GS : Tapi ‘kan memang sebagian besar dari apa yang terjadi di dalam kehidupan ini, kita sulit untuk memberitahukan apa yang akan terjadi atau prosesnya seperti apa begitu. Jadi kita hanya akan bilang "Nanti, nanti, nanti" terus, Pak Paul?
PG : Betul sekali. Jadi apa yang kita lakukan memang tidak menyelesaikan persoalan hidupnya, karena nanti dalam hidup ada 1001 hal yang akan terjadi dan dia tidak bisa tahu, tidak bisa memastikan apa-apa. Dan tidak selalu orang akan memberitahukannya. Nah, jadi memang dia mungkin saja akan marah atau apa di luar nanti. Tapi harapan kita adalah dengan kita mulai mengajarkannya berbuat ini, dia nanti bisa menerapkannya pada dirinya; misalnya waktu dia mengalami suatu hal dalam hidup, nah dia sebelum bereaksi marah dia akan tunggu dia akan coba cari tahu perkembangannya atau informasi lebih lanjut sebelum dia bereaksi. Jadi yang kita coba tanamkan adalah mekanismenya ini, Pak Gunawan.
GS : Biasanya kemarahan itu meledak. Itu untuk kasus-kasus tertentu atau memang hampir semua misalnya dia menunggu tadi? Apakah setiap menunggu hal-hal tertentu itu dia pasti marah kalau tidak tepat waktu?
PG : Iya betul, biasanya begitu Pak Gunawan. Jadi orang-orang yang seperti ini tidak sabar, boleh dikata dalam segala hal, begitu. Jarang sekali yang dia bisa diam dan sabar.
GS : Itu membuat seseorang yang mudah marah ini ‘kan sulit diterima dalam kelompok. Kalau tadi Pak Paul katakan menjadi bagian dari kelompok, itu biasanya orang di dalam kelompok sulit menerima orang seperti ini.
PG : Betul. Maka kalau kita mengenali anak seperti ini kita lebih awal, lebih dini mengajarkannya untuk menunggu, mencari informasi, memastikan, melihat perkembangan sebelum bereaksi itu mesti kita lakukan memang sedini mungkin. Supaya dia mulai bisa mempraktekkannya. Mudah-mudahan di usia-usia remaja dia sudah bisa mengendalikannya dengan lebih baik sehingga dia bisa diterima oleh kelompoknya. Sebab iya benar, kalau misalkan sampai masalah ini tidak selesai dia bawa sampai usia dewasa, susah Pak Gunawan. Orang tidak suka dekat dengan dia, kerja dengan dia juga tidak suka, dia mungkin akan bisa diberhentikan terus-menerus.
GS : Walaupun belum dewasa, Pak Paul, masih remaja ini tadi, kalau dia bergabung di dalam suatu kelompok ‘kan mestinya dia yang menyesuaikan diri dengan kelompok itu?
PG : Maka kebanyakan anak seperti ini akan dijauhi oleh teman-temannya, karena mereka berkata "Tidak suka. Karena dia sedikit-sedikit marah, tidak bisa tunggu sebentar maunya mengamuk saja". Akhirnya memang anak-anak ini kalau tidak berubah tambah disendirikan dan dia tambah suka marah.
GS : Iya. Jadikan upaya kita sebagai orang tua sebenarnya menyadarkan dia bahwa sebenarnya sikap itu salah. Jadi kita tidak memberitahukan apa yang akan terjadi dan sebagainya tetapi dia yang harus berubah?
PG : Betul, seharusnya begitu. Jadi kita memang melakukan dua-duanya. Kita beritahukan ini adalah hal yang kurang baik, "Ini perlu diubah, karena ini akan berdampak pada relasimu". Kita harus selalu memberitahukan hal itu. Tapi kita juga mau menolongnya secara konkret agar dia bisa mengatasi kemarahannya.
GS : Iya. Dan seringkali orang-orang seperti ini agak sulit diberitahu, Pak Paul.
PG : Iya. Karena memang keras kepalanya itu, Pak Gunawan. Jadi dia merasa. "Iya memang seharusnya saya marah, kenapa orang kok tidak mengerjakannya dengan cepat? Mengapa orang hanya diam-diam saja, atau apa?". Jadi seringkali dia merasa dirinya benar, betul. Jadi tidak mudah.
GS : Tapi repotnya kalau kita menyetujui, katakan menyetujui kemarahannya itu, dia malah akan bertambah-tambah sering marah?
PG : Iya. Maka kita harus lakukan dua-duanya. Kita harus tegaskan ini bukan sesuatu yang baik dan dia perlu dengan sekuat tenaga berusaha untuk mengatasinya. Yang kedua kita berikan dia pertolongan dengan jalan keluar itu.
GS : Hal yang kedua yang seringkali memicu kemarahan remaja ini apa, Pak Paul?
PG : Kedua, penyebabnya adalah anak bertumbuh menjadi pemarah sebab sejak lahir dia sudah membawa kecenderungan kaku. Ada anak yang kaku, dimana ia menuntut semua harus tunduk pada aturan atau melakukan yang semestinya. Jadi ini kata kuncinya adalah yang ‘semestinya’. Sukar baginya untuk fleksibel atau berbelok arah. Itu sebab dia tidak suka dengan orang yang tidak disiplinlah atau tidak turut aturan. Jadi akhirnya ia sering marah karena di dunia bukankah ada lebih banyak orang yang tidak seperti dirinya. Nah, jadi kita juga harus menolong anak kita yang seperti ini, Pak Gunawan.
GS : Apakah ini bukan anak-anak atau remaja yang tergolong egois begitu, Pak Paul?
PG : Bisa egois, jadi semuanya harus sesuai dengan keinginan dia. Tapi juga memang ada anak-anak yang agak kaku, Pak Gunawan. Bawaannya kaku saja. Jadi ketika kita beritahukan, "Iya tidak apa-apa. Maafkan. Tidak apa-apa... Tutup mata atau biarkan", tidak bisa. Mesti ikuti "Memang seharusnya begitu". Iya memang betul seharusnya begini, tapi karena kadang orang tidak selalu ikuti, ya sudah. Masa kita marah ke semua gara-gara mereka tidak ikuti aturan. Itu ‘kan juga tidak bisa. Tapi dia sendiri tidak bisa kendalikan dirinya; pokoknya kalau orang tidak mengikuti yang semestinya aturan atau apa, bawaannya itu marah saja.
GS : Tapi ‘kan kalau dikatakan melakukan yang semestinya itu, semestinya menurut dia ‘kan? Menurut orang lain itu belum tentu mesti seperti itu ?
PG : Betul, betul. Jadi kadang-kadang kita mesti sadarkan juga bahwa semestinya dia belum tentu semestinya orang sehingga dia belajar melihat masalah dari kacamata orang.
GS : Bukankah untuk mencapai sesuatu itu ada banyak cara sebenarnya, tidak harus lewat menurut caranya dia begitu?
PG : Betul. Selain dari itu kita juga dapat menolongnya dengan memberikan penghargaan kepadanya bahwa sesungguhnya ia itu memunyai kelebihan; ini dia taat aturan dan menghendaki orang lain taat aturan. Tapi kita pun harus mengingatkannya bahwa di dunia lebih banyak orang yang tidak seperti dirinya. Jadi untuk dapat bertahan hidup, ia mesti belajar menyesuaikan diri. Kadang ia dapat menutup mata dan membiarkan orang melakukan sesuatu yang tidak sesuai aturan. Kita juga bisa mendorongnya untuk mengerti, mengapa orang kok tidak seperti yang diharapkannya. Sebab banyak kenyataannya latar belakang memainkan peranan yang besar. Tidak semua anak dididik untuk taat aturan. Tidak semua keluarga ada orang tua yang bisa mendidik anaknya dengan benar. Jadi kita mesti ingat meminta anak mengerti bahwa tidak semua orang seperti dirinya. Mudah-mudahan pengertian ini dapat menolongnya mengendalikan kemarahannya.
GS : Iya, Pak Paul. Kalau kita memberikan penghargaan kepada remaja yang suka marah ini, walaupun kita tahu bahwa sebenarnya itu tidak betul, bukankah itu tambah merusak anak ini?
PG : Oke. Kita tidak mau memberi penghargaan terhadap kemarahannya. Kita mau mengakui atau mau menghargai keinginannya melakukan sesuai dengan aturan sebab bagaimanapun menurut dia inilah yang semestinya; aturannya seperti itu. Jadi usahanya menuruti aturan itu yang kita mau akui dan kita hargai.Tapi tadi kita bisa juga katakan tidak selalu apa yang dilihatnya itu juga dilihat oleh orang lain. Tidak selalu yang dia anggap semestinya, dianggap semestinya oleh orang lain itu. Itu yang mesti kita ajarkan kepadanya. Kita juga tadi mau ajarkan bahwa "Bagaimanapun orang beda-beda. Kamu harus menyesuaikan diri dan kadang-kadang harus membiarkan orang yang tidak sesuai aturan. Ya sudah dan mengertilah bahwa tidak semua orang itu mengerti bagaimana atau seharusnya. Jadi ada orang-orang yang tidak dibesarkan dengan hal-hal seperti itu, jadi hidupnya seenaknya. Dan kita juga harus belajar menerima itu ".
GS : Iya. Memang lebih baik kita tekankan pada pengertian kepada si remaja ini supaya dia menyesuaikan diri, tidak bersikukuh dengan pendapatnya sendiri begitu.
PG : Iya. Dan kita ingatkan bahwa yang nanti rugi tentu dia sendiri. Dia akan selalu merasa kesal, marah-marah sama orang karena lebih banyak orang yang di dunia ini yang tidak setia, yang tidak mengikuti aturan.
GS : Iya, hal yang ketiga apa, Pak Paul?
PG : Anak bertumbuh menjadi pemarah karena sejak lahir dia sudah membawa emosi yang kuat dan ekspresif. Ada anak yang memiliki daya seni yang kuat dan termaktub dalam kekuatan ini emosi yang kuat pula. Sudah tentu emosi yang kuat seringkali ‘luber’ menjadi kemarahan. Atau anak lahir dalam energi yang tinggi sehingga dia bertumbuh menjadi anak yang aktif dan senang terlibat dalam kegiatan fisik. Pada umumnya anak yang seperti ini memunyai emosi yang kuat pula dan ini pun mudah memunculkan kemarahan. Bila anak kita seperti ini, Pak Gunawan, yang dapat kita perbuat adalah sejak awal kita mesti berperan aktif mengatur penyaluran energinya. Misalkan, bila dia senang beraktifitas fisik kita dapat mengikutkannya dalam klub olahraga atau jika ia memunyai bakat seni kita bisa mendaftarkannya dalam pelatihan seni atau musik. Tujuannya adalah menolongnya menyalurkan energi yang tinggi itu secara konstruktif. Energi yang kuat mesti disalurkan sebab bila tidak energi itu muncul dalam bentuk kemarahan.
GS : Iya. Pak Paul, orang-orang yang punya daya seni atau rasa seninya itu cukup tinggi biasanya orang-orang itu lembut begitu; orang yang lembut hati begitu, bukan orang yang pemarah. Ini kok bisa seperti ini, Pak?
PG : Jadi memang ada dua sisi, Pak Gunawan. Bisa sekali memang lembut tapi bisa sekali karena didalamnya ada emosi yang sangat sensitif, jadi kadang-kadang menjadi orang yang pemarah. Jadi tidak mesti memang anak-anak orang itu introvert. Jadi kalau misalnya dia ekstrovert, kebanyakan itu lebih ekspresif. Dia tidak suka, maka dia langsung bicara. Sebab apa, memang standarnya tinggi; dia ada keinginan yang tertentu mesti seperti apa. Nah, jadi kadang-kadang itu, waktu tidak memenuhi seperti yang diharapkannya karena standarnya yang tinggi itu dia memang mudah sekali marah. Nah, kalau dia ekstrovert dia akan keluarkan kemarahannya itu, karena memang tenaga emosinya itu kuat, Pak Gunawan.
GS : Apakah dia juga segera cepat memahami kesalahannya lalu meminta maaf begitu, Pak Paul?
PG : Seringkali begitu Pak Gunawan, betul sekali. Karena memang dia sensitif, setelahnya dia meledak dia merasa salah, dia menyesal, dia minta maaf. Tapi sekali lagi karena tenaga emosinya kuat, yang memang diperlukan dalam ekspresi seninya maka kadang-kadang dia tidak bisa menahan dirinya. Dan yang berikut tadi adalah yang saya berikan contoh anak-anak yang memang memunyai energi tinggi, Pak Gunawan. Nah, anak-anak yang berenergi tinggi, kekuatan fisik itu seringkali juga mendorong munculnya kemarahan secara kuat. Karena memang tenaganya dia secara fisik kuat sekali.
GS : Iya. Kalau kita arahkan untuk berolahraga, untuk menyalurkan energinya Pak Paul, apakah dia bersedia melakukan itu? Karena itu ‘kan dia berkumpul dengan banyak orang juga begitu?
PG : Betul, memang di satu pihak dengan dia berkumpul dia bermain, anak-anak yang berenergi tinggi ini juga mudah beradu dengan anak lain dan akhirnya berkelahi. Bisa. Tapi dengan dia dilatih, tenaganya disalurkan sebetulnya itu juga menolong dia mengendalikan emosi marahnya. Tapi selain dari kita ini menyalurkan tenaga emosinya itu, kita juga mesti menolongnya berpikir sebelum berbuat. Kebanyakan anak yang memiliki energi yang kuat, tidak terbiasa melihat jauh ke depan, Pak Gunawan. Dia tidak sempat memikirkan konsep-konsep perbuatannya, sebab dia lebih dipengaruhi oleh apa yang ada di depan matanya. Itu sebab sejak kecil kita mesti berperan aktif mengajaknya untuk berpikir sebelum bertindak dan mendorongnya untuk memertimbangkan pelbagai aspek. Upaya ini sudah tentu tidak mudah dan menuntut kesabaran sebab anak yang memiliki energi tinggi cenderung berpikir konkret dan searah. Terfokus pada apa yang dirasakannya saat itu. Dia lagi kesal, maka kesalnya itu menguasainya sekali, Pak Gunawan. Itu sebab tidak mudah baginya untuk berhenti dan menahan emosi untuk dapat melihat masalah dari pelbagai sudut. Nah, kecenderungannya adalah langsung bereaksi. Tidak bisa tidak kita mesti mengingatkan anak dan melatihnya berulang kali "Jangan marah dulu, coba diam dulu, pikirkan dulu, lihat dari pelbagai sudut. Coba lihat konsekuensinya kalau kamu marah apa", ini yang kita terus harus ingatkan anak.
GS : Tapi kalau memang dia dasarnya tidak sabar lalu disuruh mikir dulu baru berbuat, ini rasanya agak sulit buat dia melakukan itu? Kecuali melalui satu treatment tertentu.
PG : Nah, anak-anak ini sebetulnya beda dengan yang tadi kita bahas, sebetulnya itu bukan orang yang bawaannya tidak sabar, bukan. Jadi dalam banyak hal dia bisa biasa-biasa saja, bukan orang yang suka marah, bisa menunggu tidak apa. Tapi memang lagi marah karena sesuatu itu terjadi karena ada yang menyakiti dia atau apa, marah itu bisa keras sekali, Pak Gunawan. Ini yang kita memang mau jaga, karena bisa destruktif, bisa melukai orang.
GS : Iya. Ada hal yang keempat Pak Paul yang bapak ingin sampaikan?
PG : Yang keempat, anak bertumbuh menjadi pemarah sebab ia mempunyai kebutuhan khusus. Ada beberapa kebutuhan khusus yang membuat anak cepat marah, seperti gangguan autis, gangguan bipolar, gangguan keterbelakangan mental. Pada dasarnya semua gangguan ini mengakibatkan anak tidak mampu berkomunikasi dengan semestinya. Dan tidak dapat mengatur emosinya dengan baik. Nah, akhirnya anak menjadi tidak stabil dan sedikit perubahan membuat anak marah dengan intensitas yang tinggi, sebagai contoh anak-anak autistik, Pak Gunawan. Kadang tidak begitu bisa berkata-kata dan akhirnya yang keluar adalah teriakan-teriakan, mengamuk-ngamuk begitu. Nah ini yang memang menyulitkan sekali. Atau anak-anak dengan gangguan bipolar berlanjut depresif. Waktu dia lagi marah, panik keluarnya begitu keras sekali tidak bisa dikendalikan lagi. Ini adalah akibat dari kebutuhan khusus.
GS : Iya, tapi kalau orang mengetahui, orang lain mengetahui memang remaja ini memunyai kebutuhan khusus, itu orang masih bisa memaklumi, Pak Paul. Memang tidak bisa disamakan dengan orang yang "normal" begitu. Kita bisa memahami. Tapi kalau orang yang secara fisik kelihatan bagus tidak apa-apa, lalu sedikit-sedikit marah, ini ‘kan yang sulit untuk diterima?
PG : Betul, betul. Anak-anak dengan kebutuhan khusus kita lebih bisa mengerti anak ini memang tidak bisa menguasai dirinya. Tapi juga memang orang tua akan frustrasi, benar Pak Gunawan. Sebab apapun yang kita lakukan dan ajarkan tidak mudah ditangkapnya. Kalau pun dia dapat memahaminya, belum tentu dia dapat menerapkannya sebab dia berada dalam cengkeraman gangguan yang dialaminya. Itu sebab kita hanya dapat berusaha; misalkan kita menjaga kedamaian, keajegan, ketenangan dalam rumah. Nah suasana yang tenang dan permanen dan sama serta rutin akan menyejukkan hatinya. Kita pun dapat mengingatkannya sebelum kita melakukan apa-apa dengannya supaya ia tidak mengeluarkan emosi marah. Jadi sebelum dia marah kita sudah ingatkan, "Kamu akan marah, jangan coba bicara dengan saya" kalau dia masih bisa bicara. Dengan cara itu kita menolongnya untuk mengeluarkan kemarahan lewat perkataan bukan dengan tindakan.
GS : Tapi kata-kata yang disampaikan diwarnai dengan kemarahan tidak, Pak Paul?
PG : Nah, tergantung. Kalau memang gangguan seperti autistik memang dia tidak begitu bisa berbicara. Kalaupun dia bisa berbicara, begitu keluar memang dalam bentuk kemarahan. Jadi susah memang untuk meredakan kalau dia memang sudah marah.
GS : Tadi Pak Paul katakan ada orang yang bipolar; ini orang seperti apa, Pak Paul?
PG : Jadi emosinya turun naik sekali, Pak Gunawan; cepat sekali naik marah-marah, mengamuk-ngamuk lalu tiba-tiba diam sedih, murung, nanti bisa naik lagi. Mau kesana-kesini, jalan kesana-kesini tidak bisa diam nanti ambruk, bisa sedih menangis-nangis; jadi seperti itu gangguan bipolar.
GS : Iya. Lalu ini ‘kan masih ada beberapa lagi yang pasti perlu kita bicarakan Pak Paul mengenai remaja yang pemarah ini. Apakah ada ayat firman Tuhan yang Pak Paul ingin sampaikan?
PG : Amsal 14:17 mengingatkan "Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar". Apapun kondisi anak dia tetap masih dapat belajar bersabar. Itu sebab sebagai orang tua kita harus terus mendidik untuk anak itu belajar bersabar dan mengendalaikan kemarahannya.
GS : Iya tentunya ini membutuhkan pertolongan Tuhan juga, Pak Paul, karena kita itu sangat terbatas begitu. Dan kita bisa menolong remaja ini. Tetapi kita akan lanjutkan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang karena masih ada beberapa hal yang perlu kita sampaikan. Namun untuk kali ini terima kasih Pak Paul perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menghadapi Remaja Yang Pemarah " bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat mengetahui lebih lanjut melalui acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) di Jalan Cimanuk 56 Malang. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.