Menghadapi Remaja yang Pemarah( I )

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T535A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak tumbuh menjadi pemarah karena beberapa hal sejak lahir seperti cenderung tidak sabar, cenderung kaku, memunyai emosi yang kuat dan ekspresif dan ada juga yang berkebutuhan khusus. Apa pun kondisi anak, ia tetap masih dapat belajar bersabar, karena itu sebagai orang tua kita harus terus mendidik anak untuk bersabar dan mengendalikan amarahnya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Hidup tidak sempurna. Sudah tentu harapan kita semua adalah memunyai anak yang berperangai baik. Namun pada kenyataannya tidak semua anak berperangai baik; salah satu perangai yang tidak baik adalah pemarah. Apakah yang mesti kita perbuat bila anak kita mudah sekali marah? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan. Kita akan mencoba mengerti mengapakah anak bertumbuh menjadi anak yang pemarah dan bagaimana seharusnya kita menghadapinya, sesuai dengan penyebab dan kondisinya. Anak tumbuh menjadi pemarah karena:

  1. Sejak lahir, ia sudah membawa kecenderungan TIDAK SABAR. Jadi, sejak awal memang ia tidak suka menunggu dan sukar menahan diri; segala sesuatu dilakukannya dengan cepat dan diharapkan terjadi dengan cepat pula. Itu sebab, tidak mudah baginya untuk menunggu; akhirnya ia menuntut orang untuk bertindak secepatnya dan sesuai dengan keinginannya. Jika anak kita membawa kecenderungan tidak sabar, tugas kita adalah MEMBERITAHUKANNYA APA YANG AKAN TERJADI SEBELUM SESUATU TERJADI. Sebagai contoh, bila ia meminta sesuatu dan kita tidak tahu kapan kita dapat melakukannya; kita perlu memberitahukannya bahwa kita belum dapat memastikan kapan kita dapat mengerjakan apa yang dimintanya. Sementara ia menunggu, kita memberitahukan perkembangannya, supaya ia dapat mengikuti prosesnya. Contoh yang lain adalah, jika ia menjadi bagian dari tugas kelompok. Maka sebelum ia memulai, kita dapat mengingatkannya bahwa besar kemungkinan akan ada satu atau dua orang dalam kelompok yang tidak terlalu bertanggung-jawab. Mungkin mereka akan terlambat mengerjakan tugas mereka. Kita memberitahukan hal ini supaya ia bersiap hati dan tidak bereaksi marah sewaktu itu terjadi. Mungkin sebagai antisipasi, ia pun dapat melakukan satu atau dua hal, supaya bila itu terjadi, ia tidak sampai dibuat susah.
  2. Sejak lahir ia sudah membawa kecenderungan KAKU. Ada anak yang kaku dimana ia menuntut semua harus tunduk pada aturan atau melakukan yang semestinya. Sukar baginya untuk fleksibel atau berbelok; itu sebab, ia tidak suka dengan orang yang tidak disiplin atau tidak turut aturan. Alhasil, ia sering marah karena di dunia, bukankah ada lebih banyak orang yang tidak seperti dirinya? Apa yang seharusnya kita perbuat untuk menolong anak kita ini? Kita dapat memulai dengan memberikan penghargaan kepadanya bahwa sesungguhnya ia memunyai kelebihan, yaitu ia taat aturan dan menghendaki orang lain taat aturan. Tetapi kita pun harus mengingatkannya bahwa di dunia lebih banyak orang yang tidak seperti dirinya. Jadi, untuk dapat bertahan hidup, ia mesti belajar menyesuaikan diri. Kadang, ia dapat menutup mata dan membiarkan orang melakukan sesuatu tidak sesuai aturan. Kita bisa mendorongnya untuk mengerti mengapa orang tidak dapat menjadi seperti yang diharapkannya. Sebab, pada kenyataannya latar belakang memainkan peran yang besar. Mudah-mudahan pengertian ini dapat menolongnya mengendalikan kemarahannya.
  3. Sejak lahir ia sudah membawa EMOSI YANG KUAT DAN EKSPRESIF. Ada anak yang memiliki daya seni yang kuat dan termaktub dalam kekuatan ini, emosi yang kuat pula. Sudah tentu emosi yang kuat sering kali luber menjadi kemarahan. Atau, anak lahir dengan energi yang tinggi sehingga ia bertumbuh menjadi anak yang aktif dan senang terlibat dalam kegiatan fisik. Pada umumnya anak yang seperti ini memunyai emosi yang kuat pula dan ini pun mudah memunculkan kemarahan. Bila anak kita seperti ini, yang dapat kita perbuat adalah sejak awal kita mesti berperan aktif mengatur penyaluran energinya. Misalkan, bila ia senang beraktifitas fisik, kita dapat mengikutkannya dalam klub olahraga. Atau, jika ia memunyai bakat seni, kita bisa mendaftarkannya dalam pelatihan seni atau musik. Tujuannya adalah menolongnya menyalurkan energi yang tinggi itu secara konstruktif. Energi yang kuat mesti disalurkan sebab bila tidak, energi itu mudah muncul dalam bentuk kemarahan. Langkah berikut adalah menolongnya untuk berpikir sebelum berbuat. Kebanyakan anak yang memiliki energi yang kuat, tidak terbiasa untuk melihat jauh ke depan. Ia tidak sempat memikirkan konsekuensi perbuatannya sebab ia lebih dipengaruhi oleh apa yang ada di depan matanya. Itu sebab, sejak ia kecil, kita mesti berperan aktif, mengajaknya untuk berpikir sebelum bertindak dan mendorongnya untuk memertimbangkan pelbagai aspek. Upaya ini tidak mudah dan menuntut kesabaran sebab anak yang memiliki energi tinggi cenderung berpikir konkret dan searah, terfokus pada apa yang dirasakannya saat itu. Itu sebab, tidak mudah baginya untuk berhenti dan menahan emosi untuk dapat melihat masalah dari pelbagai sudut. Tidak bisa tidak, kita mesti mengingatkan anak dan melatihnya berulang-kali.
  4. Ia memunyai KEBUTUHAN KHUSUS. Ada beberapa kebutuhan khusus yang membuat anak cepat marah, seperti gangguan autis, gangguan bi-polar dan gangguan keterbelakangan mental. Pada dasarnya semua gangguan ini mengakibatkan anak tidak mampu berkomunikasi dengan semestinya dan tidak dapat mengatur emosinya dengan baik. Alhasil anak menjadi tidak stabil dan sedikit perubahan membuat anak marah dengan intensitas yang tinggi. Tidak mudah menghadapi anak berkebutuhan khusus karena apa pun yang kita lakukan dan katakan kepadanya, tidak mudah ditangkapnya. Kalaupun ia dapat memahaminya, belum tentu ia dapat menerapkannya sebab ia berada di dalam cengkeraman gangguan yang dialaminya. Itu sebab, kita hanya dapat berusaha. Misalkan, kita menjaga kedamaian dan keteraturan di dalam rumah; suasana yang tenang dan sama menyejukkan hatinya. Kita pun dapat mengingatkannya sebelum kita melakukan apa-apa dengannya supaya ia tidak mengeluarkan emosi marah.

Amsal 14:17 mengingatkan, "Siapa lekas naik darah berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar." Apa pun kondisi anak, ia tetap masih dapat belajar bersabar; itu sebab, sebagai orangtua kita harus terus mendidik anak untuk bersabar dan mengendalikan kemarahannya.