T 212 A
Lengkap
"Menangani Gangguan ADHD" bersama Pdt.Dr. Paul Gunadi & Ibu Winny Soenaryo M.A.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kali ini bersama Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Kami akan berbincang-bincang dengan Ibu Winny Soenaryo M.A. Beliau adalah seorang ahli terapis okupasi. Perbincangan kami kali ini tentang "Menangani Gangguan ADHD". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Selamat datang Ibu Winny, kami senang Ibu Winny bisa bersama kami. Ibu Winny adalah seorang terapis okupasi, mungkin sebelum kita memulai dengan menanyakan lebih banyak tentang gangguan AHD ini, Ibu mungkin bisa bercerita sedikit, sebetulnya apa yang Ibu lakukan dengan tugas Ibu sebagai terapis okupasi.
WS : Terapis okupasi ini adalah sesuatu yang baru dikenal oleh orang-orang terutama di Asia. Terapis okupasi itu bukan membantu seseorang mencari pekerjaan, tetapi kata-kata okupasi itu sebetunya ditujukan untuk melihat pengembangan orang itu dan melihat di mana mereka berada, dan okupasi mereka itu untuk apa.
Misalnya untuk anak-anak, okupasi mereka adalah bermain, bersekolah juga bersosialisasi dengan teman-teman. Kalau remaja, untuk membantu mereka yang sedang dalam kesulitan misalnya depresi, anxiety. Sebagai jembatan untuk membantu mereka menemukan sekolah yang tepat atau program yang tepat untuk mereka. Atau pun juga untuk orangtua, khususnya yang sudah pensiun, kebanyakan mengalami depresi karena mereka sudah tidak bekerja lagi sehingga mereka menjadi bingung. Mereka kehilangan satu pekerjaan yang membuat mereka depresi, akhirnya sebagai terapis okupasi, kita membantu mereka bagaimana supaya mereka bisa hidup dengan semangat lagi, dengan menggunakan aktifitas-aktifitas yang mereka pernah lakukan.
PG : Jadi okupasi di sini didefinisikan secara luas, yakni kegiatan atau aktifitas yang bermakna yang sesuai dengan usia atau perkembangan di mana seseorang berada. Dan dalam rangka inilah Ibujuga menolong anak-anak yang menderita gangguan ADHD.
Mungkin kalau Ibu tidak berkeberatan coba Ibu jelaskan singkatan dari apakah ADHD dan sebetulnya apa itu ADHD?
WS : ADHD singkatan dari Attention Defisit Hyperactive Disorder, dulu namanya banyak sekali, bisa hiperaktif, bisa ADD, tapi sekarang namanya ADHD. Ada beberapa macam atau tipe ADHD, yaitu adayang khusus hanya tidak bisa konsentrasi atau perhatiannya tidak lama atau hiperaktifnya atau juga kombinasi antara dua ini; tidak bisa konsentrasi dan juga hiperaktif.
PG : Ibu bisa jelaskan, apakah ini hanyalah lingkup lingkungan sehingga anak-anak mengembangkan ADHD atau memang ada penyebab-penyebab yang bersifat organik, yang bersifat biologis pada dirinya itu?
WS : Penemu ADHD (scientist) juga belum terlalu yakin kenapa ditemukan ADHD ini, tapi yang sekarang mereka tahu, genetik ada pengaruhnya, lingkungan pun juga ada pengaruhnya. Genetik ini biasaya menurun, kalau misalnya di dalam keluarga ada yang menderita ADHD, biasanya bisa menurun.
Di sana baru ketahuan bahwa ada faktor genetik yang terpengaruh ADHD ini. Juga lingkungan, sekarang ini mereka masih mencari tapi dikatakan ada pengaruh dari merkuri, mereka mengatakan merkuri bisa mempengaruhi ADHD dalam perkembangan otak mereka.
PG : Jadi memang ada kelainan pada struktur otaknya, namun kita belum pasti apakah penyebabnya yang menimbulkan kelainan pada otak anak yang ADHD ini. Yang pasti bukan 100% pengaruh lingkungan?
WS : Bukan, itu kombinasi antara genetik dan lingkungan, yang membuat mereka mempunyai otak yang berbeda dengan anak-anak normal karena ada abnormal di bagian depannya sehingga mereka sulit untk mengontrol diri.
PG : Ada ketidakbenaran atau ada yang tidak pas di bagian otak yang terletak di bagian depan. Apakah jumlah penderita ADHD itu sama antara anak laki dengan anak perempuan?
WS : Tidak sama, untuk anak laki perbandingan 1:6 atau 1:9, karena perbandingan ini biasanya anak laki-laki dilihat lebih nakal daripada anak perempuan. Banyak sekali anak perempuan yang khusunya di bagian yang tidak bisa konsentrasi itu tidak terdiagnosa karena mereka mungkin tidak bisa berkonsentrasi tapi mereka tidak hiperaktif.
GS : Pada umumnya banyak anak yang sulit untuk berkonsentrasi apalagi untuk jangka panjang. Tapi sebenarnya apa yang membedakan anak yang mengidap ADHD dengan anak yang normal?
WS : Ada beberapa kriteria ADHD yang bisa dilihat, misalnya tidak bisa konsentrasi itu harus bisa berlaku lebih dari satu atau 10 kali, dan juga dia mempunyai gejala itu harus sebelum umur 7 taun.
Selain itu mereka yang tidak bisa konsentrasi atau hiperaktif gejalanya itu harus lebih dari 6 bulan dan juga harus "multiple setting", jadi tidak hanya di sekolah saja tapi kita juga harus melihat mereka di rumah, di sekolah, di komunitas; jadi mereka harus memenuhi kriteria itu baru mereka bisa didiagnosa untuk ADHD.
GS : Biasanya anak yang menderita hiperaktif sementara orangtuanya tidak tanggap itu akan dilihatnya sebagai anak yang nakal begitu saja?
WS : Banyak sekali orangtua yang menyebutnya anak nakal, karena mereka lari ke mana-mana dan tidak bisa diam.
GS : Tapi apa yang membedakan supaya kita tahu bahwa ini tidak sekadar nakal, tidak sekadar tidak bisa konsentrasi, tapi memang mengidap ADHD?
WS : Symptom ADHD itu sangat impulsif, jadi mereka tidak hanya tidak bisa konsentrasi, lari-lari, impulsif, kadang mereka melakukan sesuatu yang berbahaya untuk diri mereka sendiri atau orang ain tanpa sadar.
Jadi anak yang hanya berlari-lari, hiperaktif, banyak energi belum tentu menderita ADHD. Jadi ADHD itu impulsif, bisa menggunakan suatu kekerasan.
GS : Kalau anak seperti itu disekolahkan di sekolah yang normal, sekolah-sekolah biasa pada umumnya, bukankah itu akan mengganggu teman di kelasnya bahkan di sekolahnya?
WS : Betul, banyak guru merasakan anak seperti itu bisa mengganggu sekali di kelas, karena mereka bukan hanya lari-lari di kelas tapi mereka juga bisa mengganggu teman-temannya di kelas yang seang belajar.
GS : Mereka bisa menangkap pelajaran dengan cepat atau lambat?
WS : Kadang kala mereka bisa tapi kebanyakan mereka kesulitan karena mereka tidak bisa konsentrasi.
GS : Berarti prestasinya di sekolah itu biasanya rendah begitu Bu?
WS : Ya, rendah, dan banyak sekali anak yang menderita ADHD dihubungkan dengan anak yang sulit belajar karena 30% dari anak ADHD itu bisa disebut mereka mempunyai kesulitan dalam belajar menuli, membaca atau dalam matematika.
PG : Bu Winny, banyak orangtua yang karena capek, jadinya kurang sabar. Anak ini kok nakal, tidak bisa diam, mengganggu kakaknya, adiknya dan sebagainya, akhirnya melampiaskan kemarahan pada i anak; memukulnya, anak sedikit berbuat kesalahan langsung dipukul.
Apa yang Ibu ingin katakan kepada orangtua kalau anaknya kebetulan menderita ADHD?
WS : Sebagai orangtua kita harus mengerti kondisi anak-anak itu berbeda. Ada yang ADHD hiperaktif; mungkin mereka ingin belajar tapi karena mereka tidak biasa menguasai diri, akhirnya mereka mmpunyai kesulitan.
Dan biasanya anak ADHD itu ada kecenderungan untuk mempunyai rasa menghargai diri yang sangat rendah. Akibat dimarahi orangtua, karena sekolahnya tidak baik, tidak disukai orang-orang. Saya akan katakan kepada orangtua, jangan sampai anak ADHD itu rasa menghargai dirinya rendah, karena kalau anak ADHD tidak diarahkan, mereka mungkin juga bisa menjadi anggota 'geng', jadi diarahkannya menjadi tidak baik.
PG : Tapi kalau orangtua berkata, "Aduh, anak saya itu luar biasa tidak bisa diam, mengganggu terus; saya beritahu tetap saja mengulangnya, bagaimana akhirnya saya tidak naik pitam, bagaimana ahirnya saya tidak memukulnya."
Kalau kasusnya seperti itu bagaimana Bu?
WS : Memang sulit bagi orangtua yang mempunyai anak menderita ADHD. Tapi saya juga mau memberitahukan kepada orangtua, mereka tidak usah menanganinya sendiri, mereka bisa minta tolong pada ahl-ahli profesi yang mungkin bisa membantu untuk menangani anak-anak seperti itu.
Misalnya melalui psikiater atau dokter yang mungkin bisa memberikan obat yang saat ini ditemukan sangat efektif untuk anak ADHD. Untuk menurunkan hiperaktifnya mereka bisa dibantu dengan obat. Atau juga dengan terapi tingkah laku, dimana mungkin anak ADHD sering impulsif, jadi anak menjadi kasar. Itu bisa dibantu dengan dukungan pendidikan, misalnya les tapi dukungan yang bersifat kejiwaan/psikologis, konseling, atau mungkin juga terapi-terapi yang bisa membantu mereka.
PG : Kalau Ibu bisa memberikan masukan yang spesifik, misalnya ada orangtua yang berkata, "Anak saya ini mengganggu adiknya terus, bagaimana Bu supaya anak itu bisa berhenti mengganggu". Terapi seperti apa yang Ibu akan ajarkan?
WS : Memang kalau di rumah susah ya, tapi kita bisa sarankan untuk menggunakan terapi tingkah laku, mengajarkan mereka dengan memberi reward. Jadi kita bisa memberikan kepada mereka pujian, mialkan di rumah waktu anak itu mengerjakan sesuatu yang baik dengan adik itu kita bisa langsung memberikan pujian, "o......bagus
sekali, mama senang kamu melakukan ini kepada adikmu." Jadi waktu anak itu mendengar pujian itu, dia bisa merasakan, 'o... kalau saya berbuat baik kepada adik saya, mama saya akan memberikan pujian kepada saya.' Tapi kalau jahil mamanya juga harus tegas mengatakan "Jangan !" Jadi anak bisa membedakan, kalau saya berbuat baik kepada adik, mama saya akan senang.
GS : Tadi Ibu katakan bahwa anak laki-laki mempunyai kecenderungan lebih besar menjadi penderita ADHD dibanding anak perempuan. Itu sebenarnya faktor apa yang mempengaruhi atau hasil dari satu riset atau bagaimana?
WS : Hasil dari riset itu memang laki-laki lebih banyak tapi juga yang sering mengganggu di kelas itu lebih banyak laki-laki. Jadi kalau guru merasakan sesuatu yang tidak beres, yang ditunjuk ebanyakan anak laki-laki.
Karena kalau anak perempuan jarang yang berlari-lari dan mengganggu, mungkin ada tapi sedikit sekali.
GS : Faktor dari orangtua tidak ada pengaruhnya, misalkan keturunan atau genetik tidak ada pengaruhnya?
GS : Karena itu bisa diberikan obat-obatan tertentu pada penderita anak ADHD ini?
WS: Genetiknya itu dimaksudkan, kalau dalam keluarga ada yang menderita ADHD, itu bisa menurun kepada anaknya.
GS : Tapi biasanya orangtua sudah tidak menyadari bahwa dia dulu pernah menjadi penderita ADHD.
WS : Ya, mereka tidak sadar tapi sebetulnya itu bisa ada kemungkinan, mungkin bukan dari mamanya tapi dalam keluarganya mungkin ada sehingga faktor genetiknya menurun.
GS : Hiperaktif pada diri anak, apakah bisa disalurkan ke sesuatu tindakan yang produktif dan baik?
WS : Bisa, karena anak hiperaktif itu juga mempunyai satu sensor yang juga ada beberapa sensor yang mereka sangat butuhkan. Jadi ada baiknya mereka diijinkan bermain di luar. Di zaman sekaran ini, karena tidak mau repot anak-anak ditaruh di depan televisi, agar mereka diam tapi sebetulnya anak ADHD ini kalau ditaruh di depan televisi mereka bisa lebih impulsif lagi.
Jadi kalau boleh saya sarankan, orangtua bersama-sama pergi "outing" atau pergi bermain di luar saja karena itu akan lebih baik buat anak-anak, agar mereka juga bisa mengeluarkan energi yang terlalu banyak di dalam dirinya.
GS : Pengisitilahan ADHD ini menimbulkan kesan, terutama saya mempunyai kesan, orang yang tidak bisa konsentrasi atau anak yang sulit berkonsentrasi lalu menjadi anak yang hiperaktif, padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Ini dua kasus yang berbeda ?
WS : Bisa kasus yang berbeda. Jadi ada tiga tipe yaitu hanya tidak bisa berkonsentrasi, hanya hiperaktif, dan yang ketiga dua-duanya ada.
GS : Jadi ada anak yang hiperaktif tapi bisa berkonsentrasi.
PG : Ibu Winny, bagaimana menolong anak ADHD yang tidak bisa berkonsentrasi itu untuk meningkatkan daya konsentrasinya?
WS : Saya sebagai terapis okupasi, saya biasanya memberikan terapi yang namanya sensori integrasi. Jadi melihat mereka, sensorinya yang kurang dimana dan memberikan kepada mereka apa yang merea butuhkan supaya otaknya, sensorinya itu bisa seimbang, itu yang pertama.
Yang kedua, saya akan memberi kepada guru-guru atau orangtua itu satu strategi yang bisa digunakan di rumah maupun di sekolah untuk membantu mereka lebih bisa berkonsentrasi. Misalnya, dengan menggunakan stress ball, mereka bisa pencet-pencet, itu biasanya sangat membantu mereka untuk bisa lebih tenang. Bisa juga dengan memberi beban dalam tubuh mereka, karena dengan adanya beban ini, mereka akan terbantu untuk menjadi lebih tenang.
GS : Atau juga ada lagu-lagu yang tenang bisa membantu mereka, tapi kalau dia tidak bisa berkonsentrasi lama juga sulit ya Bu?
WS : Untuk lagu setiap anak juga unik, ada anak yang bisa belajar dengan adanya musik tapi ada anak juga yang bisa belajar tanpa musik. Jadi bisa dicoba dengan memakai musik yang menggunakan ltar belakang yang lembut.
PG : Kalau untuk di rumah, anak-anak ini disuruh belajar baru duduk 5 menit sudah lari ke sana-ke sini atau bergerak ke sana-ke sini seperti cacing kepanasan. Nah sebagai orangtua apa yang harus dilakukannya, apakah si orangtua perlu menunggui si anak di situ atau meninggalkan si anak supaya belajar sendiri atau apa ibu mempunyai cara yang paling baik?
WS : Mungkin kita bisa menggunakan strategi-strategi untuk anak itu, tergantung kondisi anak itu seperti apa. Misalnya kalau saya mempunyai anak yang ADHD, kalau misalnya anak itu hiperaktif sperti cacing kepanasan, saya akan mencoba mereka mengerjakan sesuatu yang berat.
Misalnya membantu untuk menyapu atau mendorong meja yang buat mereka itu adalah aktifitas yang berat supaya energi mereka bisa keluar. Setelah itu saya akan coba minta mereka untuk duduk, duduknya tidak harus di kursi bisa di bola, karena bola itu memberikan satu input untuk mereka bisa bergoyang sekaligus bisa duduk. Jadi saya akan mencoba beberapa strategi bagaimana mereka bisa mengeluarkan energi itu untuk mempersiapkan waktu belajarnya. Kalau mereka masih belum bisa berkonsentrasi terlalu lama, saya akan bagi, 15 menit sekali saya akan berikan istirahat 5 menit untuk mengerjakan sesuatu, terus balik lagi 15 menit.
PG : Jadi memang Ibu menganjurkan agar waktu belajar anak itu dipotong-potong dalam kepingan-kepingan yang lebih singkat. Tidak bisa misalkan anak itu disuruh duduk 1 jam nonstop atau 2 jam nostop, itu malah tidak produktif ya Bu.
WS : Malah tidak efektif untuk anak itu.
PG : Malah si anak resah dan akhirnya tidak bisa masuk, tidak bisa menghasilkan apa-apa.
GS : Kalau orangtua tidak mengenali bahwa anaknya mengidap ADHD, lalu dibiarkan saja. Setelah menjadi besar kira-kira akibatnya apa Bu?
WS : Ada riset membuktikan 60% anak yang ADHD itu akan terus, maksudnya besarnya akan ADHD juga tapi mungkin impulsifnya atau hiperaktifnya menurun.
GS : Dan itu dapat meresahkan masyarakat atau tidak?
WS : Ada yang meresahkan, ada yang tidak juga.
GS : Kita kesulitan melihatnya, apakah dulu latar belakangnya seperti itu pengidap ADHD atau dia seorang yang cenderung merusak sesuatu seperti itu, misalnya tabiatnya memang jelek. Bukankah kalau sudah dewasa membedakannya akan sulit?
WS : Memang ADHD itu tidak datang dengan diagnosa sendiri, jadi 60% ADHD itu disertai oleh kekacauan yang lainnya. Misalnya, "anxiety disorder" (kegalauan disertai rasa cemas), "oppositional dfiant disorder" (gangguan melawan dan membangkang).
Jadi jarang sekali ADHD datang hanya sendiri, ADHD datang dengan yang lainnya. Kalau memang tidak ditangani dengan baik dari kecil, besarnya mereka akan sulit untuk bisa bekerja. Ke mana-mana mereka tidak bisa konsentrasi, akhirnya mereka banyak sekali yang tidak sukses karena mereka tidak bisa mengerjakan apa-apa.
GS : Memang ada orang-orang tertentu yang sampai besar pun agak sulit berkonsentrasi. Tapi dia akan memilih pekerjaan yang tidak terlalu banyak menuntut konsentrasi, seperti tidak bekerja di bidang Akuntansi, yang membutuhkan konsentrasi tapi mungkin di bidang salesman atau apa yang bisa bepergian ke mana-mana. Tapi juga akan kesulitan berkomunikasi dengan pelanggan.
WS : Salah satu kesulitan ADHD adalah bersosialisasi juga. Jadi kita harus membantu untuk mengarahkan mereka sedini mungkin. Tapi juga ada orang yang tidak dapat intervensi tapi mereka akhirna juga bisa sukses, itu juga mungkin terjadi.
PG : Apakah ada kaitannya antara ADHD dengan agresifitas yang makin agresif atau mudah marah?
WS : Mungkin ada sebagian anak mempunyai itu, karena mereka tidak tahu bagaimana caranya, karena tadi saya sudah katakan sensori mereka kurang terorganisir, jadi mereka tidak tahu bagaimana-oututnya agresif, kasar.
Segala sesuatu yang mungkin mereka sendiri tidak bisa mengontrol; setelah mereka lakukan mereka baru sadar, 'kenapa saya begitu?'
PG : Sebagai orangtua apa yang bisa dilakukan kalau memang inilah faktanya anak ini ADHD dan kalau terganggu sedikit, akan meledak marah, memukul?
WS : Orangtua jangan putus asa dulu, memang sulit mempunyai anak seperti itu. Tapi orangtua bisa meminta bantuan orang lain juga, jadi orangtua bisa meminta saran kepada orangtua lainnya atau uga bantuan terapi bagaimana cara atau strategi strategi yang bisa membantu anak saya.
Khususnya untuk anak-anak yang agresif seperti itu, riset membuktikan kalau terapi tingkah laku itu sangat efektif untuk anak-anak yang sangat agresif. Karena di sana diajarkan untuk tidak melukai diri sendiri atau pun melukai orang lain dan melakukan hal-hal yang positif, diarahkan ke arah tingkah laku yang positif. Saya tahu itu akan sangat sulit sekali bagi orangtua untuk menerima anak-anaknya yang sangat agresif, jadi orangtua juga jangan putus asa karena banyak sekali bantuan di luar yang mungkin sekali bisa membantu orangtua.
PG : Apakah bijaksana kalau orangtua itu menanggapi kemarahan dan kekasaran si anak dengan kemarahan pula, dengan pemukulan kepada si anak?
GS : Itu biasanya orang jadi gampang terpancing emosinya melihat anak yang begitu agresif, tingkah lakunya merusak dan sebagainya. Nah bukankah orangtua akan mudah terpancing, ini bagaimana?
WS : Betul ya, khususnya kalau kita sudah ngomong beberapa kali kepada anak itu tapi anaknya tetap tidak mau mendengar tapi malah lebih kasar. Sulit sekali orangtua untuk mengontrol mereka. Tpi saya juga katakan, anak itu juga perlu kasih sayang.
Kasih sayang itu yang mungkin akan merubah anak itu; kalau menggunakan kekerasan anak itu juga akan tambah keras tapi kalau kita bisa menyayangi mereka, mereka mungkin akan merasakan berbeda. Karena mereka bukannya ingin melakukan sesuatu yang agresif tapi karena mereka tidak bisa mengontrol, maka keluarlah keagresifannya itu. Orangtua perlu mengerti bahwa anak itu tidak mau seperti itu. Jadi dengan kasih sayang akan membantu anaknya untuk lebih berkembang baik secara emosi maupun perilakunya.
GS : Biasanya anak-anak seperti itu apakah tidak kesulitan waktu mau tidur?
WS : Masalah tidur itu salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh orangtua yang mempunyai anak ADHD, karena energinya terlalu banyak jadi mereka terus didorong oleh mesin. Hal itu bisa memina bantuan dari psikolog atau terapis karena mereka yang akan menganalisa aktifitas anak.
Jadi bagaimana kita bisa membantu untuk mengganti jadwal anak, sehingga anak bisa diatur supaya tidak terlalu banyak aktifitas di malam hari. Jadi dalam sehari bisa diatur supaya seimbang.
GS : Sehubungan dengan ini tentang menangani ADHD, apakah Pak Paul ingin menyampaikan sesuatu?
PG : Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada para orangtua yang anaknya menderita ADHD dan sudah sangat frustrasi, mungkin putus asa dan hendak menyerah. Saya akan bacakan Yohanes 9:1-3. WaktuYesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." Kadang kita menyalahkan satu sama lain karena kita kesal anak kita begini. "Mungkin karena kamu, kamu dulu juga ADHD, atau orangtuamu ADHD sehingga sekarang anak kita ADHD." Jadi orangtua mungkin terjebak ke dalam tuding-menuding, saling menyalahkan. Atau mungkin menyalahkan diri juga, mungkin karena dosa saya di masa lampau, sekarang anak saya harus menanggungnya. Berhentilah berpikir seperti itu, firman Tuhan berkata: Tapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Yakinlah bahwa ada pekerjaan Allah yang tengah dinyatakan di dalam anak kita. Tugas kita pertama, berdoalah bagi anak kita setiap hari. Nomor dua, berdoalah bagi kita juga agar Tuhan memberikan hikmat, kesabaran, dan cinta kasih untuk membesarkan anak-anak yang Tuhan telah titipkan ini kepada kita. Dan ketiga, tetap berharaplah bahwa Tuhan akan memakai anak ini untuk menggenapi pekerjaan Tuhan di dunia.
GS : Terima kasih Pak Paul, terima kasih Ibu Winny untuk kebersamaan Ibu dengan kami. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Winny Soenaryo M.A. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menangani Gangguan ADHD". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.