Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang Masalah Hati Wanita. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, memang memahami hati seseorang itu sangat sukar bahkan hampir mustahil. Apalagi menyelami hati wanita. Bagi kita para pria yang sudah memunyai pengalaman tersendiri betapa sulitnya menebak atau mereka-reka apa yang dimaksud dalam diri seorang wanita. Bagaimana ini, Pak Paul ?
PG : Iya. Pada perbincangan sebelumnya kita telah membahas tentang ego pria. Jadi sekarang kita masuk ke topik berikutnya yaitu, saya tidak menggunakan kata ego tapi saya menggunakan kata hati wanita. Karena saya kira ini lebih mewakili wanita. Kalau bagian sensitif pada pria adalah egonya, maka bagian paling sensitif pada wanita adalah hatinya. Inilah bagian yang paling mudah terluka sekalipun paling cepat bereaksi. Itu sebab kalau kita berniat menikah dan hidup bersama istri kita, kita para pria perlu memahami perihal hati wanita. Terutama dalam kaitannya dengan suami dan kehidupan berkeluarganya.
GS : Jadi sebenarnya masalah hati wanita ini banyak terpengaruh oleh egonya, Pak Paul?
Hanya kita tidak menyebutnya sebagai ego.
PG : Betul sekali. Memang yang kita maksud adalah ego wanita, tetapi supaya lebih mengena untuk wanita, saya menggunakan istilah hati.
GS : Apakah terbentuknya hati wanita ini adalah juga karena pengaruh lingkungan, Pak
Paul ?
PG : Dan juga bawaan, Pak Gunawan. Memang kita tidak bisa menyangkali bahwa kebanyakan wanita sejak lahir dikaruniai karakteristik yang nantinya dibutuhkan untuk tugas yang Tuhan embankan kepada mereka.
GS : Misalnya apa, Pak Paul ?
PG : Yang nanti kita lihat adalah kelembutannya, Pak Gunawan. Jadi inilah hal pertama yang mesti kita sadari bahwa hati wanita adalah lembut. Apapun sikap yang diperlihatkannya di luar, pada dasarnya hati wanita adalah lembut. Tuhan menciptakan hati yang lembut supaya wanita dapat menunaikan tugas yang diembankan Tuhan kepadanya yaitu sebagai pendamping dan pengasuh. Kalau kita kembali ke Alkitab, Kejadian 2:18, sewaktu Allah menciptakan Hawa, Dia menetapkannya untuk menjadi penolong yang sepadan bagi Adam. Kita mesti ingat bahwa untuk menolong ada syaratnya. Dan syarat untuk menolong adalah memunyai hati yang lembut. Tanpa hati yang lembut, kita tidak akan tergerak untuk menolong orang. Tuhan juga mengaruniakan hati yang lembut kepada
wanita karena kebanyakan wanita akan menjadi ibu. Siapa pun yang jadi ibu pasti tahu bahwa tidak mungkin menjalankan tugas sebagai ibu jika tidak memiliki hati yang lembut. Misalnya, bangun tengah malam, membersihkan kotoran anak, merawat anak ketika sakit dan sederet tugas lainnya. Semua itu menuntut adanya hati yang lembut. Saya percaya Tuhan memang mengaruniakan hati yang lembut kepada wanita sejak kecil dan juga ada bentukan dari lingkungan supaya nanti bisa menjadi penolong dan juga menjadi seorang pengasuh bagi anak-anaknya.
GS : Karena pengaruh lingkungan, kadang seorang wanita terbentuk menjadi wanita yang tangguh seperti laki-laki. Mungkin karena desakan ekonomi atau kondisi keluarga yang tidak memungkinkan. Tapi wanita ini bahkan bisa lebih kuat dari seorang pria.
PG : Memang ada yang seperti itu, Pak Gunawan. Tidak bisa kita sangkali bahwa hidup
ini tidak ideal. Ada kalanya sejak kecil wanita sudah diharuskan untuk kuat dan tangguh menghadapi tekanan hidup, tidak boleh ambruk, tetap jalan jangan sampai tersandung oleh rintangan. Wanita yang seperti itu memang akhirnya jadi wanita yang tangguh dan kuat. Namun tetap sejak lahir Tuhan sudah mengaruniakan hati yang lembut juga. Aspek hati yang lembut itu tetap ada. Karena sekali lagi, sekuat dan setangguh apa pun kalau nanti dia menjadi seorang istri atau ibu, tetap memerlukan hati yang lembut.
GS : Ya dan kelembutan itu akan nampak pada saat-saat tertentu ya, seperti yang tadi
Pak Paul katakan di dalam merawat anak, mengasuh ibunya.
PG : Iya, betul. Saya mau mengingatkan kita para pria atau suami, kita mesti ingat pada dasarnya istri kita itu berhati lembut. Kadang dia sebagai manusia bisa marah. Dalam kondisi marah dia bisa mengatakan hal-hal yang kasar, kita harus tetap percaya bahwa hatinya lembut. Dalam kondisi marah dia kasar, tapi hatinya lembut. Hati yang lembut artinya apa ? Mau menolong dan mau mengasuh. Perempuan itu akan mau menolong dan mengasuh sebab Tuhan telah karuniakan hati yang lembut kepadanya.
GS : Hal lain apa yang perlu kita ketahui tentang hati wanita, Pak Paul ?
PG : Hal kedua yang perlu kita ketahui tentang hati wanita adalah kehalusannya, Pak Gunawan. Kehalusan hati wanita memunyai akibat atau efeknya. Misalnya kehalusan hati wanita membuatnya mudah bereaksi, baik reaksi yang positif maupun negatif. Secara positif, wanita cepat bereaksi terhadap kasih sayang dan rasa dibutuhkan. Sebaliknya, secara negatif wanita cepat bereaksi terhadap penolakan dan rasa tidak dihargai. Jadi kita mesti menyadari, yang namanya halus itu punya akibat. Dan kita harus terima juga akibatnya. Wanita itu kalau kita sayangi, dia akan merespon dengan sangat hangat. Waktu kita membutuhkan dia, dia akan merespon sangat hangat. Juga kita harus terima bahwa kalau kita kurang memberikan perhatian atau membuatnya merasa tertolak, atau merasa dia tidak dihargai malah dimanfaatkan oleh kita, itu bisa membuat mereka bisa cepat marah.
GS : Perbedaan jelas antara kehalusan dan kelembutan itu seperti apa, Pak Paul ?
PG : Saya membedakannya begini. Secara terminologi memang hampir sama. Saya bedakan untuk membedakan fungsinya. Kalau kelembutan itu dibutuhkan untuk menjadi penolong dan pengasuh. Kalau kehalusan, wanita memang menjadi orang yang mudah bereaksi. Siapa pun yang hidup dengan wanita bisa mengakui hal ini seringkali bisa menyebabkan konflik dalam rumah tangga. Karena istri kita kadang terlalu cepat bereaksi karena perasaannya halus.
GS : Sehubungan dengan kehalusan seorang wanita, apa yang perlu kita pahami khususnya sebagai suami atau kaum pria, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah kita mesti pahami bahwa wanita tidak selalu mengerti perasaannya sendiri dan tidak selalu mengeluarkan reaksi yang konsisten. Oleh karena kuatnya dan mudahnya dia bereaksi, kadang dia harus mengalami beberapa perasaan yang berkecamuk sekaligus. Contohnya, di saat dia marah kepada kita, dia pun merasa takut kehilangan kita. Di saat dia melayani kita karena cintanya kepada kita, dia merasa disingkirkan oleh kita. Oleh karena emosi yang bercampur, kadang dia memberikan beberapa reaksi sekaligus yang sudah tentu akan membingungkan kita. Kita sebagai pria atau suami mesti memahami hal ini dan kita mesti menerima ketidakkonsistenan ini sebagai bagian dari dirinya.
GS : Sedangkan kita kaum pria lebih cenderung kepada yang konsisten, ya Pak ?
PG : Betul. Bagi kita para pria ya kalau kamu tidak suka, ya tidak suka. Kalau kamu tidak setuju ya tidak setuju. Kadang ketika kita bicara dengan istri kita, kita bingung karena di satu pihak dia bilang tidak suka, tapi kok dia juga ya tidak apa- apa. Buat kita itu tidak konsisten. Kenapa wanita seperti itu ? Karena memang perasaannya halus dan karena halus, nomor satu dia tidak selalu mengerti perasaannya yang tepat apa. Yang kedua karena halus kadang muncul dua-tiga perasaan sekaligus. Akhirnya dia sendiri juga bingung, sebetulnya perasaannya apa dan maunya itu apa. Karena memang perasaannya peka.
GS : Itu yang justru seringkali dimanfaatkan oleh kaum pria untuk merugikan si wanita ini. Karena wanita itu sendiri emosinya berpindah-pindah, tidak tahu apa sebenarnya yang dirasakan.
PG : Ini masukan yang baik. Kalau tidak hati-hati, memang pria yang kurang bertanggung jawab atau kurang baik hati bisa memanfaatkan atau memanipulasi istrinya atau perempuannya karena dia tahu hati perempuan itu halus dan bisa bingung dengan perasaannya. Jadi pria ini masuk dan memanipulasi sehingga istrinya menjadi korbannya.
GS : Tapi di sisi yang lain, ini membingungkan kita para pria, Pak Paul. Mau dilayani seperti apa, mau ditanggapi seperti apa ? Kadang kalau kita salah menanggapi dia malah marah.
PG : Betul. Kalau kita tanggapi yang satu, perasaan yang satunya lagi melawan, karena tidak begitu. Sebaiknya kalau memang kita bingung, katakan terus terang. Saya tidak mengerti. Tadi kamu katakan begini, sekarang begini. Bisa tidak jelaskan kepada saya ? atau kita berkata, Saya tidak mengerti. Bisa tidak kamu katakan kepada saya apa yang kamu inginkan ? Apa yang kamu minta ? Supaya saya bisa
berikan. Jadi kita memintanya untuk sekali lagi merumuskan, mengenali perasaannya apa dan yang dia inginkan itu apa. Jadi kita tidak menuduh dia, kita katakan apa adanya bahwa kita bingung, kita sungguh-sungguh tidak mengerti. Tapi kita juga mau berbuat sesuatu. Kita mau menolong dia atau memberikan apa yang dia inginkan. Tapi tolong beri saya pengertian itu.
GS : Tapi biasanya itu membuat wanita lebih bingung lagi menentukan apa yang sebenarnya dia inginkan ! Dan kalau tidak bisa mengungkapkan, ujung-ujungnya ya menangis.
PG : Iya. Jadi kita yang mesti sabar. Mungkin kita bisa berkata, Oke, apakah ini yang kamu inginkan ? Kalau iya, saya coba lakukan. Hanya sekali lagi, ini bagian dari hidup bersama seorang istri dan kita laki-laki juga punya masalah sendiri. Dalam hal ini saya kira perempuan juga musti konsekuen. Maksud saya kalau dia sedang dalam kondisi bingung, perasaannya kadang ke kiri kadang ke kanan dan akhirnya suaminya itu mengambil keputusan sesuai dengan perasaannya yang ke kiri, maka terimalah. Jangan nanti sudah dibuat keputusan, perasaannya yang ke kanan muncul dan berkata, Bukan itu yang aku mau. Ini yang aku mau. Ya tidak bisa. Kalau keputusan sudah dibuat, ya sudah. Kalau sudah percaya kepada suami untuk membuat keputusan, ya percayakan. Jangan terombang-ambing terus-menerus.
GS : Yang membuat dia terombang-ambing 'kan bukan hanya masalah perasaannya sendiri. Seringkali ini juga dipengaruhi oleh kondisi di sekelilingnya, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Kita mesti memahami bahwa sebetulnya semua orang mudah dipengaruhi bukan saja oleh suasana hati namun juga oleh lingkungan. Namun saya kira wanita memang lebih mudah dipengaruhi bukan saja oleh suasana hati tetapi juga oleh suasana lingkungan. Apa yang terjadi, berdampak langsung kepada dirinya seakan-akan tidak ada dinding pemisah antara dirinya dan lingkungan. Sesungguhnya ada dinding pemisah antara dirinya dan lingkungan. Namun oleh karena hati yang halus itu, dia mudah terpengaruh oleh apa yang terjadi di sekelilingnya. Itu sebab kadang dia mudah berubah pikiran. Apa yang diputuskan kemarin, hari ini diubahnya. Dan kalau tidak hati-hati, dia pun mudah diperdaya oleh penampakan. Orang tinggal menampakkan wajah memelas(ingin dikasihani) maka luluhlah hati wanita. Jadi kita harus mengerti inilah hati wanita.
GS : Jadi ini sehubungan dengan hati yang halus, bukan mengenai kelembutannya.
Kalau kelembutannya mengenai bagaimana penampilan dan sebagainya itu, Pak
Paul ?
PG : Iya. Kalau kelembutannya lebih ke soal perannya sebagai seorang pendamping suami, penolong bagi suami dan pengasuh bagi anak-anaknya. Tapi kita juga mesti memahami sifat dari hati wanita yaitu halus. Karena halus dia sensitif dan mudah bereaksi. Karena halus, juga mudah dipengaruhi oleh lingkungan sehingga kadang mudah berubah-ubah pikiran.
GS : Hal lain yang perlu kita pahami apa, Pak Paul ?
PG : Hal ketiga tentang hati wanita yang perlu kita ketahui adalah apa pun yang dipikirkan dan dirasakan, pada akhirnya yang dituju adalah memeroleh rasa aman.
Ini penting sekali, Pak Gunawan. Salah satu kebutuhan terbesar wanita adalah rasa aman. Dan sesungguhnya ini berasal dari hati yang halus yang membuatnya mudah cemas. Kita mesti terima bahwa pada umumnya wanita lebih mudah cemas, perasaannya cepat gelisah memikirkan dan mengkuatirkan sesuatu. Itu sebabnya salah satu kecenderungan wanita adalah memastikan supaya dia tidak usah cemas. Memastikan, misalnya anaknya mau pergi, dia lengkapi dengan baju tebal, takut pilek karena kena hujanlah, diberi bekal makanan. Jadi memastikan jangan sampai anaknya sakit atau lapar.
GS : Jadi sebenarnya disini suami harus menyadari bahkan ketika istrinya menanyakan, misalnya, Kamu itu betul-betul cinta padaku apa tidak ? karena dia butuh jaminan rasa aman itu.
PG : Betul. Kadang seperti itu, kita dengar pertanyaan seperti itu dari istri kita, Apakah
engkau mencintai aku ? Karena memang mencari rasa aman. Dia ingin memastikan bahwa pasangannya tetap mencintai dia.
GS : Dan itu bisa ditanyakan berulang kali, Pak Paul.
PG : Iya. Jadi saya kadang mendengar keluhan suami atau keluhan istri. Dalam hal ini yang berkata, Kalau saya tanya suami saya, 'kamu sebetulnya mencintai saya atau tidak?' suami saya menjawab ya, kamu 'kan tahu jawabannya. Saya sudah pernah berikan jawaban ini. Tapi bagi si istri, suaminya memberikan jawabannya dua bulan yang lalu, itu tidak sama dengan sekarang. Jadi yang saya perlu dengar adalah sekarang untuk memastikan bahwa kamu memang mengasihi saya.
GS : Mungkin kepastian secara verbal juga cukup menenteramkan dia, Pak Paul.
PG : Biasanya iya. Sedapat-dapatnya kita jangan hemat perkataan. Kadang kita pria susah bicara, saya mengasihi kamu. Kata-kata itu perlu di dengar oleh istri kita.
GS : Rasa aman ini secara emosional atau juga rasa aman secara fisik, Pak Paul ?
PG : Sebetulnya dua-duanya, Pak Gunawan. Tadi saya katakan tentang perlunya rasa aman itu sebabnya wanita ingin memastikan. Yang pertama ingin memastikan bahwa orang yang dikasihinya itu terlindungi dan tercukupi. Secara fisik terlindungi, secara fisik dan secara emosional tercukupi. Misalnya, kebanyakan ibu akan mengutamakan kebutuhan keluarganya di atas hal yang lainnya yang mungkin bagi kita kadang tindakan ini terlalu mendominasi sehingga membuat kita kurang nyaman, mengapa istri kita ngatur-ngatur, bertanya-tanya pergi kemana dengan siapa, mungkin kita dapat berprasangka bahwa istri kita terlalu berpusat pada keluarga dan kurang memikirkan kebutuhan orang lain. Kadang suami 'kan mau menolong orang, memberikan pinjaman, yang biasanya langsung mengeluh adalah istri. Istri melarang,Tidak boleh. Kamu tidak pikirkan keluarga. Dan suami berkata, Saya sudah pikirkan dan kita cukup. Oh tidak bisa. Nanti anak kita perlu ini, perlu itu. Kamu harus pikirkan mereka. Jadi kadang-kadang terjadi konflik karena hal seperti ini. Sebab memang hati wanita itu ingin memastikan bahwa orang yang dikasihinya terlindungi dan tercukupi.
GS : Iya. Banyak suami yang merasa hal-hal seperti itu terlalu berlebihan.
Kekuatirannya terlalu berlebihan sehingga tidak lagi rasional.
PG : Banyak laki-laki yang berpikir lebih praktis. Sudahlah, kita sudah bisa cukup. Tapi kadang-kadang karena perempuan ingin memastikan jangan sampai orang yang dikasihinya ada apa-apa, Tidak. Harus tambah lagi. Cukupkan dan pastikan lagi. Akhirnya ini menjadi sumber konflik dalam rumah tangga.
GS : Tapi 'kan tidak mungkin seseorang bisa memberikan perlindungan aman total kepada pasangannya ?
PG : Memang tidak bisa. Sedikit banyak, wanita harus menyadari realitas dan mesti percaya ada Tuhan yang memelihara kita, jadi serahkan pada Tuhan. Sedapatnya sebagai manusia kita memastikan, tapi selebihnya serahkan kepada Tuhan.
GS : Selain kebutuhan akan rasa aman ini, adakah kebutuhan yang lain, Pak ?
PG : Kebutuhan ingin memastikan bahwa orang yang dikasihinya terus bersamanya, Pak Gunawan. Ini juga hati wanita. Jadi hati yang halus, sekali tertambat akan terus tertambat. Tidak heran pada umumnya wanita sukar melepaskan orang yang dikasihinya kendati itu perlu dilakukan. Begitu mencintai, ingin terus bersamanya, diberitahu orang kalau tidak cocok, dia tidak mau dengar. Diberitahu kalau orang ini tidak begitu baik, juga tidak mendengarkan. Kenapa ? Karena sudah terlanjur tertambat jadi ingin selalu bersamanya. Ini salah satu ciri wanita yang ingin rasa aman. Bersama pria ini dia merasa aman, dia akan terus bersama pria ini.
GS : Tapi kebalikannya, Pak Paul. Kalau kelembutan hatinya ini disalahgunakan atau dikhianati, dia bisa membenci setengah mati.
PG : Betul sekali. Kalau sampai dia terluka ketika dia sudah memberikan semuanya dan dia menemukan rasa aman pada pria ini tapi kemudian dia dikhianati, lukanya dalam sekali, Pak Gunawan.
GS : Dan itu malah sulit juga buat pasangannya untuk mau berbaikan kembali.
PG : Betul. Karena sekali lagi, saat wanita mencintai, dia memberikan hatinya sepenuhnya. Dia benar-benar ingin bersatu bersama orang yang dicintainya. Saat orang itu berbalik arah, mengkhianatinya, berbuat hal-hal yang mengecewakannya, memang itu bisa sangat melukai hati wanita.
GS : Artinya dia juga mengharapkan orang lain juga memberikan hati sepenuhnya kepada dia. Padahal ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan juga.
PG : Betul. Memang ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal ini. Pria memang
mengasihi istrinya tapi memang tidak seperti wanita mengasihi suaminya. Saya akui itu. Pada waktu seorang wanita mengasihi suami dan anak-anaknya, dia benar-benar mendahulukan kepentingan suami dan anak-anaknya. Tidak apa-apa dia dinomorduakan asal suami dan anak-anaknya tercukupi. Mungkin pria tidak sebaik itu dalam mengasihi istri dan anak-anaknya.
GS : Tapi anak juga bisa berbalik tidak menyukai ibunya sehingga ibunya juga menderita sekali karena dia juga mengasihi anak ini sepenuhnya.
PG : Betul. Terhadap suami begitu, apalagi terhadap anak. Biasanya terhadap anak lebih kuat lagi. Hatinya begitu tertambat pada anak-anaknya, sudah, dia akan terus tertambat. Kadang kurang sehat. Seharusnya dia tegas, dia tidak tegas. Seharusnya dia jangan memberi lagi, dia tetap memberi kepada si anak sehingga akhirnya
tidak mendidik si anak. Tapi kita bisa mengerti inilah hati seorang wanita, seorang ibu.
GS : Kalau kita lihat di kehidupan sehari-hari, seorang wanita atau ibu lebih cenderung ke hal-hal rohani. Pelayanan ke gereja, datang ke gereja, dibandingkan dengan pria. Apakah ini sehubungan dengan kelembutannya, Pak Paul ?
PG : Saya kira iya, Pak Gunawan. Memang kita akui di gereja lebih banyak wanita daripada pria. Sebab hati yang lembut dan hati yang peka atau halus, akhirnya menjadi hati yang lebih mudah untuk menerima firman Tuhan. Sedangkan hati yang keras, tangguh, atau kita sebut ego, kadang-kadang lebih susah untuk datang kepada Tuhan. Kenapa ? Karena dia menekankan harga diri, saya harus kuat, saya tidak boleh gampang menyerahkan hidup saya kepada siapa pun, jadi lebih menghalangi pria untuk datang kepada Tuhan. Kalau wanita karena hatinya lebih lembut, dia lebih merasakan kasih setia Tuhan kepadanya, hatinya halus. Sewaktu Tuhan mengasihi dia, dia tambah mengasihi Tuhan. Tidak bisa disangkal akhirnya lebih banyak wanita yang berjalan erat dengan Tuhan dan berjalan dalam ketaatan kepada Tuhan.
GS : Tapi juga banyak wanita, yang bagi kami para pria, terlihat kurang disiplin. Mau seenaknya juga. Apakah ini ada kaitannya juga dengan hati seorang wanita.
PG : Ada, Pak Gunawan. Kadang dia terbawa emosi. Jadinya apa yang seharusnya dikerjakan tidak dia lakukan karena emosinya sedang bergerak ke arah lain sehingga dia tidak bisa berkonsentrasi. Mungkin dalam hal ini kita pria lebih bisa. Kita bisa mengesampingkan perasaan kita, masa bodoh, tugas tetap kita selesaikan. Kalau wanita suasana hatinya sedang tidak enak, itu memengaruhi segalanya, Pak Gunawan.
GS : Jadi kesimpulan dari perbincangan kita mengenai hati wanita ini apa, Pak Paul ?
PG : Hati wanita adalah hati yang mencari hati orang yang dikasihinya. Ini harus kita pahami. Berbeda dari laki-laki yang puas dengan penjelasan, wanita tidak puas dengan penjelasan sebab yang ingin diketahuinya adalah hati suaminya: apakah dia masih mengasihinya ? Apakah dia masih penting dalam hidup suaminya ? Kalau laki-laki puas dengan penjelasan, wanita tidak ! Istri tidak butuh penjelasan. Yang dia perlu adalah memang hati suaminya, dia perlu tahu itu, apakah suami masih mengasihi dia, apakah dia masih penting dalam hidup suaminya. Inilah yang dicari oleh wanita. Namun pada akhirnya terpenting akhirnya adalah kebanyakan hati wanita takut akan Tuhan. Yang kita saksikan di dalam gereja memang lebih banyak wanita dibandingkan pria. Firman Tuhan memang meneguhkan hal ini di Amsal
31:30 dikatakan Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia. Tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji. Biarlah hati wanita menjadi hati yang
takut akan Tuhan. Sebab inilah yang akan menjadikan hati wanita itu dipuji baik oleh Tuhan maupun oleh manusia.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan kita kali ini. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja
berbincang-bincang tentang Masalah Hati Wanita. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
|Bila bagian paling sensitif pada pria adalah egonya, maka bagian paling sensitif pada wanita adalah hatinya. Inilah bagian yang paling mudah terluka sekaligus paling cepat bereaksi. Itu sebabnya kita perlu memahami perihal hati wanita terutama dalam kaitannya dengan hidup berkeluarga. Yang perlu kita ketahui tentang hati wanita adalah :
(1) KELEMBUTANNYA. Apa pun sikap yang diperlihatkan di luar, pada dasarnya hati wanita adalah lembut. Tuhan menciptakan hati yang lembut supaya wanita dapat menunaikan tugas yang diembankan Tuhan kepadanya yaitu sebagai pendamping dan pengasuh.
* Sewaktu Allah menciptakan Hawa, Ia menetapkannya untuk menjadi penolong yang sepadan bagi Adam (Kejadian 2:18). Siapa pun yang berbeban untuk menolong pasti tahu bahwa syarat utama menjadi penolong adalah mempunyai hati yang lembut. Tanpa hati yang lembut, kita tidak akan tergerak untuk menolong.
* Juga, Tuhan mengaruniakan hati yang lembut kepada wanita karena kebanyakan wanita akan menjadi ibu. Siapa pun yang menjadi ibu pastilah tahu bahwa tidak mungkin menjalankan tugas sebagai ibu jika tidak memiliki hati yang lembut. Bangun tengah malam, membersihkan kotoran anak, merawat anak ketika sakit, dan sederet tugas lainnya, semua menuntut adanya hati yang lembut.
Singkat kata, kelembutan hati wanita terkait erat dengan tugasnya sebagai PENOLONG dan PENGASUH. Sebagai suami kita mesti senantiasa mengingat bahwa pada dasarnya istri kita berhati lembut. Sesungguhnya ia ingin berfungsi sebagai penolong bagi suami dan pengasuh bagi anak. Hargailah hatinya yang lembut dan dukunglah dalam tugas menjadi penolong dan pengasuh. Jangan justru mempersulitnya dengan perilaku kita yang menghambat.
(2) KEHALUSANNYA. Kehalusan hati wanita membuatnya mudah bereaksi--baik itu reaksi yang positif maupun negatif. Secara positif wanita cepat bereaksi terhadap kasih sayang dan rasa dibutuhkan. Sebaliknya secara negatif wanita cepat bereaksi terhadap penolakan dan rasa tidak dihargai. Berkaitan dengan kehalusan hati wanita, ada dua hal yang mesti kita pahami.
* WANITA TIDAK SELALU MENGERTI PERASAANNYA SENDIRI DAN TIDAK SELALU MENGELUARKAN REAKSI YANG KONSISTEN. Oleh karena kuatnya dan mudahnya ia bereaksi, kadang ia harus mengalami beberapa perasaan yang berkecamuk sekaligus. Mungkin di saat ia marah kepada kita, ia pun merasa takut kehilangan kita. Di saat ia melayani kita karena cintanya kepada kita, ia merasa disingkirkan oleh kita. Singkat kata, oleh karena emosi yang bercampur, kadang ia memberikan beberapa reaksi sekaligus, yang sudah tentu akan membingungkan kita. Jadi, pahamilah hal ini dan terimalah ketidakkonsistenan ini sebagai bagian dari dirinya.
* WANITA MUDAH DIPENGARUHI BUKAN SAJA OLEH SUASANA HATI TETAPI JUGA OLEH SUASANA LINGKUNGAN. Apa yang terjadi berdampak langsung pada dirinya seakan-akan tidak ada dinding pemisah antara dirinya dan lingkungan. Sesungguhnya ada dinding pemisah antara dirinya dan lingkungan namun oleh karena hati yang halus, ia mudah terpengaruh oleh apa yang terjadi di sekelilingnya. Itu sebabnya kadang ia mudah berubah pikiran--apa yang diputuskannya kemarin, hari ini diubahnya. Kalau tidak hati-hati, ia pun mudah dipedaya oleh penampakan. Orang tinggal menampakkan wajah memelas, maka luluhlah hati wanita.
(3) APA PUN YANG DIPIKIRKAN DAN DIRASAKAN, PADA AKHIRNYA YANG DITUJU ADALAH MEMPEROLEH RASA AMAN. Salah satu kebutuhan terbesar wanita adalah rasa aman dan sesungguhnya ini berasal dari hati yang halus yang membuatnya mudah cemas. Itu sebabnya salah satu kecenderungannya adalah memastikan. Setidaknya ada dua hal yang ingin dipastikannya:
* WANITA INGIN MEMASTIKAN BAHWA ORANG YANG DIKASIHINYA TERLINDUNGI DAN TERCUKUPI. Tidak heran pada umumnya ibu akan mengutamakan kebutuhan keluarganya di atas hal lainnya. Mungkin bagi kita, kadang tindakan ini terlalu menguasai atau mendominasi sehingga membuat kita kurang nyaman. Juga, mungkin kita dapat berprasangka bahwa istri kita terlalu berpusat pada keluarga sendiri dan kurang memikirkan kebutuhan orang lain. Sesungguhnya ia hanya ingin memastikan orang yang dikasihinya tercukupi dan terlindungi dulu.
* WANITA INGIN MEMASTIKAN BAHWA ORANG YANG DIKASIHINYA TERUS BERSAMANYA. Hati yang halus sekali tertambat akan terus tertambat. Tidak heran pada umumnya wanita sukar melepaskan orang yang dikasihinya kendati kadang itu perlu dilakukan.
Kesimpulan :
Hati wanita adalah hati yang mencari hati yang dikasihinya. Berbeda dari laki-laki yang puas dengan penjelasan, wanita tidak puas dengan penjelasan sebab yang ingin diketahuinya adalah hati suaminya--apakah ia masih mengasihinya dan apakah ia masih penting di dalam hidup suaminya. Namun pada akhirnya terpenting adalah, kebanyakan hati wanita takut akan Tuhan. Firman Tuhan meneguhkan, Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji. (Amsal 31:30)