Pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahya M.Psi, kami akan berbincang-bincang dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen paruh waktu di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Sulitnya Mengampuni Orang Lain". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Ibu Vivian, kami mengucapkan banyak terima kasih karena ibu bersama-sama dengan kami saat ini. Dan kita akan bersama-sama berbincang-bincang tentang sulitnya mengampuni orang lain. Sebagai konselor apakah ibu pernah menghadapi orang yang mengalami kesulitan mengampuni orang lain ?
VS : Terima kasih diberikan kesempatan untuk berbicara saat ini, sebagai seorang konselor saya mendapatkan banyak orang yang memang sulit mengampuni orang lain. Itu adalah pergumulan karena banak orang mempunyai pandangan yang salah tentang pengampunan.
GS : Biasanya kesulitannya dimana?
VS : Kesulitannya yaitu karena mereka memandang mengampuni itu merasa dirugikan dan orang lain yang mendapat untung.
GS : Mungkin ada salah satu kasus yang Ibu bisa ceritakan kepada kami sekalian.
VS : Kasus yang sangat saya ingat adalah orang yang dianiaya oleh suaminya sampai tidak berdaya menjadi orang yang invalid, dulunya orang yang sehat akhirnya dia invalid. Bagaimana dia bisa menampuni suami yang membuat dia tidak bisa apa-apa lagi.
Padahal dulu dia sangat menyukai olah raga, sekarang tidak bisa apa-apa dan ini membuatnya sulit untuk mengampuni.
ET : Tadi dikatakan merasa dirugikan, memang kenyataannya dia dirugikan. Secara manusia memang agak mustahil untuk mengampuni orang yang sudah membuatnya cacat.
VS : Betul, karena perbuatan suaminya dia menjadi cacat sehingga dia marah-marah luar biasa. Inilah yang saya katakan pandangan yang salah, karena ada rasa membenci dan membuat dia balas dendam Tapi bagi dia, dia mengalami banyak gejolak selama dia tidak bisa mengampuni.
Kurang lebih satu tahun saya mengkonseling dia, dia selalu marah dan akhirnya yang rugi dia sendiri karena suaminya terus mendekam di penjara. Karena keadaannya tidak akan berubah tapi yang kita masalahkan adalah menghadapi ke depan, ke depannya bagaimana? Mau marah-marah dan berakibat dia menjadi sesak nafas, tidak bisa bekerja apa-apa. Dia bisa damai kalau dia bisa mengampuni.
GS : Jadi kesulitannya itu pada pengertian yang keliru tentang pengampunan.
VS : Pengertiannya tentang pengampunan yang tidak menyeluruh bukannya keliru. Memang dapat dikatakan merugikan dan dia mempunyai pandangan sebagian tetapi tidak menyeluruh.
ET : Jadi kalau misalnya dia mengatakan bahwa dia mau mengampuni asalkan... Kadang-kadang orang mau mengampuni dengan syarat, apakah ini termasuk pengertian dari tidak menyeluruh itu tadi.
VS : Bagi dia ingin mengampuni tapi sepertinya dia tidak mungkin karena tubuhnya sudah rusak. Bagi orang lain, saya mau mengampuni kalau orang itu mau meminta maaf. Tetapi orang lain pun yang mnyalahkan kita tidak mau minta maaf.
ET : Jadi kalau kita tunggu tidak akan terjadi.
VS : Yang kita hadapi itu sekarang dan masa depan, karena masa lalu tidak bisa diubah lagi. Itulah kita sebagai orang yang hidup bukannya lagi melihat ke belakang tetapi melihat ke depan. Makana kita perlu mengampuni untuk melihat ke depan.
ET : Selain perhitungan yang tadi apakah ada contoh-contoh pandangan yang tidak menyeluruh tentang mengampuni.
VS : Bagi orang mengampuni mereka merasa dirugikan, tapi sebetulnya itu menguntungkan bagi dia karena hidupnya damai. Setelah mengampuni terasa bahwa beban yang berat itu hilang. Ada hal lain yng tidak menyeluruh, orang menganggap mengampuni adalah orang yang menyusahkan dia ini tidak bertanggungjawab lagi.
Maksudnya dia dibebaskan dari tanggungjawab padahal pengampunan bukan berarti membebaskan tanggungjawab orang itu. Contohnya Paus Yohanes Paulus waktu ia mengunjungi orang yang dahulu mencoba membunuhnya, di penjara dan mengatakan "Saya mengampuni kamu". Tetapi dia tidak menyuruh orang itu keluar dari penjara karena orang itu harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Jadi pengampunan tidak berarti orang itu disingkirkan dari tanggungjawabnya. Kalau orang tidak mengerti tentang hal ini berarti jika ia mengampuni maka orang itu bisa lepas dari tanggungjawab tetapi arti pengampunan bukan itu.
GS : Selain itu apakah ada faktor-faktor lain yang membuat seseorang itu sulit untuk mengampuni orang lain.
VS : Faktor lain mengenai orang sulit mengampuni yaitu mungkin bisa dilihat dari masa kecilnya sulit belajar tentang memaafkan orang. Mungkin dari kecil kita bisa mengajarkan anak kalau bersala kita harus minta maaf , ada juga anak yang mulai kecil pun sulit untuk mengampuni.
Ada juga orang yang karena perkembangannya mulai dari kecil perkembangan kejiwaannya belum menyeluruh, belum berkembang dengan baik sehingga dia belum bisa mempercayai orang. Jadi kepercayaan terhadap orang itu sulit, dan orang-orang seperti itu sulit untuk mengampuni orang lain.
GS : Ada orang yang mengatakan saya sudah mengampuni dia, tetapi saya tidak bisa melupakan dia.
VS : Itu adalah salah satu pandangan yang salah. Orang menganggap mengampuni itu adalah melupakan, padahal itu salah. Orang mengampuni itu harus mengingat kembali apa yang terjadi, yang menyusakan itu diingat lalu dihadapi dan diampuni.
Hal yang terjadi itu tidak akan dilupakan, tetapi bukan menjadi beban lagi, bukan menjadi sesuatu yang menggores kehidupannya lagi tetapi sudah sembuh. Seperti kalau kita terluka di tubuh kita, tetap luka itu akan kita ingat tetapi sekarang sudah tidak perih lagi dan pengampunan menyembuhkan itu.
GS : Kesulitannya itu mengingat-ingat itu lagi dan dia merasa itu sudah masa lalu dan kalau diminta mengingat-ingat lagi, dia jadi sakit lagi.
VS : Itu karena hati yang terluka itu belum disembuhkan. Kalau hati itu disembuhkan, mengingat kembali tidak menyedihkan tetapi mengingat kembali adalah sesuatu yang menang.
ET : Hati yang disembuhkan ini dengan cara pengampunan.
VS : Kunci untuk menyembuhkan hati yang terluka, salah satunya adalah pengampunan.
ET : Kadang-kadang ada orang yang mengatakan "Saya sudah mengampuni", tapi kenyataannya kalau dilukainya berdampak begitu parah dan suatu saat marah lagi. Bagaimana dengan hal ini, apakah kamu belum mengampuni atau pengampunannya belum selesai?
VS : Pengampunan itu dimulai dengan keputusan, kemauan "Aku mau mengampuni orang itu", karena dilihat ini memang yang terbaik untuk saya dan saya mau mengampuni orang itu. Keputusan utuk mengampuni itu adalah langkah pertama.
Pengampunan ada dua, yaitu keputusan mengampuni dan mengampuni secara emosional. Keputusan mengampuni ini diambil setelah orang bergumul memang sungguh-sungguh saya mau mengampuni supaya hidupku lebih nyaman. Untuk emosional ini membutuhkan waktu. Keputusan ini sangat sulit dan emosional ini lebih sulit lagi. Bagi orang-orang tertentu mungkin membutuhkan berbulan-bulan untuk selesai dengan pengampunan secara emosional. Ada orang-orang tertentu sampai bertahun-tahun, bahkan ada juga yang mungkin sampai seumur hidup.
ET : Kadang-kadang belum pulih sudah dilukai lagi.
VS : Salah satu langkah yang harus kita ambil supaya kita tidak dilukai lagi ialah kita harus belajar memberi, itu namanya "boundary" yaitu suatu batasan. Bagaimana kita bisa membatas supaya tidak dilukai lagi.
ET : Misalnya seperti tadi ibu contohkan pasangan suami istri yang istrinya dilukai oleh suaminya dan tadi dikatakan suaminya di penjara. Tapi kadang-kadang ada pasangan suami istri yang penuh engan kekerasan seperti itu tetapi tetap satu rumah.
Istri mau berusaha mengampuni tetapi setiap kali mau mengampuni suaminya memukuli lagi, jadi lukanya masih berkelanjutan terus.
VS : Kasus yang seperti itu lain, jadi pengampunan yang ingin dilakukannya sulit karena yang satu pihak terus melukai. Pengampunan seperti itu harus disertai dengan tindakan yang lain, mungkin engan konseling sehingga suaminya mau berubah juga.
GS : Ada orang yang sejak kecil sudah diberitahu oleh orangtuanya jangan mau mengalah, dan memang keluarganya mendukung atau kelompoknya itu mendukung "Jangan mau mengalah, kamu dibodoh-bodohi kalau mengalah itu". Orang mengidentikan bahwa mengampuni orang lain dengan mengalah dia tidak mau ramai-ramai, tidak mau bertengkar, tidak mau konflik dan akhirnya dia mengalah terus, tapi dia mengatakan dia mengampuni, ini bagaimana?
VS : Ini adalah pandangan tentang pengampunan itu mengalah tetapi sebetulnya pengampunan itu adalah suatu kemenangan. Maksudnya orang mau mengampuni itu pergumulan yang luar biasa dan akhirnya ia bisa mengampuni itu suatu kemenangan.
Orang membenci orang lain itu merasa dirinya kuat, saya bisa terus seumur hidupku aku membenci dia tetapi itu membawa dampak yang luar biasa yang menyakitkan untuk dirinya. Dia tidak bisa nyaman, setiap kali bertemu orang itu benci, kelihatan sesuatu itu memuakkan, hidupnya tidak senang dan akhirnya dia bisa mengampuni itu suatu kemenangan, karena saat itu sungguh-sungguh hatinya lega dan hidupnya senang.
GS : Ibu tadi menyinggung tentang pengampunan secara emosional dan itu bagaimana konkretnya ?
VS : Secara emosional misalnya hari ini saya mengampuni berarti secara emosi aku tidak membenci dia lagi, tidak lagi marah kepada dia, tidak lagi ingin membalas dendam. Jadi secara emosi saya mu mengasihi dengan kasih Tuhan.
GS : Berarti ada tahapan-tahapan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengampuni orang lain dengan betul.
VS : Ya, tahapan-tahapannya ialah pertama-tama ia harus tahu bahwa hal yang mengganggu dia ini memang suatu masalah dan ini perlu saya bereskan. Tahap yang kedua sebagai masalahnya ialah dia haus tahu bahwa apa yang mengganggu di dalam hatinya.
Jadi perasaan-perasaan hatinya karena biasanya orang yang sakit hati itu banyak kemarahan, kesedihan karena selalu disakiti orang juga banyak ketakutan biasanya orang yang berbuat jahat itu menakutkan, mungkin juga merasa malu karena telah direndahkan. Dia bisa mengidentifikasikan semua perasaannya lalu dia bisa mengeluarkan semuanya. Dikeluarkan mungkin melalui konselor semua kemarahannya, semua kebenciannya dikeluarkan seperti kita mengeluarkan racun dalam tubuh kita. Mungkin melalui tulisan, doa setelah dikeluarkan melalui itu baru kita bisa mengampuni. Kalau selama ada hal-hal itu seperti racun, kita tidak bisa mengampuni tetapi itu langkah-langkahnya. Setelah dikeluarkan baru kita bisa membuat satu batasan aku tidak mau lagi diperlakukan seperti ini, lalu saya bisa mengampuni dengan kasih Tuhan Yesus.
GS : Apakah orang yang mau mengampuni orang lain itu harus memberitahukan kepada orang yang menyakitinya bahwa dia sudah mengampuni.
VS : Tidak perlu, karena seringkali orang yang kita ampuni itu masih belum berubah atau orang yang kita ampuni itu mungkin sudah meninggal atau orang yang kita ampuni sudah jauh dari kita sehinga kita tidak bisa lagi menghubunginya.
Walaupun masih mengganjal di hati kita, kita tidak perlu memberitahu, yang penting kita sudah mengampuni dia, jadi satu pihak.
GS : Itu seringkali dikatakan dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan ampuni kesalahan kami seperti kami ini mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan orang seringkali bilang kalau saya sudah sampai doa itu saya tidak berani bicara karena saya belum bisa mengampuni orang itu. Bagaimana tentang hal ini?
VS : Perjalanan pengampunan itu perlu dilalui dan dihadapi. Selama dia mengetahui hal ini masih mengganjal di hatinya maka sebaiknya dia menghadapinya. Mungkin butuh bantuan seorang konselor atu teman yang bisa membantu dia.
ET : Saya tertarik dengan tadi yang ibu Vivian katakan, mengampuni seseorang yang mungkin sudah meninggal. Dan yang pernah saya temui, kadang-kadang kalau kita harus mengeluarkan kemarahan kepaa orang yang sudah meninggal sepertinya ini adalah hal yang tabu.
Orangnya sudah meninggal kenapa saya keluarkan lagi semua kemarahan, kebencian dan sebagainya. Jadi tahapan ini harus dilompati, apakah memungkinkan jika tahapan ini dilompati ?
VS : Kalau dilompati itu berarti, tubuh kita ini masih ada racun, masih ada nanah dari luka kita dan tidak dikeluarkan tapi langsung ditutup berarti tidak sembuh total. Meskipun orang itu sudahmeninggal, kita harus tetap mengeluarkannya supaya racun didalam hati kita itu dikeluarkan.
Mengeluarkan maksudnya untuk menyembuhkan.
ET : Dan kesulitannya adalah mengampuni orang yang kita benci tetapi masih ada sisi sayangnya. Seperti mengampuni orangtua yang memang punya kesalahan, mungkin yang membekas kepada anaknya tetai di sisi lain secara logika dia mengatakan "Tapi saya tahu orangtua masih mengasihi saya", bisa dikatakan peperangan rasa bersalah dan kadang-kadang hal ini mempersulit.
VS : Kita sebagai anak harus menghormati orangtua. Jadi sulit bagi kita untuk menyalahkan orangtua, tapi ini adalah suatu kenyataan bahwa hati kita memang terluka, sakit hati. Kita perlu menyatkan kemarahan, tapi tidak langsung kepada orangtua mungkin kepada konselor.
Bisa melalui cerita, menulis surat kepada konselor tetapi tidak kepada orangtua.
GS : Berarti kalau kita mengampuni orang lain sebenarnya ada banyak hal yang menguntungkan diri kita.
VS : Betul. Banyak sekali manfaatnya, melalui hasil riset selama 10 tahun terakhir riset yang dilakukan secara besar-besaran oleh John Templeton Foundation di Amerika menyatakan pengampunan itubanyak untungnya.
Untungnya adalah orang lebih sehat, jantungnya lebih sehat, tekanan darahnya lebih rendah, hidupnya lebih bahagia, hubungan suami istri lebih baik, hubungan dengan anak-anak lebih baik, hubungan dengan Tuhan lebih baik, bahkan penjual di toko-toko itu banyak untungnya karena dia menjadi orang yang lebih ramah. Banyak sekali manfaatnya sehingga dia sendiri menjadi orang yang bahagia karena bebannya hilang.
GS : Kita mengetahui begitu banyak keuntungan yang bisa diperoleh dari pengampunan. Tetapi masalah tersulit bagi kita ialah melalui proses, untuk bisa mengampuni orang yang sudah menyakiti hati kita.
VS : Betul, tapi ini adalah proses untuk menyembuhkan bukan proses untuk tetap sakit. Kalau kita melihat proses penyembuhan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan, jadi lebih baik dilalui saja Dari pada kalau tidak mau mengampuni nantinya perjalanan hidup kita menjadi susah.
Tapi proses mengampuni butuh waktu beberapa minggu atau beberapa bulan dan kita harus terus bergumul dengan pengampunan. Dan pada akhirnya kita memperoleh kemenangan dan kelepasan .
GS : Seringkali kita lebih sulit untuk mengampuni orang-orang yang dekat dengan kita dibandingkan dengan orang yang agak jauh dengan kita. Sebenarnya kalau lebih dekat maka komunikasi itu lebih mudah tetapi menjadi lebih sulit, dan ini bagaimana?
VS : Karena kita mengharapkan orang yang lebih dekat dengan kita adalah orang yang lebih mengasihi kita. Tapi mengapa justru orang yang mengasihi kita itu menyakitkan kita. Karena kalau kita diakiti hal yang sama dari orang yang kurang dekat, maka kita lebih cepat mengampuni.
Tetapi kita selalu mengharapkan yang lebih dekat seharusnya melindungi saya, seharusnya mengasihi saya dan itulah kesulitannya.
GS : Kalau kita mengampuni seseorang misalnya orangtua atau
kandung, apakah kita harus menjalin hubungan seperti dulu ketika kita belum disakiti atau bagaimana ?
VS : Pengampunan itu tidak sama dengan rekonsiliasi. Rekonsiliasi artinya berhubungan baik kembali dan menjalin hubungan baik itu. Ini tergantung dari masalahnya, contohnya orangtua menyakiti aak dengan berbagai macam kekerasan.
Ada seorang bapak menganiaya, melakukan kekerasan secara seksual kepada anaknya. Bagi dia pengampunan yang diberikan dengan cara mengampuni tetapi dia harus menjaga jarak dengan bapaknya untuk melindungi dirinya sendiri. Jadi bukan dengan rekonsiliasi, tetapi dengan tetap menjaga jarak untuk keamanannya sendiri.
GS : Tapi ada orang yang berkata "Katanya kamu sudah mengampuni tetapi mengapa kamu tidak mau berteman lagi, tidak mau bekerjasama lagi" dan itu membuat dia menjadi bingung.
VS : Itulah sebabnya kalau memungkinkan pengampunan satu arah, saya mengampuni meskipun orang itu tidak mengampuni apapun yang terjadi saya tetap mengampuni pihak yang menyakiti saya. Tapi rekosiliasi ada dua arah, jadi jika kita mau berbuat mengasihi tapi kalau orang itu tidak bisa berbuat hal yang sama maka tidak bisa terjadi.
GS : Berarti mengampuni tidak harus menunggu orang itu datang kepada kita untuk minta ampun atau menyesali kesalahannya.
VS : Tidak perlu, karena mungkin tidak akan terjadi orang itu datang dan meminta maaf. Seringkali orang yang menyakiti kita tidak minta maaf, tapi demi saya sendiri saya mau mengampuni supaya hdup saya bahagia, supaya hidup saya bebas dan bukan demi orang itu.
GS : Apakah orang yang sudah mengampuni suatu saat bisa teringat lalu hatinya menjadi sakit lagi.
VS : Bisa, karena pengaruh emosinya. Pengampunan secara emosi itu membutuhkan perjalanan atau suatu proses. Tetapi kalau dia sudah mengambil keputusan dan pada suatu hari kelak dia sakit hati lgi, maka dia akan ingat kalau saya sudah mengampuni.
Ini membutuhkan proses.
GS : Ada orang yang sengaja membuat catatan yang mengatakan bahwa pada tanggal ini saya sudah mengampuni si A atau si B, apakah itu dapat menolong?
VS : Hal itu menolong, jadi kalau dia ragu-ragu maka dia bisa melihat catatannya bahwa dia sudah mengampuni. Berarti ini hanya emosi saya dan membutuhkan waktu. Orang yang lebih dilukai maka di lebih lama untuk sembuh dari emosinya.
GS : Biasanya keluhannya adalah "Setiap kali saya lihat dia, di gereja atau di tempat lain maka timbul lagi perasaan itu".
VS : Itulah perlunya kita belajar dari Tuhan Yesus yang mengajarkan kita bagaimana kita bisa mendoakan musuh kita. Kita sulit mengampuni orang yang menyakiti kita tapi kalau dengan kasih Yesus ita belajar berempat,i mencoba berdoa untuk orang itu juga.
Maka Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kalau kita bertemu orang itu kita tidak lagi membenci.
GS : Sehubungan dengan pembicaraan ini, apakah ada ayat firman Tuhan yang ibu Vivian ingin bacakan atau ibu ingin bagikan kepada kita semua ?
VS : Ini ada satu ayat Alkitab dari Efesus 4:32 demikian firman Tuhan "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah didalam Kristus telah mengampuni kamu".
GS : Itu suatu himbauan, atau suatu perintah atau bagaimana?
VS : Ini adalah pengampunan, sesuatu hal yang Tuhan Yesus sudah ajarkan, Rasul Paulus ajarkan. Tadi di dalam doa Bapa Kami diajarkan juga harus saling mengampuni, itu adalah suatu perintah dar Tuhan.
Kalau kita mau mengampuni orang lain, maka Tuhan Allah juga akan mengampuni kita.
GS : Bahkan di atas kayu salib sendiri Tuhan Yesus masih mengatakan "Bapa ampuni mereka yang tidak tahu apa yang mereka perbuat".
GS : Jadi tanggung jawab kita adalah memberikan teladan kepada generasi setelah kita anak-anak kita, cucu-cucu kita tentang bagaimana memberikan pengampunan secara benar. Terima kasih banyak Ibu Vivian dan Ibu Ester untuk kesempatan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Sulitnya Mengampuni Orang Lain". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id, kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.