Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kali ini bersama Bp. Heman Elia, M. Psi., beliau adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang; kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat, dan perbincangan kami kali ini kami beri judul 'Mengajar Anak Berdoa". Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Heman, kita tahu bahwa berdoa atau mendidik anak untuk bisa berdoa dengan baik itu penting sekali, karena kita sendiri juga sudah merasakan manfaatnya. Tetapi masalahnya kapan mau dimulai atau bagaimana caranya kita memulai itu yang kadang-kadang banyak orang tua agak kesulitan. Sebenarnya bagaimana mengajar anak untuk bisa berdoa sendiri?
HE : Ya tentu perlu tahapan-tahapan Pak Gunawan, karena anak itu perlu dibiasakan dari kecil untuk berdoa, misalnya kalau menunggu dia remaja baru kita mengajarkan mereka berdoa mungkin akanada rasa malu, rasa segan bagi anak-anak ini.
Karena itu perlu mulai mengajar mereka berdoa sejak dini, sejak kecil.
GS : Nah masalahnya ini Pak Heman, doa itu 'kan seolah-olah kita sedang berbicara pada seseorang, nah kesulitannya adalah bagaimana mengajarkan kepada anak ini untuk berbicara pada sesuatu yang dia sendiri tidak lihat.
HE : Pertama-tama yang perlu kita perhatikan adalah contoh dari orang tua lebih dulu, meskipun anak-anak ini tidak mengerti berdoa, berkata-kata kepada sesuatu pribadi yang tidak kelihatan lngsung, tetapi sikap berdoa mungkin itu yang perlu kita ajarkan dan kita contohkan terlebih dulu.
Bukan yang terutama orang tua menjelaskan dulu kepada siapa kita berdoa dan sebagainya, karena itu tidak relevan dan tidak akan dimengerti oleh anak, justru akan menimbulkan berbagai pertanyaan yang kurang perlu. Jadi pertama-tama adalah kita mengajarkan kebiasaan berdoa lebih dulu.
GS : Mereka sering melihat kita berdoa, ikut memejamkan mata dan sebagainya, tetapi pada gilirannya kita meminta anak kita itu untuk berdoa begitu. Nah sebaiknya pada kesempatan apa itu Pak Heman, pada waktu acara makan bersama atau waktu mau tidur atau apa, Pak Heman?
HE : Ya itu yang paling dasar saya kira waktu makan, waktu tidur dan sebagainya. Sebetulnya masalah berdoa ini kita bisa mengajarkan sejak anak itu masih bayi, saat dia belum mengerti apa-apa. Misalnya waktu kita menggendong anak-anak ini, kita mengajak mereka bercakap-cakap, kadang-kadang di dalam percakapan ini kita tanya sendiri, kita jawab sendiri dan di antara itu kita selipkan doa-doa kita. Dengan demikian anak-anak ini meskipun belum mengerti, tapi mereka menghayati suasana doa dan kemudian ketika anak ini semakin besar, ketika mereka sudah bisa diajak berkomunikasi meskipun mereka belum bisa berbahasa atau berbicara dengan bahasa yang kita gunakan, mereka kita ajak untuk misalnya melipat tangan, menutup mata dalam sikap berdoa dan kita sendiri yang berkata-kata.
GS : Di situ peran ibu sangat besar Pak, karena anak lebih banyak waktunya dengan ibu. Nah, bagaimana peran ayah di sana?
HE : Ayah juga penting sebetulnya, kelihatannya memang ayah tidak sering, mungkin tidak sering merawat si bayi seperti ibunya, tetapi ayah ini juga perlu mendoakan anaknya. Terutama waktu maam anak mau tidur, nah ayah bisa mengajak anaknya itu untuk berdoa.
GS : Tentu anak ini dengan pola pikir yang sederhana, dengan kalimat-kalimat yang sederhana mungkin Pak Heman bisa memberikan contoh, Pak Heman?
HE : Pada waktu anak-anak masih sangat muda dan mulai bisa berkata-kata, kita bisa mengajarkan misalnya terima kasih Tuhan atau terima kasih Bapa, amin! Hanya itu saja kata-kata yang pendek-endek, waktu makan misalnya Tuhan berkati makanan ini, amin! Hanya kata-kata yang pendek-pendek dulu.
Ketika anak semakin besar dan dia semakin banyak perbendaharaan katanya kita boleh tambahkan lebih panjang dan lebih panjang.
GS : Ya itu biasanya bertambah sendiri sesuai dengan perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak itu, tetapi apakah itu bisa mendorong atau memotivasi si anak ini supaya tanpa pengawasan kita pun dia secara keinginannya sendiri itu berdoa, Pak?
HE : Itu baru pada anak-anak yang sudah lebih besar. Yang penting di sini adalah kita menanamkan sikap berdoa dulu waktu kecil dan ada baiknya ketika anak-anak mulai bisa berkomunikasi, anakanak sudah bisa mulai berkata-kata, anak diajak untuk menghafal doa.
Mulanya memang begitu perkembangannya, jadi anak-anak ini belajar menghafal, lalu kita juga ajak anak-anak ini untuk mendoakan misalnya mendoakan temannya, mendoakan kakaknya atau adiknya, mendoakan ayah ibunya. Dan menurut pengalaman saya anak waktu usia misalnya 3 tahun pun dia sudah bisa mendoakan orang lain dengan baik, meskipun kadang-kadang masih pelo-pelo.
GS : Biasanya sekalipun dia sudah terbiasa di rumahnya sendiri memimpin atau berdoa, kadang-kadang kalau ada temannya atau saudaranya yang menginap di rumah, kemudian menjadi enggan, malu atau bagaimana itu Pak?
HE : Ya kita mesti bertahap, mungkin kita berikan contoh lebih dulu, kita katakan bahwa setiap orang di sini memimpin doa secara bergiliran. Jadi ayahnya berdoa lebih dulu dengan kata-kata yng pendek, singkat, supaya anaknya tidak minder, kemudian ibunya juga berdoa dan kemudian giliran anak dan kemudian tamunya.
Jadi mudah-mudahan dengan cara ini anak lebih tertolong dari rasa malunya, kalau misalnya itu tidak jalan orang tua dapat memimpin doa, "OK, mungkin kamu masih malu ya" misalnya begitu, kita berdoa sama-sama jadi ayah atau ibu yang memimpin doa kemudian diikuti oleh anak-anak.
GS : Anak-anak mempunyai daya ingat yang cukup kuat, Tuhan Yesus 'kan mengajarkan sebuah doa yang cukup panjang mungkin bagi anak yaitu doa Bapa Kami. Sering kali kita melihat di Sekolah Kristen khususnya juga atau sekolah Katolik dan sebagainya, anak diajar menghafalkan sebuah doa, itu bagaimana Pak?
HE : Saya kira itu baik-baik saja dan memang itu perlu dilakukan. Doa Bapa Kami misalnya itu memberitahukan bagaimana seharusnya kita berdoa. Paling sedikit di sana banyak prinsip-prinsip yag kita bisa pegang dengan demikian kita juga akan lebih mudah mengajarkan anak-anak ini bagaimana seharusnya berdoa dan apa saja yang perlu ada dalam suatu doa.
Juga memberi arah pada anak ini, bagaimana berdoa secara bebas.
GS : Ya tapi seringkali justru itu Pak, karena dia sudah hafal lalu diucapkan seperti otomatis gitu Pak? Nah itu apa tidak membawa suatu dampak yang negatif buat anak itu sendiri?
HE : Saya kira kita selain mengajarkan Doa Bapa Kami, kita harus membiasakan anak juga untuk berdoa sesuatu secara bebas. Jadi kita berusaha melatih mereka untuk berdoa mengucapkan apa saja epada Tuhan.
Kita katakan kepada mereka bahwa Tuhan itu adalah selain Dia itu Raja di atas segala raja yang kita harus betul-betul hormati, kita harus hidup kudus dihadapanNya sebelum kita berdoa, tetapi dia juga sayang kepada anak-anak. Dia juga dekat kepada anak-anak dan Dia juga mengasihi kita semua, Dia adalah seorang Bapak yang penuh kasih. Nah kita sebagai anak Tuhan boleh meminta apa saja dan boleh berkata-kata apa saja sama seperti anak-anak ini berkata-kata kepada ayah ibunya sendiri. Dan kemudian kita juga perlu tegaskan kepada anak-anak bahwa Yesus itu sangat menghargai anak-anak, sehingga Dia pernah mengatakan bahwa yang di kerajaan sorga ini ya seperti anak-anak ini. Dengan demikian anak-anak yang polos, yang selalu berdoa dengan kejujuran hatinya ini merasa dikuatkan dan mereka akan lebih berani untuk mengucapkan doa, meskipun dengan kesalahan-kesalahan kita harus maklumi itu.
GS : Masalah kesalahan itu pernah terjadi Pak, seorang anak itu memimpin dalam doa makan, tetapi ada juga saudara-saudaranya di situ, dia bukan anak tunggal. Nah di tengah-tengah doanya mungkin dia kehabisan kata-kata atau apa lalu terdiam jadi dia tidak bisa melanjutkan doanya, nah kakak-kakaknya ini yang mentertawakan. Oorang tua memang sudah tidak menghiraukan itu dan orang tuanya juga bersikap cukup positif, tapi sebenarnya apa yang harus dilakukan oleh orang tua seandainya hal itu terjadi Pak?
HE : Begitu anak ini terdiam, kemudian ditunggu sementara waktu misalnya (ini di luar bahwa anak ini sudah ditertawakan oleh saudaranya) katakan dia belum ditertawakan, orang tua boleh membatu dengan melanjutkannya kemudian langsung diakhiri.
Kalau misalnya dia sudah ditertawakan, orang tua wajib untuk mendidik, mengatakan kepada anak-anak yang lain, jangan ditertawakan karena kita semua tidak ada yang berdoa dengan sempurna dan Alkitab mengatakan Roh Kudus sering kali membantu kita berdoa dalam kata-kata yang kita sendiri tidak bisa ucapkan. Nah kita katakan bahwa kita harus betul-betul hormat di hadapan Tuhan dan bahwa Tuhan menghargai apapun doa kita, meskipun itu dengan ada kesalahan-kesalahan seperti itu.
GS : Ya memang yang dikhawatirkan adalah anak yang ditertawakan itu lain kali tidak mau lagi memimpin doa, agak trauma.
HE : Ya kita harus memuji anak ini bahwa bagaimanapun juga kamu sudah berusaha dengan baik, dan Tuhan menghargai doa kamu, Tuhan mendengar doa kamu, tidak sempurna tidak apa-apa. Ya memang iulah kamu belajar di sekolah dan sebagainya itu 'kan juga harus tahap demi tahap begitu.
GS : Sebenarnya bagi si anak, pengaruh positif atau dampak positif apa itu Pak yang membuat dia dipersiapkan untuk masa depannya?
HE : Ya dengan doa, anak ini akan selalu merasa dia harus hidup di hadapan Tuhan dan dia tidak bisa lari dari hadirat Tuhan. Dan ketika dia dewasa ada kemungkinan dia akan mengingat masa-mas indah ini di mana dia berdoa bersama keluarganya, dia diajarkan untuk berdoa dan dia pasti akan mengingat hal-hal ini.
Kita tidak selalu bisa mengawasi anak-anak kita, tetapi kalau anak-anak kita terbiasa hidup di dalam doa dia akan hidup di hadapan Tuhan dan Tuhan sendiri yang akan mengawasi dia pada saat kita tidak bisa mengawasi kehidupan mereka.
GS : Apakah hal-hal yang dilakukan di masa kecil ini punya suatu kenangan atau pengaruh untuk masa depannya, Pak ?
HE : Ya, pasti ada kenangan-kenangan yang indah ketika anak ini berdoa, meskipun misalnya suatu ketika mereka meragukan apakah doa saya didengar, mungkin juga kadang-kadang anak ini ketika tmbuh remaja mereka berpikir apakah Tuhan sungguh-sungguh ada dan sebagainya.
Tetapi kenangan-kenangan ini akan mengingatkan mereka, ada doa-doa yang pernah dijawab, ada doa yang membuat kita semua merasa terharu dan itu yang diharapkan akan menjadikan anak-anak kita itu selalu ingat untuk hidup di dalam doa.
GS : Dalam hal berdoa seperti ini Pak, anak itu meminta sesuatu kepingin mainan atau kepingin dibelikan apa, ingin mendapatkan sesuatu. Nah orang tuanya berkata ya kamu berdoa pada Tuhan, nah kalau seandainya ternyata apa yang diinginkan oleh si anak ini tidak terkabul atau tidak terwujud bagaimana seharusnya sikap orang tua Pak?
HE : Kita katakan kepada anak demikian, kita tidak boleh menjanjikan pada anak bahwa apa yang didoakan itu pasti akan terkabul. Nah kita harus belajar, kita semua harus belajar pada doa Tuha Yesus di Taman Getsemani, di mana Dia berdoa agar Dia tidak usah minum cawan pahit itu, tetapi biar kehendak Tuhan yang terjadi.
Jadi anak-anak sering kali mengajukan keinginan kekanak-kanakannya akan suatu mainan, nah kita katakan bahwa kalau misalnya sesuatu itu entah berbahaya, entah tidak berguna atau kadang-kadang Tuhan memikirkan sesuatu yang lebih dari itu, maka ada kemungkinan permintaan itu tidak dipenuhi. Dan dalam situasi-situasi demikian kita bisa mengajar kepada anak-anak untuk lebih berpikir secara dewasa, untuk menahan diri, dan berdoa tidak hanya sekadar memuaskan hawa nafsu seperti yang dikatakan oleh Alkitab.
GS : Nah, sebaliknya kalau apa yang didoakan itu terkabul atau terwujud di dalam hidupnya. Bagaimana kita mengajarkan kepada anak bahwa doanya itu sudah dijawab oleh Tuhan?
HE : Kalau misalkan doa anak ini sudah terkabul, kita bisa katakan bahwa kita harus mengucap syukur. Karena sering kali kita mengajar anak untuk berdoa waktu dia sakit dan kita sering kali lpa ketika anak itu sudah sembuh kita minta anak untuk mengucap syukur.
Nah, di sini kita mengingatkan bahwa ketika anak sembuh, nah ini Tuhan sudah menjawab doa, meskipun itu misalnya lewat dokter dan sebagainya, tetapi yang jelas bahwa Tuhan memberikan kekuatan untuk sembuh, karena banyak orang juga tidak bisa sembuh. Dan kemudian kita mengajak dia berdoa dan mengucap syukur dengan demikian anak ini tahu bahwa doanya sudah dikabulkan.
GS : Jadi peranan orang tua di sini sebenarnya besar sekali Pak. Di dalam memberikan contoh nyata buat anak-anak, kita itu kadang-kadang juga kepingin waktu berdoa itu tidak dilihat orang termasuk anak-anak kita sendiri. Jadi kita lebih suka menyendiri, itu bagaimana Pak?
HE : Saya kira di dalam kehidupan kita adakalanya anak-anak perlu melihat orang tuanya berdoa dan berdoa ini 'kan tidak sekadar waktu makan, waktu mau tidur tetapi anak-anak perlu melihat keidupan doa dari kehidupan nyata orang tuanya.
Saya ingat tentang ayah saya, setiap pagi sebelum saya bangun, beliau sudah bangun dan berlutut berdoa, ayah saya sudah meninggal tetapi kehidupan doanya ini sangat berkesan di dalam kehidupan saya dan saya tahu ketika ayah saya berlutut di situ dia mendoakan setiap anaknya termasuk saya, dan mendoakan masa depan saya dan sebagainya. Ada satu hal juga yang saya berkesan sekali dari kehidupan ibu saya, ibu saya mengatakan sejak di dalam kandungan ketika ibu saya tahu bahwa dia hamil, maka dia sudah mendoakan saya. Jadi seumur hidup menyerahkan diri saya dan itu sangat mengharukan saya.
GS : Jadi keteladanan yang nyata yang perlu diperagakan, diperagakan di depan anak supaya mereka melihat dan bisa mencontoh begitu Pak. Nah apakah ada hal-hal penting lain yang perlu disampaikan dalam hal ini?
HE : Saya kira ada, sikap doa kita yang perlu kita ajarkan pada anak-anak. Sering kali anak-anak ini karena mereka masih suka bermain, sehingga mereka tidak bersikap hormat. Nah kita harus aarkan kepada mereka bahwa sikap hormat waktu berdoa itu sangat penting dan kemudian juga kita harus ajarkan tentang kerendahan hati dan kekudusan, waktu kita berdoa di hadapan Tuhan.
Kita ingat saja waktu Yesus memberi perumpamaan tentang membandingkan kehidupan doa orang Farisi dengan pemungut cukai, nah di situ mengajarkan tentang kerendahan hati seorang pemungut cukai yang doanya diterima oleh Tuhan. Demikian juga tentang kekudusan, ketika ada dosa di dalam diri kita, kita tidak bisa berdoa dengan baik di hadapan Tuhan. Ini saya kira penting kita ajarkan kepada anak ketika kita ingin supaya mereka berdoa.
GS : Apakah ada ayat Alkitab yang tepat Pak yang bisa mendasari atau menjadikan suatu kesimpulan dari pembicaraan kita saat ini?
HE : Saya akan bacakan dari 1 Samuel 1:27-28, "Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari padaNya. Maka akupun menyerahkanya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan, lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada Tuhan."
Ayat ini mengisahkan tentang Hana yang mendapat anak yaitu Samuel dan dia mengucap syukur kepada Tuhan dan saya kira sikap ini penting bagi orang tua yaitu bagaimana orang tua ini menyerahkan anak-anaknya ini kepada Tuhan. Di dalam doanya orang tua mengatakan demikian, seumur hidup terserah anak saya mau dipakai Tuhan seperti apa, nah saya kira ini penting sekali. Dan ada hal lain juga yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak mengenai doa yaitu di dalam doa kita tidak hanya semata-mata meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi juga misalnya bersyukur, mungkin juga memuji-muji kebesaran Tuhan atau hanya sekadar berdiam diri, merenungkan kebesaran Tuhan dan berdiam di hadapanNya. Saya kira kehidupan ini yang kita perlu ajarkan kepada anak-anak kita.
GS : Saya percaya bahwa pembicaraan kita ini penting sekali khususnya pada generasi yang sekarang ini di mana banyak kesibukan orang tua, tetapi juga tidak bisa memberikan suatu teladan yang nyata kepada anak-anak mereka untuk berdoa dan sebagainya. Kehidupan doa ini kita tahu sesuatu yang penting sekali dan saya percaya bahwa para pendengar kita dan kita sekalian juga akan memulai bagaimanapun sulitnya, bagaimanapun beratnya, tetapi itulah panggilan yang Tuhan berikan kepada kita. Saya melihat doa itu sebagai suatu hak istimewa kita yang sebenarnya Tuhan berikan untuk setiap anak-anakNya. Jadi terima kasih sekali, Pak Heman untuk perbincangan kita pada saat ini. Saudara-saudara pendengar, kami baru saja berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, M. Psi. di dalam sebuah judul yaitu mengajar anak berdoa. Kami percaya Anda telah mengikuti perbincangan kami dalam acara TELAGA ini dengan seksama. Namun kalau Anda masih berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, Anda dapat mengalamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.