Bagaimana Merawat Orang Sakit

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T035A
Nara Sumber: 
Dr. Yanti & Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 

Kasih adalah suatu hal yang utama dan sangat penting yang harus dimiliki bagi setiap orang yang sedang merawat orang sakit.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Berikut ini adalah pengalaman merawat orang sakit yang diceritakan oleh Dokter Yanti:

Pada waktu saya masih SMA, ayah saya mengalami stroke. Mula-mula stroke itu mengakibatkan ayah lumpuh separuh badan, dia masih bisa bicara dan bisa merawat dirinya sendiri. Papa orangnya sibuk dan karakternya keras, sehingga sulit baginya untuk pulih maka penyakitnya pun makin progresif. Ia terkena stroke berulang kali sehingga akhirnya lumpuh kiri kanan atau pseudobulber. Makan pun jadi susah, seperti dipaksa masuk karena otot lidahnya sudah kaku. Jalan pun harus dipapah, lama-lama lumpuhnya bukan lemas tapi kaku, bagi orang yang memapahnya ini menjadi berat sekali. Mama sendirilah yang sehari-hari merawatnya, karena papa justru tidak mau sama orang lain. Mula-mula makan masih bisa, tapi lama-lama tidak bisa makan. Buang air besar harus dikorek karena saraf pengontrol pembuangannya sudah lumpuh. Kadang-kadang tidurnya juga tidak teratur, saat kita mau tidur dia malah terjaga. Waktu kita sudah tidur dan dia mau buang air atau apa panggil-panggil dan kita harus bangun.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam merawat orang sakit:

  1. Yang paling tepat dan seharusnya merawat orang yang sakit seperti itu adalah pihak keluarga dan perawat.

    Pengalaman Ibu Vivian:

    Mama saya sakit kanker lama sekali, setelah 13 tahun menderita sakit akhirnya ia meninggal. Jadi saya melihat sendiri bagaimana perjuangan mama dan saya sempat merawat juga. Jadi ada waktunya merawat dengan sungguh-sungguh, tapi ada juga waktunya istirahat. Biasanya orang sakit minta dirawat orang yang dicintai, seperti ibu saya dulu, tidak mau dengan perawat, ia minta anaknya yang membantu di RS termasuk urusan buang air segala. Dalam hal ini saya rasa kekompakan di antara saudara itu penting sekali, karena ini 'kan tanggung jawab seluruh keluarga. Kalau tidak itu menjadi beban lagi bagi saudara-saudara yang lain. Kami sebagai anak-anak bergantian merawat mama di situ, jadi disana sering-sering ada suster dan ada anak.
    Kalau kita bersama orang yang sakit harus sungguh-sungguh 100% merawat, tapi juga ada waktunya keluar sebentar, ya…untuk bernafas sedikitlah. Bila si sakit itu emosi seharusnya kita yang merawat tidak boleh emosi, keluar dulu dari kamarnya dan kalau emosi sudah reda baru kita masuk lagi. Jika kita selalu memikirkan apa yang dia lakukan, kok tidak tahu terima kasih, marah-marah. Dan kita ladeni pasti akan terjadi "perang", karena sama-sama emosi sehingga terjadi gesekan yang keras.
  2. Di dalam merawat orang sakit, orang yang mendampingi sedikit banyak harus tahu apa kebutuhannya, obat-obatannya, makanannya, dan sebagainya.

  3. Usahakanlah untuk terus berkomunikasi dengan orang sakit.

  4. Untuk bisa menumbuhkan kasih dalam merawat orang sakit, kita harus merawat bukan sekedar melakukan tugas. Jadi dalam merawat itu harus ada kasih.

  5. Baik orang yang merawat maupun yang dirawat harus mempersiapkan hati menghadapi apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Untuk mereka yang bisa berkomunikasi persiapannya bisa dua belah pihak, jadi kita mempersiapkan yang meninggal, yang meninggal juga mempersiapkan yang ditinggal. Satu hal penting yang bisa kita lihat dari pengalaman merawat orang sakit ini, adalah kasih. Kasih yang sering kita alami perlu dibagikan kepada orang sakit. Dan juga kepada orang-orang yang disekelilingnya, karena dalam keadaan demikian semua pasti menjadi lebih peka. Kita harus menyadari bahwa yang sakit ini perlu mendapat prioritas yang lebih untuk merasakan kasih Tuhan melalui kita.

Dan saya sangat percaya bahwa segala sesuatu akan bekerja sama mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan.