Tatkala Hidup Berhenti Dengan Tiba-Tiba
Berita Telaga Edisi No. 122 /Tahun XI/ Januari 2015
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Tatkala Hidup Berhenti
Dengan Tiba-Tiba
Tanpa kita sadari, setiap hari kita bangun dari tidur kita berharap bahwa hari ini akan berjalan sama seperti kemarin. Aktivitas yang kita lakukan kemarin akan kita lakukan hari ini dan apa yang terjadi kemarin akan terjadi hari ini. Singkat kata, kita tidak berharap bahwa hidup akan berubah dengan sekejap. Masalahnya adalah, hidup kadang berubah dengan sekejap dan kita pun harus membangun hidup dari nol lagi.
Pada dasarnya ada tiga sumber atau faktor yang dapat membuat kita kehilangan hidup dengan sekejap: alam, orang lain, dan diri sendiri.
Sebagaimana kita ketahui BENCANA ALAM dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Pada saat alam berguncang, kita pun terguncang. Kita kehilangan harta milik dan adakalanya orang yang kita kasihi.
Hal kedua adalah ORANG LAIN. Salah satu fakta dalam kehidupan yang kadang mesti kita hadapi adalah kita harus menjadi korban perbuatan orang lain. Ada orang yang harus kehilangan barang berharga akibat perampokan. Ada yang kehilangan rumah karena ditipu. Dan, ada yang mesti kehilangan kebahagiaan berumah tangga karena diceraikan pasangan. Namun ada satu lagi yang berkaitan dengan orang lain namun tidak berhubungan dengan perbuatan jahat yakni kematian orang yang kita kasihi. Pada saat seperti itu tidak bisa tidak, adakalanya muncul pemikiran bahwa kita pun telah menjadi “korban” perbuatannya meninggalkan kita dalam ketidaksiapan.
Hal ketiga adalah DIRI SENDIRI. Adakalanya oleh karena perbuatan sendiri maka kita harus menanggung kehilangan besar. Karena ketidakmampuan kita menjaga batas, kita terlibat perselingkuhan dan sebagai akibatnya, kita kehilangan keluarga. Ada pula yang salah bertindak sehingga harus mendekam di penjara. Dan, ada pula orang yang tidak bijaksana dalam berusaha sehingga harus kehilangan harta milik.
Sebagaimana kita lihat ketiga sumber bencana di atas dapat menyapu bersih kehidupan kita secara mendadak. Secara tiba-tiba hidup yang kita kenal, lenyap. Dan, kita dipaksa untuk merajut sebuah kehidupan yang baru dengan menggunakan apa yang tersisa. Apakah yang mesti dilakukan bila hal seperti itu menimpa kita?
- Pertama, kita mesti MENG-IZINKAN DIRI UNTUK MERA-SAKAN KEHILANGAN DAN DAMPAKNYA PADA DIRI KITA.
Tidak apa menangis dan tidak apa bingung. Tidak apa kecewa dan tidak apa marah. Semua adalah reaksi yang wajar. Jadi, berilah kesempatan kepada diri untuk mengungkap perasaan yang berkecamuk baik secara verbal atau emosional. Setelah semua perasaan ini muncul keluar, pada saatnya pergolakan emosional ini pun akan mereda. Kita akan merasa lebih tenang. - Pada titik inilah kita mulai memasuki tahap berikut yaitu MERASAKAN KEKOSONGAN DI DALAM DIRI SENDIRI.
Jika pada tahap awal kita memfokuskan mata pada kehilangan itu sendiri—pada obyek yang sekarang telah tiada—di tahap berikut ini kita mulai menengok ke dalam diri sendiri. Pada saat itulah kita disadarkan akan kehampaan yang bersarang di kalbu. Tidak bisa tidak, pada saat itu kita akan terkejut melihat diri sendiri yang seolah tidak kita kenali lagi. Kita telah berubah; kita tidak sama lagi. Ada sesuatu yang telah terhilang. Reaksi seperti ini adalah wajar dikarenakan konsep diri sebetulnya dibangun di atas banyak faktor yang terkait dengan diri kita. Misalkan, kita selalu mempunyai konsep bahwa kita adalah seorang ayah. Bayangkan bila kita harus kehilangan anak semata wayang! Tidak bisa tidak, kita akan melongok ke dalam diri dan menemukan kekosongan. Anak yang kita kasihi yang selama ini menempati hidup kita kini telah tiada. - Itu sebabnya kita terpaksa melanjutkan perjalanan hidup ini dan masuk ke tahap berikut yaitu MULAI MEMBANGUN SEBUAH KEHIDUPAN YANG BARU.
Diri yang lama telah tiada; mau tidak mau kita harus melepasnya. Nah, satu hal yang mesti kita camkan dalam membangun diri yang baru adalah kita tidak bisa membangun diri yang baru seperti yang lama!
Kita harus menerima kenyataan bahwa kita tidak tahu seperti apakah hidup kita kelak. Kita tidak tahu seperti apakah diri yang baru itu. Salah satu kesalahan yang sering diperbuat adalah kita berusaha keras membangun sebuah kehidupan atau diri yang persis sama dengan diri yang lama. Pada kenyataannya kita tidak mungkin melakukannya. Materi yang baru akan menghasilkan produk yang baru. Singkat kata mulai dari titik itu kita berjalan sepenuhnya dengan iman!
Firman Tuhan di Yesaya 12:2 berkata, “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gemetar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.”
Sewaktu hidup tiba-tiba berhenti,, pandanglah kepada Tuhan. Mulai dari saat itu, terus pandanglah Tuhan untuk memimpin kita memasuki kehidupan yang baru. Jangan berdoa meminta kehidupan yang lama itu. Berdoalah meminta kehidupan yang baru!
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T 381 B.
Doakanlah:
- Bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan kepada pelayanan Telaga, dimana Tuhan sudah menggerakkan beberapa donatur, seperti Shepherd of Your Soul (SYS) di USA melalui B. Handaja Harijanto, Kel. Bp. Suriptono, Ibu Amelia dan Ibu Indrawati T. di Malang. Sumbangan seluruhnya berjumlah Rp 28.240.000,-.
- Bersyukur untuk tambahan rekaman yang telah dilakukan oleh Ev. Sindunata Kurniawan dan Bp. Hendra dalam bulan ini.
- Bersyukur Bp. Paul Gunadi telah berada kembali di Indonesia dan telah memulai rekaman lagi. Doakan agar selama berada di Malang, Tuhan berikan kesehatan sehingga rekaman yang direncanakan tidak terhalang.
- Doakan untuk rencana penerbitan buku berjudul “Memaksimalkan Karier Anda” oleh P.T. Visi Anugerah Indonesia. Proses editing telah selesai, kini sedang menyelesaikan proses lay-out.
- Doakan agar ada tambahan radio yang bersedia bekerjasama menyiarkan Telaga. Saat ini ada 43 radio di tanah air dan 1 radio di Hongkong.
- Doakan untuk beberapa staf YLSA yang sedang menggarap situs Telaga dari drupal 6 ke drupal 7.
- Doakan untuk Bp. Harry, seorang atheis yang menderita kanker, dilayani oleh Sdri. Betty T.S. di Maastricht, Belanda; dia tidak mau berdoa tetapi mau ke gereja. Doakan agar firman Tuhan yang didengarkan bisa meneguhkan Bp. Harry dan pada saatnya mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
- Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan Januari 2015, yaitu dari:
001 -- Rp 100.000,-
003 -- Rp 1.000.000,- (utk 5 bulan)
006 -- Rp 150.000,- (utk 2 bulan)
011 -- Rp 150.000,-
Telaga Menjawab
Tanya?
Shalom!
Saya seorang istri dengan dua orang anak. Saya sudah menikah selama 8 tahun namun akhir-akhir ini rumah tangga kami sedang tidak harmonis. Suami yang sangat saya cintai tiba-tiba mengaku bahwa dia tengah berselingkuh dengan seorang gadis. Hati saya hancur saat mendengar pengakuannya tersebut. Saat saya meminta dia untuk mengakhiri hubungan terlarang tersebut, dia menolaknya. Dia beralasan sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan karena mereka baru saja “jadian”. Suami saya berjanji suatu saat pasti dia akan mengakhiri hubungan tersebut karena tidak mungkin meninggalkan saya dan anak-anak.
Seiring berjalannya waktu, saya merasa hubungan mereka tidak terkendali. Saya bertanya lagi, apakah sudah diakhiri, dan suami menjawab “sudah”. Namun tetap saja perasaan saya sebagai seorang istri mengatakan itu belum berakhir. Berbagai cara sudah saya lakukan, di antaranya saya mulai rajin merawat diri, saya mencoba mengubah diri saya karena saya berpikir mungkin ada andil saya juga yang menyebabkan suami bisa berselingkuh. Saya sudah berdoa kepada Tuhan, saya sudah berpuasa, namun suami saya tetap berhubungan dengan gadis itu.
Motivasi saya memperjuangkan pernikahan kami adalah karena cinta saya kepada Tuhan, suami dan anak-anak. Saya meyakini bahwa apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak dapat diceraikan oleh manusia. Demi anak-anak, saya merasa harus kuat, terlebih saya masih sangat mencintai suami saya, saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Saya percaya kelak Tuhan akan meminta pertanggungjawaban pada saya dan suami tentang pernikahan kami.
Bagaimana caranya agar suami kembali mencintai saya dan anak-anak? Mohon dukungan doa dan nasehat-nasehat pengasuh TELAGA tentang apa yang harus saya lakukan. Terima kasih. Tuhan memberkati. Dear TELAGA,
Jawab
Ibu yang terkasih,
Kami turut prihatin dengan kondisi pernikahan Ibu. Tentu ini adalah sebuah peristiwa yang amat mengejutkan dan menghancurkan hati Ibu. Wanita mana yang rela dikhianati oleh orang yang dicintainya?
Di sisi lain, kami juga kagum dengan motivasi Ibu untuk mempertahankan pernikahan ini, apalagi Ibu berkeyakinan kuat bahwa suatu hari nanti suami akan menyadari kesalahannya dan kembali mencintai Ibu. Yang membuat kami kagum adalah ternyata Ibu masih mencintai suami yang telah melukai hati Ibu. Sebuah kesaksian iman yang luar biasa!
Ibu, kita memang belum bisa yakin kapan suami akan berubah sesuai dengan harapan Ibu. Mungkin yang tetap bisa Ibu lakukan adalah menabur kasih seperti yang sudah dilakukan selama ini. Kami setuju dengan Ibu bahwa kita melakukan sesuatu yang baik demi Tuhan. Bukankah itu yang seringkali menguatkan perbuatan baik kita di tengah kondisi yang sulit.
Selain itu jika ada kesempatan yang baik, coba ajak suami ke tempat kenangan sambil saling mengingatkan hal-hal apa yang telah membuat kalian jatuh cinta waktu itu. Ciptakan pembicaraan yang nyaman buat suami supaya dia tidak merasa disudutkan. Semoga dengan banyak-banyak mengenang masa indah, Bapak bisa kembali mencintai Ibu. Bisa dicoba, Bu? Tuhan memberkati!
Salam : Pengasuh Program TELAGA
- 4570 kali dibaca