Mendampingi Anak Di Tengah Pandemi

Versi printer-friendly
Desember


Di tengah suasana pandemi, kita semua diminta Pemerintah untuk belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Anak-anak pun akhirnya juga belajar di rumah.

Di tengah situasi pandemi, anak-anak rawan haknya terabaikan karena terus-menerus diam di rumah. Ada empat hak pokok anak, yaitu : hak perawatan dan pengasuhan, hak kesehatan, hak pendidikan dan rekreasi serta hak perlindungan dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Dalam hal ini hak anak untuk bermain dan berekreasi mudah terabaikan. Mereka hanya dapat bermain dengan keluarga inti di rumah, orangtua dan saudara di rumah. Mereka tidak lagi bebas bermain dengan teman-teman mereka di luar rumah dan di tanah lapang dengan berlari-lari dan berkejar-kejaran. Padahal dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang sehat badani dan jiwani.


Apa saja yang bisa dikreasi orangtua dalam mendampingi anak di rumah ?

  1. Aneka permainan anak atau permainan tradisional anak yang bisa dilakukan di dalam rumah, seperti : petak umpet, dakon, lomba bakiak, engklek.
  2. Aneka permainan papan (boardgame): catur, ular tangga, halma, monopoli, papan simulasi yang berisikan pertanyaan-pertanyaan moral dan etika yang kita kreasi sendiri.
  3. Olahraga bersama misalnya bulutangkis di lahan sempit yang kita punya atau di jalanan yang sepi.
  4. Berkebun dan bercocok tanam, di antaranya lewat bercocok tanam vertikal.
  5. Masak bersama : dari camilan atau makanan kecil hingga masakan sehari-hari.
  6. Mendongeng, membacakan kisah anak-anak dari buku atau yang kita dapatkan lewat dunia maya. Kita bisa pula menceritakan pengalaman pribadi di masa kanak-kanak, remaja, hingga masa dewasa, baik berkenaan dengan suka-duka sebagai pelajar, suka duka dalam berteman, pengalaman dengan kegagalan maupun keberhasilan, perjalanan iman dan mengenal Tuhan, pengalaman berpacaran dan bertemu dengan sang kekasih yang kini menjadi pasangan hidup.

Bisa menggunakan media album foto keluarga untuk mengkisahkan pohon keluarga kita. Lewat kisah-kisah nyata kita bisa berdialog hangat dengan anak-anak kita dan bersama-sama menarik mutiara hikmat bagi pembelajaran anak baik lewat sisi terang maupun sisi gelap pohon keluarga dan perjalanan hidup kita. Tentu hal ini juga perlu disesuaikan dengan usia perkembangan anak.

Orangtua juga bisa dan perlu melemparkan pertanyaan dan berdiskusi dengan anak-anak tentang: sopan santun, pengetahuan Alkitab dan serba-serbi pertanyaan tentang iman di dalam Kristus.

Maleakhi 4:6 berbunyi “Maka Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya, supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”. Marilah kita gunakan kesempatan mendampingi anak di tengah pandemi juga untuk menumbuhkan dan memulihkan keluarga kita.


Ringkasan audio T569B oleh
Ev.Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil.
Simak rekaman lain di www.telaga.org


PERTANYAAN :

Perkenalkan nama saya CR, saya anak keempat dari 4 bersaudara, laki-laki berusia 32 tahun yang berencana untuk menikahi calon istri saya dalam tahun depan. Namun dalam proses persiapan tersebut, ada satu dari beberapa kendala yang sangat sulit bagi calon istri saya yaitu Ibu saya, seorang janda berumur 63 tahun yang sudah rentan sakit dan perlu untuk diawasi) yang ingin ikut tinggal bersama saya setelah saya menikah. Calon istri saya tidak dapat menerima hal tersebut dan akhirnya mengurungkan niat untuk menikah. Saya sudah menanyakan kepada kakak-kakak saya apakah mereka mau menerima Ibu jika saya menikah nanti, ternyata mereka keberatan sehingga sayalah yang harus bertanggungjawab mengurus Ibu saya. Yang ingin saya tanyakan, apakah langkah yang paling bijaksana (sesuai dengan Firman Tuhan) yang harus saya lakukan dalam kondisi seperti ini? Terima kasih.


JAWABAN : Salam damai Sdr. CR,

Terima kasih atas kesediaannya berbagi beban dengan kami. Pertama, saya mau mengapresiasi kebaikan hati Saudara mengasihi dan menghormati Ibu hingga bersedia mengurus dan merawat Ibu di saat kakak-kakak Saudara keberatan. Tentunya ini merupakan bentuk kasih dan hormat pada orangtua yang memperkenan hati Tuhan dan melegakan hati orangtua.

Kedua, saya menyadari pergumulan yang dihadapi Saudara sangat tidak mudah. Usia 32 tahun merupakan usia yang sudah terbilang cukup siap untuk menikah. Jika harus ditunda, tentunya akan berdampak terhadap banyak hal dalam rencana pernikahan dan perintisan rumah tangga. Belum lagi jika memertimbangkan usia pasangan, maka penundaan ini pun akan menjadi pergumulan tersendiri baginya. Prinsip Firman Tuhan yang harus Saudara pegang dalam menghadapi pergumulan ini adalah “Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu” (Keluaran 20:12). Mengutip penjelasan Bp. Pdt. Paul Gunadi dalam rekaman http://telaga.org/audio/tanggung_jawab_anak_kepada_orangtua, salah satu makna “hormat” disini memiliki arti bertanggungjawab memelihara kelangsungan hidup orangtua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orangtua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini memerlihatkan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk bertanggungjawab memelihara kelangsungan hidup orangtua kita.

Ketika Saudara terjepit antara dua pilihan, yaitu apakah tetap menikah dengan pasangan namun tidak tinggal bersama dengan Ibu, atau tetap tinggal bersama Ibu untuk merawat Ibu namun mengurungkan niat untuk menikah, tampaknya (meski sangat tidak mudah), Saudara tetap harus memprioritaskan pilihan kedua, yaitu tetap tinggal bersama Ibu untuk merawat dan mendampingi Ibu dengan konsekuensi mengurungkan niat untuk menikah. Namun saya mengusulkan Saudara dan pasangan coba memikirkan opsi/pilihan ketiga, yaitu opsi negosiasi. Kita perlu pahami apa sesungguhnya yang dikhawatirkan oleh pasangan sehingga ia menolak tinggal bersama dengan Ibu. Dalam kondisi yang rileks dan sejuk, Saudara bisa coba mengajak pasangan membuat daftar kekhawatirannya tersebut dengan tujuan untuk mengkonkretkan permasalahan dari sudut pandang pasangan. Ketika sudah dikonkretkan, Saudara mungkin bisa mencoba mengajaknya “bernegosiasi” untuk mengatasi kekhawatiran pasangan tertentu.

Sebagai contoh, ternyata pasangan takut berkonflik dengan Ibu. Saudara dapat mengajaknya bernegosiasi dengan cara memelajari langkah-langkah me-manajemen konflik antara mertua – menantu, misalnya melalui beberapa rekaman audio Telaga seputar persoalan tersebut. Jika diperlukan, dalam proses negosiasi ini, Saudara dan pasangan juga dapat mencari bantuan seorang konselor di dekat lokasi domisili Saudara.

Terakhir, Saudara dan pasangan perlu selalu ingat bersandar dan mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulan ini sebagaimana yang tertulis dalam Yeremia 17:7, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Kiranya hikmat, bijaksana dan kekuatan dari Tuhan menaungi Saudara CR dan calon pasangan untuk melalui kesulitan ini dengan baik. Tuhan Yesus memberkati !

Salam : Hendra

Ibu Dientje Marianna Emmy Lalujan atau disingkat Ibu Dientje, lahir di Kupang pada tanggal 14 Mei 1952 dan meninggal di Malang pada tanggal 6 Desember 2020. Menikah dengan Johanes Winarto pada tanggal 4 Juli 1981 dan dikaruniai 3 orang anak, 2 putra (Natanael Kriesyadinata dan David) dan 1 putri (meninggal). Pada bulan September 2011 pernah menjadi pemandu acara bersama dengan Bp.Pdt.Dr. Paul Gunadi sebagai narasumber. Topik rekamannya adalah :

T 327 : Waktu Bersama Pasangan / Mengisi Waktu Bersama
T 328 : Kendala Dalam Menghabiskan Waktu Bersama / Menebus Waktu Yang Terhilang
T 329 : Kebangkitan Dari Kejatuhan ( I + II )
T 330 : Hikmat Dalam Bersahabat ( I + II )
T 331 : Dampak Rohani Pada Keluarga / Dampak Kudus Pada Anak
T 332 : Pengkhianatan Dalam Pernikahan ( I + II )

Sejak awal tahun 2016 Ibu Dientje menjalani hemodialisa (cuci darah) secara rutin, 2x seminggu selama 5 jam. Tuhan sudah memanggil pulang ke Rumah-Nya pada hari Minggu, 6 Desember 2020 dan dimakamkan di Pemakaman Sukun, Malang pada hari Selasa, 8 Desember 2020.

Ibu Dientje yang saya kenal, sejak di LEPKI (Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia) dan kemudian di World Vision Int. Indonesia Office yang berkantor di Jl. Bromo 2 Malang, juga bertalenta membuat puisi dan pada kesempatan ini saya ingin menampilkan salah satu puisi yang dibuatnya :


(Luk.1:46-55)

Kita telah sampai di penghujung tahun 2020 dan memasuki tahun 2021, tentu setiap kita berharap agar di tahun 2021 pandemi segera berakhir dan kita dapat hidup normal kembali. Ya tentu saja setiap kita harus membangun harapan! Viktor Frankl dan Elisabeth Kubler-Ross mengatakan “di mana tidak ada harapan, kematian mengikuti” (Dalam David Clarke, Artikel: Faith and Hope, 164). Jadi harapan adalah hal yang paling mendasar dari kehidupan manusia. Orang yang tidak memunyai harapan akan kehilangan kemampuan dan keinginan untuk mengantisipasi kehidupannya pada masa yang akan datang, hilang vitalitas, makna dan tujuan hidup, putus asa, takut, minder dan lain-lain. Sebaliknya harapan akan menginspirasi kita untuk maju, melihat kedepan dan meningkatkan vitalitas bahkan dapat memengaruhi emosi dan kemauan.

“Berharap adalah merindukan dan memercayai sesuatu yang tidak pasti, tapi setidaknya mungkin” (David Clarke, 164). Ketidakpastian adalah sebuah realita bahwa belum tentu vaksin segera ditemukan dalam waktu dekat, belum tentu kita tidak terpapar oleh virus, belum tentu perekonomian akan membaik, tidak pasti apakah tahun depan tidak akan ada bencana lagi dan sederet ketidak pastian lainnya. Inilah fakta! Namun sesungguhnya fakta dapat menjadi pengingat bahwa kita butuh pengharapan. Nyanyian Maria dapat menjadi pengingat bagi kita pada hari ini agar sukses membangun harapan dan tetap melangkah dengan pasti memasuki tahun 2021.

Pertama, Holy Spirit upon you (Lukas 1:35), kuasa Roh Kudus atas kita! Hamilnya Maria adalah kondisi yang tidak dapat dijawab oleh akal manusia. Ditindih oleh pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh akal budinya, membuat Maria takut. Setiap saat kitapun dapat dilanda ketakutan pada hari ini oleh sebab banyaknya hal yang tidak mampu kita temukan jawabannya. Hanya kuasa Roh Kudus yang memampukan kita percaya akan sesuatu yang terkadang tidak dapat dijawab oleh akal kita. Setiap kita membutuhkan kuasa yang di luar diri kita itulah Roh Kudus yang akan membantu kita untuk meyakini rencana agung Allah bahwa apa yang Ia perbuat adalah baik.

Kedua, Opportunity “kesempatan”(Lukas 1:47-48). Kesulitan dapat menjadi kesempatan untuk bertumbuh. Maria menyadari bahwa ia akan mengalami kesulitan, namun ia mau bergembira oleh karena Tuhan Juruselamatnya. Adalah mudah bergembira ketika semua rencana kita berjalan mulus, namun ketika krisis terjadi masihkah kita dapat bergembira dan berbahagia? Saya rasa hal ini bukan perkara yang mudah. Namun sadarkah kita bahwa krisis dapat menjadi alat uji yang efektif untuk mengukur atas dasar apa kebahagiaan dan kegembiraan kita selama ini dibangun. Jika kebahagiaan kita dibangun atas dasar keselamatan yang kita peroleh melalui Kristus maka itu tidak akan hilang ketika krisis menggempur hidup kita. Rasa bahagia dapat menjadi percikan api yang menyemangati kita untuk terus berharap bahwa hari esok yang lebih baik telah Allah sediakan untuk kita.

Ketiga, Process rational (Lukas 1:54-55) membangun harapan tidak meniadakan fungsi akal. Saat kesulitan melanda kita, maka kita perlu menggunakan akal untuk memproses semua fakta yang ada. Oleh sebab dengan melihat fakta atau realita dapat menyukseskan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh krisis. Hamil di luar nikah membelokkan semua pikiran-pikiran ideal Maria, apa yang terjadi semua di luar bayangannya! Maria melihat fakta bahwaTuhan pernah menjanjikan Mesias melalui keturunan Abraham, inilah yang diimani oleh Maria selama ini. Jadi kalau hari ini dia mendengar berita akan lahir seorang Juruselamat melalui keturunan Abraham maka itu bukan cerita karangan versi Maria. Maria memang takut dan bingung namun masih segar diingatannya ajaran nenek moyangnya turun temurun tentang Juruselamat, maka hal itu menggembirakan hatinya karena Allah berkenan memakainya menjadi ibu Yesus (Lukas 1:48). Fakta apakah yang engkau miliki hari ini? Peganglah itu untuk membantumu membangun harapan akan hari esok.

Keempat, Each other (Lukas 1:39-45) Manusia adalah makhluk sosial yang bersifat mutual (saling bergantung satu sama lain). Maria pergi ke tempat Elizabet dan dia memeroleh afirmasi atas apa yang Tuhan janjikan untuknya yang berujung kepada kuatnya harapan dan iman Maria. Hal ini mengindikasikan bahwa relasi kita dengan orang lain dapat memengaruhi kita dalam membangun harapan. Ketika seseorang bergaul dengan orang yang optimis, memiliki tujuan dan makna hidup maka dia akan terpacu untuk juga optimis dan berpengharapan. Sebaliknya keputusasaan sifatnya menular, saat seseorang bergaul dengan orang yang pesimis, putusasa dan tanpa pengharapan maka besar kemungkinan ia turut berputusasa. Intinya setiap kita membutuhkan teman seperjalanan untuk bersama-sama bertumbuh di dalam pengharapan. Akhirnya saya ingin katakan bahwa harapan (HOPE) dapat menyelamatkan seseorang dari penderitaan. Saat kita berharap maka kita dapat melewati rintangan yang menghalangi perjalanan iman kita dan menumbuhkan semangat dalam diri untuk mencapai hal-hal yang tidak mungkin bahkan yang dianggap mustahil oleh kebanyakan orang. Amin.

Hope adalah renungan Natal yang saya bagikan di dalam acara gathering atau Perayaan Natal pertama Pusat Konseling dan Bina Iman Anak Telaga Kehidupan. Acara ini berlangsung pada hari Minggu, tanggal 6 Desember 2020 di kantor Pusat Konseling Telaga Kehidupan di Sidoarjo. Acara berlangsung secara onsite dengan menggunakan protokol kesehatan yang berlaku. Acara sederhana di dalam kelompok kecil namun sangat akrab dan penuh sukacita. Tidak terasa kurang lebih 10 bulan Tuhan menyertai langkah-langkah kami, amazing! Mengingat Pusat Konseling ini dimulai dan langsung disambut dengan wabah Covid-19, sangat tidak mudah. Kuatir, sedih, takut dan bingung, itulah yang kami rasakan. Tetapi saya ingin katakan betapa hebat dan luar biasanya Tuhan yang menuntun langkah kami sampai saat ini. Kami dipersatukan di dalam satu kerinduan memenangkan jiwa untuk Kerajaan Allah.Terima kasih kepada Pengurus LBKK, pelaksana program TEgur sapa gembaLA keluarGA (TELAGA), Bpk. Paul Gunadi dan ibu Santy, serta semua teman-teman yang tergabung di dalam Pusat Konseling Telaga Kehidupan, saya sangat percaya Tuhan mencatat setiap jerih lelah kita selama ini. SOLI DEO GLORIA!

Renungan Natal oleh :
Pdt. Nancy Rosita Timisela, M.Th.
Salah seorang konselor dari
Pusat Konseling Telaga Kehidupan Sidoarjo
Yang berdomisili di Malang


Ketika Buletin Telaga Kehidupan ini diterima, kita sudah berada di tahun yang baru 2021. Dua belas bulan telah kita lewati, tidak terasa ………usia kita pun bertambah !!

  1. Bersyukur selama tahun 2020, telah diadakan 1x rekaman bersama Pdt.Dr.Vivian A.Soesilo, 6x rekaman bersama Pdt.Dr. Paul Gunadi dan 7x rekaman bersama Ev.Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil., sebagai narasumber.
  2. Bersyukur untuk kesetiaan Ibu Gan May Kwee di Solo dan NN di Tangerang yang hampir setiap bulan memberikan donasinya untuk Telaga. Bulan ini Rp 500.000,- dari NN di Tangerang dan Rp 500.000,- dari Ibu Gan May Kwee di Solo. Disamping itu dari Ibu Priska Sihalo Rp 200.000,- dan menjelang akhir Desember 2020 juga ada donasi dari NN sejumlah Rp 2.000.000,-.
  3. Bersyukur dalam bulan Desember 2020 ada 9 radio yang telah dikirimi CD.MP3 dari rekaman terbaru (T561 s.d. T573).
  4. Bersyukur Tuhan sudah memelihara Pusat Konseling Telaga Kehidupan sepanjang tahun 2020, juga untuk para donatur yang mendukung pelayanan PKTK di Sidoarjo, untuk para pelayan Tuhan yang melayani di PKTK Sidoarjo serta Tuhan memercayakan Pusat Konseling Telaga Kehidupan untuk menolong jiwa-jiwa yang membutuhkan layanan konseling.
  5. Apabila Tuhan berkenan, biarlah Radio Suara Sion Perdana (RASSINDA FM dan AM) di Karanganyar, Surakarta, bisa menjadi mitra pelayanan Telaga di tahun 2021.
  6. Tetap doakan untuk pengecekan draft buku Telaga-7 yang berjudul “Mengapa Menikah”, pembuatan cover dan lain-lain. Mudah-mudahan selambat-lambatnya bulan Pebruari 2021 buku ini sudah bisa diterbitkan oleh C.V. Evernity Fisher Media.
  7. Kita tetap doakan untuk pandemi Covid-19 yang dialami oleh begitu banyak negara di seluruh dunia yang berdampak dalam segi ekonomi dan kesehatan, secara khusus kita doakan untuk keluarga para tenaga medis dan perawat agar bisa sungguh-sungguh memahami perjuangan yang selama ini dilakukan. Tercatat pada 28 Desember 2020 ada 507 Tenaga Kesehatan Indonesia yang gugur melawan Covid-19 (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, sopir ambulans dan lain-lain).
  8. Doakan untuk Ev. Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil. yang sudah siap mengadakan rekaman dalam bulan Januari 2021.
  9. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan Desember 2020, yaitu dari :
    001 – Rp 100.000,-
    006 – Rp 150.000,-

Eben-Haezer (Sampai di sini TUHAN menolong kita – I Samuel 7:12)