Penyesuaian di Awal PERNIKAHAN
Berita Telaga Edisi No. 150 /Tahun XIII/Mei 2017
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Penyesuaian di Awal PERNIKAHAN
Pada umumnya "selamat berbahagia" adalah ucapan yang kita sampaikan kepada pasangan yang menikah. Sesungguhnya ucapan yang lebih tepat adalah "selamat bekerja." Ya, untuk berbahagia, kita mesti bekerja. Kebahagiaan tidak datang begitu saja; kebahagiaan adalah buah dari kerja keras menyesuaikan dan saling membahagiakan pasangan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa tugas penyesuaian yang mesti diselesaikan pada awal pernikahan.
Pertama, kita mesti MEMBIASAKAN DIRI UNTUK MENDENGAR SUARA PASANGAN. Mungkin nasihat ini terdengar lucu sebab kita berpikir, bukankah kita sudah terbiasa mendengar suara pasangan? Pada kenyataannya sebelum pernikahan, kita hanya mendengar suara pasangan beberapa jam dalam seminggu. Selama itu kita lebih terbiasa mendengar suara anggota keluarga kita sendiri, seperti ayah dan ibu serta adik dan kakak. Nah, setelah pernikahan satu-satunya suara yang kita dengar adalah suara pasangan.
Kita mesti menyesuaikan diri sebab memang mendengar suara pasangan selama berjam-jam setiap hari menuntut penyesuaian. Ada yang tidak terlalu terganggu tetapi ada pula yang merasa terganggu. Bila terganggu, pada umumnya reaksi awal kita adalah menghindar. Mungkin kita menyibukkan diri dengan kegiatan tertentu atau kita berupaya memperpendek percakapan supaya tidak berlarut-larut.
Kedua, kita mesti MEMBIASAKAN DIRI UNTUK MENDENGARKAN PERKATAAN PASANGAN. Bukan saja kita harus mendengar suara pasangan, kita pun seyogianya mendengarkan perkataannya. Ada beberapa hal yang berpotensi mengganggu dan menuntut penyesuaian. Pertama, mungkin kita mesti menyesuaikan diri dengan NADA bicaranya. Sudah tentu kita tidak memunyai masalah sewaktu berbicara dengannya tentang hal-hal yang menyenangkan.
Biasanya masalah muncul pada saat kita membicarakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Mungkin kita tidak suka dengan nada bicara yang cenderung meninggi atau terdengar menyentak. Mungkin sebaliknya, kita tidak suka dengan nadanya yang langsung merendah dan tenggelam. Kedua, kita pun perlu menyesuaikan diri dengan pola bicaranya. Ada yang cenderung berputar-putar sehingga memakan waktu lama; ada yang terlalu to the point, sehingga tidak enak didengar; ada yang tidak jelas, membuat kita bertanya-tanya apakah maksudnya.
Ketiga, kita mesti MEMBIASAKAN DIRI UNTUK MENGUBAH GAYA HIDUP YANG SELAMA INI KITA JALANI. Mungkin kita terbiasa tidur larut malam atau sebaliknya, kita terbiasa tidur tidak terlalu malam. Sudah tentu kita mesti bersedia menyesuaikan jadwal tidur sebab tidak bisa tidak, perbedaan ini dapat membuat pasangan dan kita terganggu. Mungkin kita terbiasa menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi, nah, sekarang kita harus mempersingkat waktu agar pasangan dapat memakainya pula. Atau kita terbiasa makan di luar sedang pasangan lebih suka makan di rumah. Ini pun menuntut penyesuaian.
Kesediaan kita untuk mengubah gaya hidup menunjukkan keseriusan kita menanggapi permintaan dan kepentingannya. Sebaliknya, ketidaksediaan kita memerlihatkan bukan saja kekakuan tetapi juga keegoisan kita. Sudah tentu tidak semua kebiasaan dapat diubah dan tidak semua dengan cepat berubah, tetapi usaha untuk mengubahnya sudah cukup untuk mengkomunikasikan kepada pasangan bahwa kita tidak egois dan bahwa dia adalah penting dan berharga bagi kita.
Keempat, kita mesti MERENDAHKAN DIRI UNTUK MENERIMA NASIHAT PASANGAN. Dengan kata lain, kita mesti siap ditegur. Kebanyakan kita tidak siap ditegur; kita masuk ke dalam pernikahan mengharapkan pasangan mendukung, bukan menegur kita. Namun dalam kenyataannya kita tidak sempurna dan memerlukan teguran pasangan. Kesediaan kita untuk menerima tegurannya membuka pintu komunikasi yang mendalam di antara kita. Sebaliknya, keengganan kita menerima teguran, menutup pintu komunikasi yang mendalam. Pada akhirnya pasangan tidak mau menegur lagi karena merasa tidak disambut. Jadi, daripada menegur, lebih baik, diam. Sudah tentu jika ini terjadi, komunikasi akan tersendat. Hubungan pun akan berhenti bertumbuh.
Kelima, kita mesti MEMBERANIKAN DIRI UNTUK MEMBERI NASIHAT KEPADA PASANGAN. Relasi yang sehat adalah relasi timbal-balik, jadi, baik suami maupun istri mesti memunyai kebebasan untuk menyatakan pendapat dan menegur atau menasihati pasangan. Jangan biasakan diri untuk diam sewaktu melihat pasangan melakukan perbuatan yang tidak benar. Jangan memulai pernikahan dengan pola yang tidak sehat.
Sudah tentu kita harus berupaya menyampaikan teguran atau nasihat dengan cara yang tepat. Acap kali nasihat atau teguran tidak sampai karena cara penyampaian kita yang kurang pas. Itu sebab penting bagi kita untuk menanyakan kepadanya cara seperti apakah yang paling pas buatnya. Kita ingin tahu cara yang pas sebab kita ingin memunyai kebebasan untuk menyampaikan teguran dan nasihat kepadanya.
Kesimpulan
Sama seperti semen yang basah, masa awal pernikahan adalah masa di mana kita membangun sebuah pola relasi. Sekali terbentuk, maka akan sukarlah untuk kita mengubahnya. Semua langkah penyesuaian yang telah dibahas memang tidak menjamin sebuah pernikahan yang bahagia, tetapi setidaknya, semua langkah itu akan mengantar kita masuk ke jalur yang sehat. Masa awal pernikahan adalah masa kita bekerja keras membangun sebuah fondasi hubungan yang sehat. Pada masa ini konflik tak terelakkan namun jangan cepat menyerah dan berhenti menyesuaikan diri. Sekali menyerah, benih tidak sehat tertanamkan. Suatu hari kelak benih akan bertumbuh kembang dan pada saat itu masalah pasti muncul. Firman Tuhan mengingatkan, "Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya . . . ." (Amsal 27:18).
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs
www.telaga.org dengan kode T455B.
TELAGA MENJAWAB
TANYA
Shalom,
Saya sedang kecewa dengan sikap dan perilaku istri yang cepat marah. Dia kalau marah suka mengatakan kita cerai saja, aku tidak bahagia, suami kere (tidak kaya) dan lain-lain. Kadang saya berpikir untuk selingkuh saja dan melupakan istri, tapi saya masih ingat anak dan ajaran Tuhan.
Bagaimana, Pak? Saya capek dan lelah. Saya kelihatan seperti orang yang tidak berharga di hadapan istri. Tidak baik juga hal ini dilihat anak. Saya pikir istri perlu diberi pelajaran.
JAWAB
Shalom,
Jika masih memungkinkan untuk diajak bicara, sebaiknya Bapak mengajak istri duduk bersama dan secara serius mengemukakan hal-hal berikut:
Pertama, Bapak katakan bahwa Bapak hanya ingin melihat pernikahan ini langgeng dan diisi oleh kehangatan kasih.
Kedua, Bapak katakan bahwa hari-hari ini Bapak tidak terlalu sering mengalami kehangatan kasih akibat pertengkaran yang terjadi.
Ketiga, Bapak ingin memerbaiki masalah yang ada namun Bapak memerlukan partisipasinya sebab mustahil Bapak dapat menyelesaikan masalah keluarga tanpa partisipasinya.
Keempat, Bapak tanyakan apakah ia (istri Bapak) memunyai keinginan yang sama. Jika iya, langsung kemukakan penghargaan Bapak atas niat baiknya. Kemudian Bapak langsung tanyakan apakah penyebab ia sering marah. Bila penyebabnya adalah karena tekanan ekonomi, mohon jelaskan bahwa dari pihak Bapak sendiri, sebenarnya Bapak telah berusaha untuk menambah penghasilan. Tanyakan kepadanya apakah dia punya saran bagaimana menambah penghasilan. Jika memang tidak ada lagi jalan, mohon agar ia menerima kondisi dan tidak lagi menyalahkan Bapak, sebab menyalahkan tidak memperbaiki situasi malah memperburuk.
Terakhir, Bapak ajak dia untuk berdoa bersama setiap malam untuk keluarga dan kebutuhannya.
Mudah-mudahan ini dapat menolong Bapak. Tuhan memberkati.
Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA
DOAKANLAH:
- Bersyukur pada awal Mei 2017, Sdr. Jethro Elia telah datang ke sekretariat Telaga dan melihat 2 dari 4 fragmen yang ada. Rencananya oleh Sdr. Jethro akan dibuat per episode dan diunggah ke youtube. Ada kesan terlalu panjang, selanjutnya akan dipikirkan bagaimana supaya judul yang sudah ada dibuat sesuatu yang menarik dengan durasi +/- 2 menit untuk diunggah ke Youtube kemudian di-link ke situs Telaga.
- Bersyukur pada akhir bulan Mei 2017, semua fragmen telah selesai diedit oleh Sdr. Shenon. Yang masih harus didoakan adalah pengerjaan editing akhir oleh Bp. Yahya Adi Purnomo.
- Bersyukur transkrip, ringkasan dan abstrak dari rekaman T 486D, T 495 s.d. T 505 sudah selesai dan dikirim ke YLSA serta sudah masuk ke situs Telaga.
- Bersyukur Bp. Paul Gunadi telah selesai memeriksa semua artikel yang dikerjakan oleh Bp. Andrew A. Setiawan dan telah dikirim ke Literatur SAAT pada pertengahan bulan Mei 2017 untuk diterbitkan. Artikel-artikel tersebut akan disatukan dengan 2 judul booklet yang sudah terbit sejak tahun 2004 yang lalu yaitu "Melihat Kecocokan dalam Berpacaran" dan "Membatasi Keintiman dalam Berpacaran". Judul buku yang akan terbit adalah "Panduan Bijak Berpacaran Sehat".
- Bersyukur mulai pertengahan bulan Mei 2017, buku Telaga-1, Telaga-2, Telaga-3 dan "Memahami Remaja dan Permasalahannya" serta "Memaksimalkan Karier Anda" bisa dititipkan di T.B. Gandum Mas.
- Bersyukur draft buku Telaga-4 yang berjudul "Transformasi Karakter" telah selesai diperiksa dan doakan agar dalam bulan Juni 2017 buku tersebut bisa diterbitkan oleh C.V. Evernity Fisher Media.
- Tetap doakan apakah Tuhan berkenan untuk Telaga bekerjasama dengan 2 radio yang sudah dikirimi DVD Telaga dan sampai dengan akhir Mei 2017 belum ada berita. Kedua radio yang dimaksud adalah Radio VOS di Dili – Timor Leste dan Radio Dian Mandiri FM di Ambon.
- Doakan untuk pemasaran 2 buku terbitan P.T. Visi Anugerah Indonesia, yaitu "Memahami Remaja dan Permasalahannya" dan "Memaksimalkan Karier Anda" yang masih cukup banyak.
- Doakan untuk Ev. Sindunata Kurniawan dalam memersiapkan rekaman-rekaman berikutnya yang direncanakan dalam bulan Juni 2017 agar judul-judul yang dipilih tepat untuk para pendengar.
- Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu:
001 – Rp 200.000,- untuk 2 bulan
006 – Rp 100.000,-
011 – Rp 150.000,-
JUDUL TERBARU
T486 D : LGBT IV (Temanku Gay)
T495 A : Anakku Gay (I)
T495 B : Anakku Gay (II)
T496 A : Uang dan Harta (I)
T496 B : Uang dan Harta (II)
T497 A : Cinta Uang (I)
T497 B : Cinta Uang (II)
T498 A : Mengapa yang Indah Berubah Jadi Buruk (I)
T498 B : Mengapa yang Indah Berubah Jadi Buruk (II)
T499 A : Tanda Pernikahan Sehat (I)
T499 B : Tanda Pernikahan Sehat (II)
T500 A : IA Sudah Menyiapkan Segala Sesuatunya
T500 B : Tetap Fokus dan Berimbang dalam Kesibukan
T501 A : Bertahan dalam Kebangkrutan
T501 B : Bertahan dalam Penderitaan
T502 A : Bahaya Pertemanan Online
T502 B : Menyikapi Berita yang Membanjir
T503 A : Tatkala Anak Lahir Tidak Sempurna
T503 B : Menghadapi Kematian Anak Bayi
T504 A : Merajut Hidup
T504 B : Kapankah Perlu Konseling?
T505 A : Ujaran Kebencian
T505 B : Spiral Kebencian
- 4051 kali dibaca