Hidup Tanpa Penyesalan Memilih Karier
Berita Telaga Edisi No. 114 /Tahun X/ Mei 2014
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK)
Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645
Email: telagatelaga.org
Website: http://www.telaga.org Pelaksana:
Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y.
Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Hidup Tanpa Penyesalan Memilih Karier
Ada peribahasa yang berbunyi, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga.” Kebanyakan kita berusaha untuk hidup sebaik mungkin supaya hidup tidak menyisakan penyesalan di hari tua. Namun pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang dapat melewati hidup tanpa penyesalan. Seperti tupai yang terjatuh, kita pun tersandung dalam satu dua hal sehingga mesti menanggung penyesalan di hari tua. Berikut akan dipaparkan pelbagai ruang dalam kehidupan yang kerap menyisakan penyesalan. Mudah-mudahan melalui refleksi ini kita dapat menghindar dari kesalahan serupa sehingga kita tidak harus menyisakan penyesalan dalam hidup.
Salah satu hal yang sering kali menjadi penyesalan kita di kemudian hari adalah pemilihan karier. Banyak di antara kita yang menyesalkan keputusan yang kita ambil—keputusan yang mengubah arah karier ke arah yang keliru. Masalahnya adalah pada saat kita memutuskannya, kita sungguh yakin bahwa itulah arah karier yang mesti kita tempuh. Waktu akhirnya membuktikan betapa kelirunya kita. Masalahnya adalah sumber daya dan waktu itu sendiri telah terbuang. Kita tidak bisa memutar jarum jam kembali.
Kendati ada banyak penyebab mengapa kita akhirnya mengambil arah yang keliru namun pada dasarnya satu penyebab yang acap kali mendasari kekeliruan adalah kita TERLALU BERSEMANGAT UNTUK MEMERBAIKI HIDUP. Nah, berikut ini akan dipaparkan beberapa penyebab mengapa kadang kita mengambil arah karier yang keliru.
INGIN CEPAT KAYA. Dengan bertambahnya penekanan pada materi dan keberhasilan finansial, makin banyak orang yang bermotivasi untuk mendapatkan lebih banyak uang dalam waktu sesingkat mungkin. Masalahnya adalah kadang kita bertindak gegabah. Begitu melihat peluang kita langsung menabraknya dan tidak mengindahkan rambu-rambu peringatan. Akhirnya kita menetapkan karier bukan atas kesukaan dan kesanggupan melainkan atas prospek uang yang dihasilkan. Bila arah karier itu memang sesuai dengan kesukaan dan kesanggupan, sudah tentu tidak apa. Namun bila tidak sesuai, akhirnya kita malah menuai masalah. Kita mungkin terseok-seok karena terlalu memaksakan dan tidak jarang, keputusan ini malah menjerumuskan keluarga ke lubang utang dan kebangkrutan. Walaupun arah karier ini sesuai dengan kesukaan dan kesanggupan, kita tetap harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan sebab segala sesuatu harus dipertimbangkan. Tidak tentu sesuatu yang baik adalah baik atau cocok untuk dilakukan.
INGIN CEPAT BERKEMBANG. Berbeda dengan motivasi “ingin cepat kaya,” keinginan untuk mengembangkan diri tidak selalu bermuatan finansial. Keinginan untuk cepat berkembang biasanya tumbuh dari kerinduan untuk memaksimalkan potensi yang ada. Kita tidak betah berada di posisi di mana kita berada sebab kita tidak dapat mengaktualisasikan kemampuan. Itu sebabnya kita berusaha untuk mencari kesempatan lain yang dapat memberi kita ruang untuk pengembangan diri. Kita harus bersikap bijaksana agar tidak menuai penyesalan di kemudian hari. Jangan tergesa-gesa melihat kesempatan yang terbuka sebab kita selalu harus memertimbangkan risikonya.
INGIN CEPAT BERSUMBANGSIH. Sumbangsih memang membuat kita merasa berguna dan berharga. Itu sebabnya ada orang yang berusaha ingin cepat memberi sumbangsih lewat kariernya. Masalahnya sumbangsih mesti sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan. Kadang karena ingin terlalu cepat bersumbangsih kita malah meninggikan diri dan menempatkan diri di atas orang lain. Padahal kita masih tergolong baru di bidang yang digeluti sekarang dan belum memiliki kesiapan untuk memberi sumbangsih kepada yang lain. Adakalanya kita pun menggebu memberi sumbangsih padahal tidak ada kebutuhan untuk itu. Alhasil sumbangsih kita tidak dihargai. Jadi, berilah waktu yang panjang untuk belajar dari pengalaman dan dari orang yang telah cukup makan asam garam di bidang yang kita geluti. Jangan cepat-cepat ingin mengajarkan orang lain, jadilah pelajar sebelum menjadi guru.
INGIN LARI DARI KEGAGALAN. Adakalanya kita memilih karier karena kita ingin lari dari kegagalan. Mungkin kita pernah mencoba melakukan sesuatu namun menemui jalan buntu. Akhirnya kita ingin lari dari kenyataan dan memilih karier lain sebagai jalan keluar dari masalah. Tidak jarang pemilihan karier seperti ini hanya seumur jagung namun dalam perjalanannya, korban dan kerugian berjatuhan.
INGIN MELAYANI TUHAN. Ada yang ingin melayani Tuhan namun tidak memerhitungkan konsekuensinya. Misalnya, ada yang merasa terpanggil untuk melayani namun pasangannya tidak memunyai panggilan yang sama. Sebagai akibatnya pasangan tidak dapat memberi dukungan yang dibutuhkan. Akhirnya kita mengalami kepincangan sebab pada dasarnya hanya kitalah yang terlibat pelayanan. Pasangan mengizinkan namun tidak mau terlibat. Ada banyak faktor yang mesti dipertimbangkan sebelum kita terjun ke dalam pelayanan. Tanpa persiapan yang matang, acap kali pelayanan membuahkan masalah dalam keluarga. Amsal 19:8 mengingatkan, “Siapa memperoleh akal budi mengasihi dirinya, siapa berpegang pada pengertian, mendapat pengertian.”
Agar dapat memilih karier dengan tepat kita mesti memertimbangkan hal-hal berikut ini :
KESUKAAN DAN KESANGGUPAN. Ada hal yang kita sukai namun belum tentu kita sanggup melakukannya. Sebaliknya, ada hal yang sanggup kita lakukan namun tidak kita sukai. Idealnya, kita memilih karier yang kita sukai dan sanggup lakukan. Seyogianya kita memilih karier yang kita sukai oleh karena karier menempati porsi yang besar dalam hidup. Jika kita tidak menyukai apa yang kita lakukan, akan sukarlah buat kita mengeluarkan usaha terbaik hari lepas hari.
KESIAPAN DAN KEBERHASILAN. Apa pun itu yang kita ingin kerjakan, kita mesti memersiapkan diri sebaik-baiknya. Mungkin kita harus menempuh pendidikan tertentu atau belajar dari orang lain terlebih dahulu. Setelah itu kita juga harus memertimbangkan prospek atau tingkat keberhasilannya. Ada kecenderungan bila kita sangat ingin memulai sesuatu kita akan berpikir terlalu positif seakan-akan keberhasilan sudah ada di tangan. Jadi, penting bagi kita untuk dapat melihat keduanya—tingkat keberhasilan dan kegagalan—sebab kemungkinan selalu ada dan kita harus siap.
KESEHATAN DAN KELUARGA. Kita juga mesti memertimbangkan dampak karier pada kesehatan dan keluarga. Jangan sampai karena karier kita malah merusak kesehatan—baik itu kesehatan jasmaniah atau rohaniah. Dalam hal pemilihan karier kita harus bersikap realistik. Bila kita menyadari bahwa kesehatan tidak mendukung, janganlah lakukan. Bila kesehatan terganggu, bukankah kerugian yang ditanggung—baik secara finansial maupun jasmaniah—tidaklah sebanding dengan pendapatan? Jadi, perhatikanlah dampak karier pada keluarga. Janganlah kita mengorbankan keluarga demi karier, sebab karier tidak selalu bersama kita tetapi keluarga akan selalu bersama kita.
KEADAAN DAN KEBUTUHAN. Terakhir dalam pemilihan karier, kita pun harus memertimbangkan keadaan. Kendati kita memunyai rencana yang baik dan sudah memersiapkan segalanya, namun kita harus selalu melihat keadaan di luar sana. Tidak selalu ide yang baik dapat berjalan mulus karena keadaan di luar tidak senantiasa mendukung atau siap menerima ide yang baik itu. Juga, kita harus bersikap realistik dalam memilih karier karena kita pun bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan. Kita tetap harus bekerja kendati kita belum mendapatkan apa yang kita dambakan. Kita tidak boleh duduk berpangku tangan menantikan datangnya pekerjaan yang diharapkan. Makin lama waktu menganggur, makin kecil peluang kita untuk menerima tawaran kerja sebab besar kemungkinan orang akan menilai kita malas. Jadi, bekerjalah. Lakukanlah apa yang bisa dilakukan.
Amsal 15:16-17, "Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan daripada banyak harta dengan disertai kecemasan. Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian." Kendati faktor uang adalah salah satu faktor penting dalam pemilihan karier, namun itu bukanlah faktor utama. Ada banyak hal lain yang mesti dipertimbangkan. Terpenting di antaranya adalah takut akan Tuhan. Jangan sampai kita memilih karier yang berisikan dosa atau membuat kita jatuh ke dalam dosa. Kita pun harus memerhatikan dampaknya pada orang di sekitar kita. Buat apa berlimpah ruah dengan harta, namun hidup sengsara tanpa kasih ? Buat apa memiliki rumah besar namun hampa kehangatan dan gelak tawa ?
Oleh : Pdt.Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T315
Doakanlah...
Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Bp. Handoko Wibowo, pimpinan radio STAR FM di Pandaan, sejumlah Rp 5.000.000,-.
Bersyukur untuk 1 artikel yang sudah selesai dikerjakan oleh Bp. Andrew A.Setiawan dan saat ini sedang diperiksa oleh Bp. Paul Gunadi. Tetap doakan untuk Ibu Lortha G.Mahanani yang berusaha menyelesaikan 1 artikel lagi pada awal bulan Juni 2014.
Bersyukur rekaman terbaru sudah bisa dikirim ke radio-radio yang telah menunggu untuk menyiarkannya.
Doakan untuk penyelesaian transkrip dan ringkasan dari rekaman yang dilakukan oleh Ev. Sindunata Kurniawan dan Bp. Hendra agar dalam bulan Juni 2014 sudah bisa dinikmati melalui situs Telaga.
Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :
001 – Rp 100.000,-
011 – Rp 150.000,-
015 – Rp 1.500.000,- untuk 3 bulan
Telaga Menjawab
Tanya?
Yth. Tim Pengasuh Program Telaga,
Sebagai seorang pemuda berusia 24 tahun yang ingin mengembangkan potensi diri untuk menggapai cita-cita, saya berusaha memasuki bidang kerja yang baru untuk menambah wawasan dan pengalaman saya. Saya pernah bekerja di satu perusahaan selama 3 bulan, kemudian pindah ke perusahaan lainnya dan bekerja selama 9 bulan. Saya sadar saya harus mematangkan diri dulu sebagai bekal agar dapat maju dan berkembang.
Setelah 3 bulan menganggur, saya mendapat pekerjaan baru dengan perjanjian lisan bahwa setelah lewat masa percobaan maka saya akan memperoleh penghasilan sesuai kesepakatan. Tapi setelah menjalaninya, ternyata tidak berjalan sesuai dengan perjanjian tersebut. Selain itu ada hal-hal yang membuat saya kecewa terhadap perusahaan, seperti direksi yang tidak seia sekata, pengabaian keluhan karyawan, tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan, bahkan saya merasakan ketidakadilan karena perusahaan tidak terbuka tentang pengelolaan keuangan perusahaan. Saya ingin keluar, namun masih teringat dengan alasan saya bekerja (mematangkan diri).
Apa yang harus saya perbuat sebagai anak Tuhan di tengah pertentangan hati saya ?
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Jawab!!!
Saudara terkasih di dalam Kristus,
Keputusan untuk meneruskan atau tidak meneruskan kerja dalam kondisi ini bergantung pada sejumlah faktor. Sudah tentu sebagai anak Tuhan kita harus memperjuangkan keadilan namun dalam kondisi kerja, adakalanya kita tidak berada di posisi dimana kita bisa membuat perubahan kebijakan. Itu sebabnya hamba Tuhan seperti Daniel dan teman-temannya harus hidup dan melayani raja yang lalim seperti Nebukadnezar tanpa dapat berbuat banyak untuk mengubahnya.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah berapa besar sumbangsih yang dapat saudara berikan bagi perusahaan. Bekerja merupakan sebuah kontrak dimana kedua belah pihak saling memberi; karyawan memberi tenaga dan keahlian, pemilik memberi imbalan upah. Kalau tidak lagi efektif dalam memberi sumbangsih, sesungguhnya pada saat itu kita tidak lagi dibutuhkan di tempat itu dan seyogyanya mengundurkan diri. Keinginan saudara untuk mematangkan diri termasuk dalam kategori ini. Walau berniat menimba pengalaman, namun saudara juga memberi sumbangsih. Menurut saya, faktor kepuasan batin karena dapat bersumbangsih berarti besar dalam penentuan keputusan ini. Kita juga harus mempertimbangkan faktor kepuasan batin dari suasana kerja atau relasi dengan sesama rekan dan pertimbangkan juga tentang faktor keuangan.
Semua perlu dipertimbangkan dan didoakan. Besar kemungkinan, di tempat lain pun saudara akan mengalami ketidakadilan atau ketidakpuasan namun dalam bentuk yang berbeda.
Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA
Judul Baru Telaga
T379A Penentu Keharmonisan Pernikahan (I)
T379B Penentu Keharmonisan Pernikahan (II)
T380A Melampaui Efisiensi
T380B Tatkala Tuhan Berkata ‘Tidak’
T381A Ketika Pasangan Tdk Bisa Melepas Selingkuhannya
T381B Tatkala Hidup berhenti dgn Tiba-tiba
T382A Suami yang Berkenan Kpd Allah (I)
T382B Suami yang Berkenan Kpd Allah (II)
T383A Pria dan Konflik Rumah Tangga
T383B Ayah yang mendidik dan Mendisiplin
T384A Peran Iman dlm Pengambilan Keputusan (I)
T384B Peran Iman dlm Pengambilan Keputusan (II)
T385A Profil Pelaku Kekerasan dlm Rumah Tangga (I)
T385B Profil Pelaku Kekerasan dlm Rumah Tangga (II)
T386A Masa Tua Tidak Selalu Indah (I)
T386B Masa Tua Tidak Selalu Indah (II)
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 3837 kali dibaca