Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pdt. Dr. Paul Gunadi

Kehilangan Makna Hidup

Kehilangan makna hidup dapat terjadi akibat hilangnya pekerjaan, disilusi dengan hidup (kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diharapkan), kesulitan hidup dan hilangnya orang terdekat.seperti pasangan, orang tua, anak dan sahabat. Makna hidup sejati berasal dari Tuhan dan hanya dapat diberikan kepada kita lewat iman dan ketaatan kita kepada-Nya. Apapun yang terjadi, teruskan hidup, tambahkan iman dan pertebal ketaatan. Makna hidup lahir dan bertumbuh dalam ketaatan kepada Tuhan.

Mendapatkan Makna Hidup

Makna hidup diberikan dan dicari. Untuk mengetahui makna hidup kita harus kembali pada Firman Tuhan Sang Pencipta. Dari Firman Tuhan kita dapat mengetahui bahwa Tuhan menciptakan dan menempatkan kita di dunia untuk membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Kita ada di dunia untuk untuk kita tapi untuk Tuhan. Apapun yang kita lakukan dan pilih, semua harus membawa rasa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan.

Menghadapi Remaja yang Pemarah( II)

Beberapa hal lain yang menyebabkan anak pemarah adalah ia menyerap banyak kemarahan dalam keluarga, ia menjadi bulan-bulanan teman-temannya, akibat pengaruh lingkungan, keterbatasan pada dirinya yang membuatnya merasa minder. Kita hanya dapat menolong anak berdamai dengan kekurangan pada dirinya, menghargai kebisaannya, menghargai kelebihan teman dan bergembira dengan mereka. Diharapkan lambat laun anak akan lebih tenang dan surut dari kemarahannya.

Menghadapi Remaja yang Pemarah( I )

Anak tumbuh menjadi pemarah karena beberapa hal sejak lahir seperti cenderung tidak sabar, cenderung kaku, memunyai emosi yang kuat dan ekspresif dan ada juga yang berkebutuhan khusus. Apa pun kondisi anak, ia tetap masih dapat belajar bersabar, karena itu sebagai orang tua kita harus terus mendidik anak untuk bersabar dan mengendalikan amarahnya.

Pengaruh Perlakuan Orang Tua pada Pernikahan Anak

Perlakuan apapun yang kita terima dari orang tua, akan melahirkan sikap tertentu pada diri kita terhadap pasangan nikah. Jika kita menerima kasih setia dari orang tua, kita pun cenderung member kasih setia pada pasangan. Jadi jika kita ingin agar anak memunyai relasi yang sehat dengan pasangannya, perlakukan anak dengan baik dan peliharalah relasi yang sehat dengannya. Inilah modal dan bekalnya untuk masuk dalam pernikahan.

Prinsip Tabur-Tuai Dalam Membesarkan Anak

Ada banyak hal yang akan diserap oleh anak lewat relasinya dengan kita, orang tuanya. Apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Kadang kita beranggapan bahwa anak akan mengembangkan karakter lewat pengalaman hidupnya. Sudah tentu pengalaman hidup akan menempa dan membentuk karakter tapi sebelum pengalaman hidup menjadi guru bagi anak, didikan kitalah yang membentuk karakter anak. Jika kita terus mengingatkan anak akan yang baik dan benar serta menyenangkan hati Tuhan, pada masa dewasa ia akan mengingat didikan kita.

Tetap Orang Tua Walau Sudah Tua(II)

Beberapa masalah lainnya adalah masalah dalam pernikahan anak, kepedulian anak terhadap kita orang tuanya, ketidakharmonisan hubungan dengan kakak dan adiknya, kesulitan ekonomi, sakit penyakit baik itu secara fisik maupun kejiwaan. Pada waktu muda kita masih kuat, kita menyelesaikan masalah yang muncul. Pada saat tua yang tersisa adalah iman dan hikmat yang keluar dari tempaan hidup. Kita tidak lagi bersandar pada kekuatan sendiri tapi pada hikmat dan pemeliharaan Tuhan. Inilah keindahan kita pada usia tua.

Tetap Orang Tua Walau Sudah Tua( I )

Pada waktu anak masih kecil, kita membuat rencana untuknya dan untuk diri kita namun tidak selalu rencana dan angan-angan itu menjadi kenyataan. Beberapa masalah yang timbul setelah anak menjadi dewasa adalah pilihan studi dan karier, pilihan pasangan hidup, pilihan iman kepercayaan, pilihan gaya hidup dan nilai moral, relasi dengan menantu dan besan. Berserahlah pada keputusan Tuhan. Biarlah Ia menentukan hidup anak kita. Tugas kita membesarkan anak sesuai jalan Tuhan.

Mendengarkan Sebelum Didengarkan

Pada umumnya kita ingin didengarkan ketimbang mendengarkan, namun jika ingin berhikmat kita mesti mendisiplin diri untuk mendengarkan. Makin banyak kita mendengarkan, makin bertambah pengetahuan kita akan permasalahan, makin lega lawan bicara kita. Mendengarkan menambah hikmat karena kita masuk ke alam pikiran orang dan mencoba untuk memahaminya. Mendengarkan juga erat hubungannya dengan kerendahan hati. Kerendahan hati adalah langkah menuju hikmat. Jadikanlah mendengarkan sebagai gaya hidup bukan sekadar keterampilan. Makin kita mendengarkan-Nya, makin kita berhikmat.

Berbuat Sebelum Berkata

Jika ingin didengarkan dan dihargai kita mesti membuktikan lewat perbuatan nyata. Makin berbuat atau menaati Firman Tuhan, makin berhikmat. Pemahaman akan Firman Tuhan menyebabkan kita semakin mengerti menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadikanlah Firman Tuhan sebagai prioritas hidup. Hikmat yang diperoleh lewat Firman Tuhan tidak didapat lewat teori, hikmat baru merekah bila Firman dilakukan secara konsisten. Orang yang berhikmat baru berkata banyak setelah mengalaminya sehingga perkataannya lebih berbobot.

Halaman

Berlangganan RSS - Pdt. Dr. Paul Gunadi