Telat dan Satu Jam

Versi printer-friendly
Oleh: Betty Tjipta Sari

"How late will you come? We will meet at one hour, is it okay?"

Waktu aku baca pesan itu aku bertanya-tanya maksud dia menanyakan jam berapa aku datang atau menanyakan berapa lama aku bakal terlambat. Jadi aku pun jawab, "I will come on time at 1 PM. But do we need to meet for an hour? I think it will be a short meeting".


Dia pun menjawab, "Yes, it will be short"

Hmm.. tampaknya aku tidak menangkap 100% maksud teman saya tadi yang adalah orang Belanda. Baru setelah saya belajar Bahasa Belanda, saya mengerti bahwa teman saya tadi menerjemahkan Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Inggris harfiah. Karena dalam Bahasa Inggris kita biasa bertanya dengan kalimat, "What time will you come?" sementara dalam Bahasa Belanda "Hoe laat zal jij komen?" (Jam berapa kamu datang?) dan dalam Bahasa Inggris kita mengatakan "We will meet at 1 o’clock" sementara dalam Bahasa Belanda "We zullen om 1 uur ontmoeten" (Kita akan bertemu jam 1). Tapi kalau diterjemahkan per kata, hoe=how, laat=late, dan uur=hour.


Kita memang bisa saja berbicara dalam bahasa yang sama, dengan kata-kata yang sama-sama kita tahu, tapi mengekspresikan kata-kata dengan cara berbeda, dan akhirnya menjadi salah paham. Hal yang sederhana, tapi perbedaan sederhana ini dapat berujung pada kesalahpahaman dan mungkin konflik. Namun seringkali kita tidak menyadari hal ini. Kita sering berpikir bahwa orang pasti akan mengerti maksud kita karena kita berbicara dengan bahasa yang sama. Padahal berbicara dengan bahasa yang sama bukanlah jaminan untuk membangun komunikasi yang baik. Perbedaan budaya atau jenis kelamin membuat kita memakai kata-kata yang sama dengan cara yang berbeda. Kata bisa sama, tapi ekspresi berbeda.


Coba bayangkan seandainya kita memakai kata yang sama tapi dari dua bahasa yang berbeda. Misalnya kata ‘slim’ dalam bahasa Inggris berarti langsing, tapi dalam bahasa Belanda berarti cerdas, atau kata ‘fine’ dalam Bahasa Inggris yang artinya tidak apa-apa, dan kata ‘fijn’ (bunyi yang sama) dalam Bahasa Belanda yang artinya sangat baik/very nice. Kalau kita mengatakan, "That’s fine" artinya kita oke-oke saja sementara dalam Bahasa Belanda, "Dat is fijn"adalah ekspresi bahwa kita sangat menyukai. Nah, bayangkan kita sedang pergi di malam hari dengan seorang teman yang hanya mengerti bahasa Belanda dan berjenis kelamin berbeda dengan kita, dan tiba-tiba di tengah jalan hujan, lalu dia bilang bahwa dia lupa bawa payung. Lalu kita bilang "That’s fine", dan kita lanjutkan dalam Bahasa Belanda "Ik hebeen paraplu" (Aku punya sebuah payung). Maka dia akan melihat kita dengan wajah kaget dan bertanya-tanya apa maksud kita, mengapa kita begitu suka dia tidak membawa payung.


Kalau kita bisa salah mengerti maksud manusia yang terlihat, kita pun bisa salah mengerti Tuhan, karena kemampuan Bahasa manusia yang terbatas. Jadi kita tidak boleh sok tahu tentang Tuhan. Tahu tentang Tuhan adalah proses pertumbuhan dan bukan sekedar pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dari bahasa manusia tidak akan cukup untuk menjelaskan siapa dan bagaimana Tuhan. Pengenalan melalui relasi dan pengalaman berjalan bersama Tuhan lah yang membuat kita mengerti tentang bagaimana dan siapa Dia serta apa maksud-Nya bagi kita. Itu pun bukan proses yang pendek, melainkan proses yang panjang. Bagiku, ini justru pengalaman yang menarik dan penuh petualangan; pengalaman berjalan bersama Tuhan di negeri kincir angin.


"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" (Lukas 14:27)