Mewaspadai Kegiatan Pergaulan Anak dengan Berkomunikasi

Versi printer-friendly

Ditulis oleh: Pdt Yusak Timothy,M.Th

Mewaspadai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berlaku waspada terhadap; memerhatikan dengan waspada, sedangkan curiga memiliki arti: berhati-hati atau berwaswas (karena khawatir, menaruh syak dan sebagainya). Mewaspadai memberikan makna yang positif yang disertai tindakan sedangkan curiga memberikan makna yang negatif tanpa tindakan. Sepintas seakan-akan memiliki arti yang hampir sama, namun setelah diamati ternyata makna dari kedua kata tersebut, begitu jauh bedanya.

Sebagai alasan utama orangtua perlu mewaspadai kegiatan dan pergaulan anak adalah disebabkan terlalu banyak pengaruh yang tidak memenuhi tolok ukur dan ajaran Alkitab, tidak bedanya dengan kondisi orang Israel di zaman Hakim-Hakim, melakukan apa yang mereka anggap baik, namun tetap masih tidak memenuhi tolok ukur dari Tuhan, karena apa yang mereka anggap baik adalah jahat di mata Tuhan. Oleh sebab itulah, orangtua perlu mewaspadai kegiatan dan pergaulan anak agar mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merusak pola pikir mereka yang masih belum terfondasi dengan pengajaran yang berlandaskan Firman Tuhan. Bagaikan sebuah bangunan yang fondasinya kurang dalam, akan mudah roboh, bila diterpa badai tentunya.

Tuhan memercayakan orangtua untuk menjadi arsitek jiwa bagi anak kita, dan sebagai orangtua harus dapat menata jiwa anak dengan membangun fondasi iman anak yang teguh melalui berbagai sarana seperti ibadah keluarga, terbiasanya anak membaca firman Tuhan dan berdoa sejak dini, agar anak terlatih bagaikan prajurit yang tangguh dan mampu melawan senjata tipu muslihat iblis.

Di era pasca modern ini begitu banyak komunitas yang menggunakan berbagai ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab untuk memengaruhi banyak orang dengan falsafah dan pengajaran yang telah diselewengkan namun terdengar seakan-akan masih sama dengan ajaran Alkitab dan sesungguhnya pada dasarnya beda seperti antara langit dan bumi. Alkitab menekankan bahwa orang percaya hanya boleh menyembah Allah saja dan karunia keselamatan hanya diperoleh atas kasih karunia tanpa disertai perbuatan baik bentuk apa pun, komunitas pasca modern dan era zaman baru menekankan boleh menjadikan bentuk lain sebagai sesembahan selain Allah dan keselamatan tidak semata-mata karunia tapi juga bisa diperoleh dengan berbagai bentuk perbuatan baik, bahkan secara drastis mereka berusaha memutarbalikkan yang dikehendaki Tuhan yaitu memengaruhi anak untuk menjadikan iblis sebagai objek sesembahan melalui okultisme bukan Allah, seperti yang diungkapkan Johana Michaelsen berikut ini :

-Kita sedang tanpa sadar membesarkan generasi anak-anak untuk menjadi paranormal, tukang sihir, perantara roh dan ahli okultisme atau minimal menjadi pengikut mereka yang setia - generasi anak-anak yang tidak memiliki nilai kepastian, tidak ada benar atau salah, tidak ada moral, tidak ada kesetiaan kepada pemerintah dan keluarga. Angkatan anak-anak sedang dibentuk dengan sangat hati-hati untuk memercayai, bahwa Kekristenan adalah agama yang telah mati, hampa dan sudah tidak relevan, kolot dan berwawasan sempit; agama yang perlu dihindari dan dicemooh karena menghalangi datangnya era baru yang hebat dalam hal -- keharmonisan -- dan -- kesatuan -- serta -- kedamaian -- sedunia.

Kita memiliki generasi anak-anak yang sedang diprogram secara saksama dan sistematis untuk memahami arti pentingnya suatu mata uang tunggal, pemerintahan tunggal, aturan tunggal, dan satu agama tunggal untuk seluruh dunia. Dengan prototipe nyata berupa Uni Eropa yang diperkirakan bukan saja menyaingi negara adi daya seperti Amerika tetapi bahkan mengalahkannya. Anak-anak yang diincar ini segera akan tumbuh dewasa, dan pada saat yang tepat nanti secara naluriah akan memahami pentingnya melakukan persiapan pribadi menurut cara Lucifer untuk memasuki era Baru- ( Johana Michaelsen,2001:10-11).

Oleh karena relasi dan jalinan hubungan antarpribadi dalam komunikasi keluarga membawa dampak yang luar biasa bagi setiap anggota keluarga di masa mendatang, baik untuk ayah dan ibu alias orangtua juga anak tentunya seperti ungkapan berikut :

-Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan. Pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang memengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Komunikasi antar pribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegasan, bisa jadi meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terserang stroke, hipertensi dan berbagai penyakit lainnya. Sebaliknya pasangan suami-istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi. Uraian ini menunjukkan, bahwa manusia tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya, kita memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pasti dapat dikatakan bahwa kita memerlukan hubungan antarpribadi.- (Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos,Msi, 2006:266-267).

Sebagai orang tua juga harus mewaspadai anak anak kita dari gadget, jangan izinkan anak kita memegang gadget tersebut sebelum mereka berada di SMU atau kuliah, karena bisa membawa pengaruh buruk pada anak kita yang masih kecil meski sudah di SD atau SMP. Di era modern seperti sekarang ini iblis sedang giat-giatnya menggunakan alat teknologi memengaruhi anak-anak kita yang belum mengerti akan fungsi gadget.