Kebahagiaan Keluarga dan Mengampuni

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T326B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Mengampuni merupakan karakter utama Allah yang dinyatakan lewat kematian Yesus, Putra Allah. Mengampuni seyogianya menjadi karakter utama kita pula, anak-anak Allah. Keluarga didirikan di atas cinta namun dipelihara melalui pengampunan. Tanpa pengampunan, keluarga akan runtuh sebab dendam tidak dapat berjalan bersama keluarga. Ulasan tentang makna dari mengampuni akan dibahas dalam bagian ini.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Mengampuni merupakan karakter utama Allah yang dinyatakan lewat kematian Yesus, Putra Allah. Mengampuni seyogianya menjadi karakter utama kita pula, anak-anak Allah. Keluarga didirikan di atas cinta namun dipelihara melalui pengampunan. Tanpa pengampunan, keluarga runtuh sebab dendam tidak dapat berjalan bersama keluarga.

Marilah kita belajar tentang mengampuni lewat Markus 11:20-26.
  1. Tuhan Yesus mengutuk pohon ara itu sebab Ia ingin mengajarkan sesuatu kepada para murid-Nya yaitu tentang iman pada Allah yang Maha Kuasa. Yang menarik adalah, begitu selesai, Ia langsung mengaitkannya dengan hal mengampuni.
  2. Penghubung di antara dua pelajaran ini—iman pada Allah yang Maha Kuasa dan mengampuni—adalah pelajaran tentang berdoa. Tuhan menyediakan kuasa-Nya yang tak terhingga buat kita anak-anak-Nya. Untuk menerima kuasa itu, kewajiban kita hanyalah berdoa. Namun, sebelum berdoa kita harus membersihkan diri dari dendam. Tuhan mengundang kita untuk masuk menjadi bagian dari kehidupan sorgawi dan syarat untuk masuk adalah kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita terlebih dahulu.
  3. Begitu tegasnya Tuhan memerintahkan kita untuk mengampuni sebab pada ayat 26, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Allah hanya akan memberi pengampunan bila kita mengampuni sesama kita. Singkat kata, kita hanya akan dapat menjadi anak-anak Allah dan menikmati berkat sepenuhnya jika kita mengampuni.
Sekarang marilah kita melihat makna dari mengampuni.
  1. Mengampuni berarti, kita tidak membalas. Dengan kata lain, kita melepaskan hak untuk membalas. Respons alamiah tatkala disakiti adalah balas menyakiti. Seakan-akan kita meyakini bahwa hanya dengan membalas sajalah, maka luka di hati akan berkurang. Memang, tatkala membalas, luka di hati berkurang sebab kita merasa puas. Masalahnya adalah, puas tidak sama dengan mengampuni. Puas setelah membalas hanyalah membuat relasi kita sebagai ajang pertandingan atau pertempuran. Mengampuni menyelesaikan pertempuran dengan tuntas.
  2. Mengampuni berarti kita menyerahkan orang yang bersalah itu kepada Tuhan. Kita percaya bahwa Tuhan akan berhubungan langsung dengannya. Betapa besar keinginan kita untuk terus mengoreksi orang yang bersalah kepada kita. Kita ingin terus memastikan bahwa ia tidak akan pernah mengulang perbuatannya lagi. Mungkin kita berusaha mengontrol ruang geraknya atau memantau tindakannya seketat mungkin. Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa semua upaya ini sia-sia sebab jika ia mau mengulang perbuatannya, ia pasti akan dapat melakukannya. Jadi, serahkanlah ia ke tangan Tuhan; biarlah Tuhan membentuknya.
  3. Mengampuni berarti kita menyediakan diri menjadi saluran kasih dan kemurahan Tuhan. Dengan kata lain, kita menjadi bukti nyata bagi orang itu bahwa Tuhan telah mengampuninya. Kita hanyalah saluran kebaikan Tuhan kepadanya. Tatkala kita merasa tidak sanggup mengampuni, ingatlah bahwa kita hanyalah saluran kasih dan pengampunan Tuhan. Bersedialah menjadi penerus kasih dan pengampunan Tuhan kepadanya.
Kesimpulan :
Di dalam pernikahan dan keluarga kesalahan terjadi dan dosa diperbuat—baik disengaja atau tidak. Sebagai akibatnya, hati terluka. Mengampuni mesti diberikan sebab jika tidak, relasi akan putus. Kita hanya akan dapat menikmati kehidupan sorgawi dan semua berkat Tuhan untuk pernikahan dan keluarga bila kita mengampuni. Inilah dasar doa orang Kristen.

Comments

Syalom. saya ingin sharing ttg keluarga saya. saya masih saja bekum bisa melupakan kesalahan yang dilakukasuami saya di masa lalu, yaitu sebelum kita masuk dlam pernikhan dia mempunyai pacar, tapi saya tidak tau menau, ternyata mereka sudah dekat, bahkan keluaga mereka pu, dan bahakan sudah membangun bisnis bersama, tapi saya mmg tdk tau apa2. ketika kita mengambil langkah utk menikah barulah semuanya terbongkar, jjur hati sy sakit. saya masih merasa apa suami saya terpaksa menikah dgn saya. sekarang jarak kami terpisah, saya tinggal sama org tua karna dia kerja dijauh, saya pengen kita sama2 tapi di sisi lain saya juga ingin selesaikan studi saya. saya bingung mau pilih yang mana, saya sllu brdoa mnta Tuhan brikan sya hikmat. mohon berikan saya solusi . Tuhan Yesus Memberkati

Ibu Niny Tumbel, Pertanyaan ibu mirip dengan surat yang dikirim oleh Ibu Gladys Tumbel dan telah dijawab tgl. 8 Mei yl. Apakah sudah ibu terima jawabannya ? Salam : Tim Pengasuh Program Telaga

iya. saya belum terima jawaban nya. makanya saya bikin yang baru karna saya pikir koq belum di jawab juga. Trima Kasih

Jawaban dari kami tgl. 8 Mei yl. adalah sbb.: Terima kasih sudah bersedia berbagi dengan kami. Namun sebelum kami memberikan pertimbangan jika tidak keberatan, kami ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kehidupan pernikahan Ibu Gladys. Sejak kapan suami bekerja di Jakarta dan seberapa sering suami pulang ke Manado untuk bertemu dengan keluarga ? Apakah tidak memungkinkan untuk sama-sama tinggal di Jakarta bersama suami ? Maksud kami apakah tidak ada rencana bagi suami untuk meniti karier di Jakarta dan keluarga bisa dibawa ke Jakarta ? Apakah di Manado suami bisa berkarier secara maksimal ? Kemudian berkaitan dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, apa sesungguhnya yang ibu rasakan ? Apakah ibu masih merasa cemburu dengan pacar lama suami ? Mengapa ibu masih merasa cemburu ? Apakah mereka masih berhubungan dan ibu benar-benar pernah melihat mereka masih menjalin hubungan ? Mengapa ibu merasa bahwa suami terpaksa menikah dengan ibu ? Apakah ada suatu kejadian sebelum pernikahan sehingga akhirnya suami terpaksa menikah dengan ibu ? Demikian beberapa hal yang kami sangat ingin dengar dari ibu. Terima kasih atas kesediaannya berbagi dengan kami. Salam : Tim Pengasuh Program Telaga

suami saya setahun kerja disana, sebelumnya kami memang sama2 di jakarta tapi karena saya punya anak, saya pengennya sama orang tua dulu. sebenarnya kita juga punya rancana untuk sama2 di jkarta, tapi di lain sisi saya pengen nerusin kuliah saya, saya juga bingung mau gimana,saya terlalu takut untuk di masa depan nanti.suami saya juga gak mau kerja di manado biar kita bisa sama2 dan saya bisa nerusin kuliah,mumpung ada orang tua yang bisa jgain aak kami. ya saya masih merasa cemburu, jujur saya belum bisa melupkan kesalahan yang suami saya buat,yaitu tdk jujur. saya tdk tau kalo mereka masih berhubungan atau tdk, tapi sebelum saya balik menado,mreka udah gk lagi punya hubungan, tapi saya selalu brpikir positif smenjak sya d menado dan dia disana. mungkin saja dia bisa terpaksa menikah dengan sayakarna sebelum kami menikah saya udah hamil, tapi jujur saya tdk tau ttg dia punya pacar sebelum kami menikah. kami prnah brtengkar dan saya prnah ngomong kalo kamu trpksa nikah sm saya lbih baik hubungan kita gk usah diterusin krn saya yg akn skit hati, tapi waktu itu juga dia sampe sumpah2 kalo dia gk terpaksa dan dia bner2 syg sm aku. kdang ketika saya masuk greja saya bdoa nagis sm Tuhan sy bilang Tuhan sy tau perceraian dimata Engkau adlah dosa tpi bgaimna mau mnjalin suatu hubunga tapi begini. Tuhan apa saya yang belum bisa lupakan semua itu atau dia yang gak sayang. sbelumnya trima kasih udah mau denger curahan hati saya. Tuhan Berkati

Menjumpai ibu Gladys, Sekali lagi kami berterima kasih ibu Gladys sudah bersedia berbagi beban pergumulan bersama kami. Setiap keputusan yang diambil oleh seseorang harus disertai dengan tanggung jawab dan pengorbanan. Demikian juga yang ibu Gladys alami saat ini. Ibu telah mengambil keputusan untuk menikah dengan suami karena ibu telah hamil terlebih dahulu. Sebenarnya kehamilan sebelum menikah tidak harus diselesaikan dengan pernikahan. Jika memang belum siap untuk menikah, dapat diambil tindakan untuk tidak terburu-buru menikah. Ibu Gladys bisa mengandung dan melahirkan anak itu lalu mencari orang tua yang ingin mengadopsi atau menghubungi lembaga adopsi. Atau, pilihan terakhir adalah merawat dan membesarkan anak itu sendiri. Semua pilihan ini memang memerlukan pengorbanan. Pilihan ibu Gladys untuk menikah tentu saja bukan keputusan yang salah karena ibu dan suami sudah berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang terbaik. Namun harus diingat bahwa semua itu memerlukan pengorbanan, mungkin termasuk perkuliahan yang kandas. Sekarang ibu Gladys bukan lagi sendiri, ada suami dan seorang anak yang Tuhan karuniakan. Walaupun anak itu lahir bukan rencana anda berdua, tetapi kelahiran anak itu direncanakan oleh Allah. Allah dapat menggunakan pelbagai cara untuk membawa seorang anak lahir ke dalam dunia. Sudah tentu, bukan berarti bahwa semua cara adalah cara yang diperkenankan Tuhan. Tidak! Sebagaimana yang terjadi pada ibu Gladys, kendati kehamilan itu sendiri adalah dosa namun anak yang dikandung berada dalam kehendak Allah. Roma 8:28 memberi kita kejelasan akan cara kerja Allah yang sempurna, di mana Dia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya. Sebagai pasangan suami suami istri, ibu Gladys bersama suami mempunyai tanggung jawab yang baru. Pertama, membangun kehidupan rumah tangga agar kehidupan suami istri semakin harmonis. Memang Alkitab mengatakan bahwa Allah memberikan pasangan yang sepadan. Sepadan artinya cocok dengan pasangan. Namun kecocokan itu tidak terjadi begitu saja, butuh usaha masing-masing pasangan untuk mencocokan diri. Dr. Archibald Hart mantan dekan fakultas Psikologi di Fuller Seminary, di California mengemukakan teorinya bahwa kedua orang yang menikah sesungguhnya memulai pernikahan dengan ketidakcocokan, dengan berjalannya waktu masing-masing belajar mencocokkan diri akhirnya berhasil hidup harmonis. Mustahil bagi pasangan suami istri menjadi pasangan yang sepadan tanpa interaksi langsung setiap hari. Menjalani kehidupan suami istri jarak jauh sulit untuk membangun cinta bersama suami. Kalau di masa pacaran, ibu Gladys “jatuh cinta”, maka sekarang setelah menjadi suami istri harus membangun cinta. Seiring berjalannya waktu, perasaan cinta terhadap pasangan itu bisa memudar. Oleh sebab itu perlu membangun cinta melalui kedekatan keduanya. Selain itu kehidupan jarak jauh itu banyak godaannya. Jangan memberi celah kepada Iblis. Tanggung jawab selanjutnya adalah membesarkan anak bersama suami. Ingat, tugas membesarkan anak bukan tugas ibu Gladys sendiri atau bisa dibebankan kepada orangtua ibu Gladys, tetapi tugas ibu bersama suami. Sudah saatnya untuk tidak berpikir ke belakang lagi tetapi berpikir ke depan. Jangan biarkan perasaan cemburu terus berkecamuk sehingga menimbulkan kecurigaan yang tidak membangun. Begitu juga dengan rencana kuliah. Mungkin hal itu perlu dipertimbangkan lagi demi pertumbuhan anak dan keharmonisan hubungan suami istri. Jangan menyelesaikan masalah dengan cara menciptakan masalah baru. Demikian pertimbangan yang dapat kami berikan, doa kami, kiranya Tuhan memberikan hikmat untuk mengambil keputusan yang terbaik. Salam : Tim Pengasuh Program Telaga.

Syalom. terima kasih untuk jawabannya,saya merasa di berkati. disini saya ingin kembali bertanya. saya juga ingin kami bersama tapi kembali lagi pada faktor "ekonomi" saya selalu berdoa pd Tuhan, sy sllu ktkan bahwa saya rindu pd suami saya,apa Tuhan mndgr doa saya? dn apa suami saya mersakan hal yang sama ? apa selama dia dsna dia tdk macam2 ? kenapa ketika saya selalu berusaha berpikir positif kenapa juga pikiran negatif saya selalu menguasai pikiran saya, entah itu ketika saya marah saya selalu ungkit masa lalu,cemburu,atau ketika saya marah saya selalu mengatakan "kalo kamu udah gak mau saya lagi,ya udh,gk usah" apa itu salah ? bgaimna agar saya dpt menguasai pkiran saya ? saya ingin sekali bercerita banyak dgn suami saya,apa dia juga demikian ? apa pd saat dia ingin berhubungan dia tdk mncari yg " macam2 ?" komunikasi saya dan suami saya hanya sekedarnya saja, ketika dia di kantor saya hanya sms "hati2.jgn lupa mkn,ilv u", setelah itu komunikasi lagi dia plg kantor,itu pun hanya sbentar,hanya menyakan keadaan anak kami,pdahal saya ingin lebih,saya ingin komunikasi yang mesra meskipun kita jauh.tapi lama-kelamaan saya terbiasa dgn komunikasi ini. apa itu wajar? apa itu baik? saya ingin sekali brcrita pd se2org tentang masalah saya,tapi sya takut mreka beri saya msukkan yg malah merugikan keluarga saya. tapi dibalik ini semua saya selalu bersyukur bahwa dgn keadaan seperti ini dimana Tuhan mngajrkan saya arti "SABAR" Trima Kasih Tuhan Yesus memberkati

Menjumpai ibu Gladys, Memang tidak dapat disangkal bahwa faktor ekonomi menjadi alasan suami istri tinggal berjauhan. Namun harus diingat bahwa komitmen pernikahan yang diucapkan dihadapan Tuhan dan jemaat termasuk di dalamnya masalah ekonomi, di mana dalam keadaan susah atau senang kalian berjanji untuk tetap setia. Lain halnya jika pekerjaan suami seperti pelaut yang harus berlayar sampai berbulan-bulan. Karena itu pertimbangkan baik-baik akan hal ini. Dengan tetap berjauhan, tentu pikiran negatif akan lebih menguasai ketimbang pikiran positif. Apalagi dengan komunikasi yang semakin jarang dan dangkal. Kehidupan suami istri membutuhkan komunikasi yang mendalam, komunikasi dari hati ke hati. Komunikasi itu bukan sekedar berbicara, tetapi suatu komunikasi kasih yang lebih dari sekedar berbicara. Sentuhan fisik juga merupakan bentuk komunikasi yang penting untuk dilakukan oleh suami istri. Komunikasi yang mendalam akan menumbuhkan rasa cinta semakin dalam. Kurangnya komunikasi dari hati ke hati justru membuat cinta semakin memudar. Kami berharap ibu Gladys tidak salah memahami situasi ini. Tuhan bukan sedang mengajar ibu Gladys tentang kesabaran. Justru ibu Gladys harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah ini sebelum terlambat. Pernikahan ibu Gladys harus segera diselamatkan demi janji setia yang pernah diikrarkan. Pernikahan tidak dapat dijalankan hanya dengan “mengalir” begitu saja. Sebagaimana keselamatan harus dikerjakan dengan “takut dan gentar”, demikian juga pernikahan. Demikian pertimbangan dari kami. Kami pun berharap Ibu bisa menghubungi kami di No. Hp salah satu konselor kami, sehingga ibu Gladys bisa bicara langsung dengan konselor kami, dan permasalah Ibu bisa segera terselesaikan di nomor Simpati 081354766127 dan Mentari 081543115263.Terima kasih. Tim Pengasuh Program Telaga