Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Wulan, S.Th. akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini berjudul "Transformasi Karakter", kami percaya acara ini pasti akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, perbincangan kali ini kita beri judul yang mungkin agak asing bagi sebagian pendengar dan kita sendiri, transformasi karakter sebenarnya apa itu Pak Paul?
PG : Begini Pak Gunawan, yang melatarbelakangi topik ini adalah sebuah pertanyaan yaitu mengapakah kita ini sukar berubah. Bukankah kita sebagai orang percaya kita sudah menerima Yesus sebagai uhan kita, kita mengundangnya masuk menjadi Tuhan dalam hidup kita dan kita meyakini firman Tuhan yang diambil dalam 2 Korintus 5:17 yang berbunyi: jadi siapa yang ada di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Nah pertanyaannya adalah kenapa ciptaan yang baru itu lama datangnya. Kita yang lama masih terus bercokol, jadi itu sebabnyalah pada saat ini kita mengangkat topik bagaimanakah caranya mengubah atau menstranformasi karakter kita sewaktu kita sudah menjadi percaya.
GS : Pengertian karakter itu sama atau tidak dengan sifat itu Pak?
PG : Sama, jadi memang ada beberapa istilah yang digunakan untuk makna yang sama ya bisa itu sifat, bisa itu kepribadian dan bisa itu karakter.
WL : Pak Paul waktu menyebutkan di II Korintus 5:17 itu saya ingat masa ketika saya baru lahir baru ya itu salah satu ayat hafalan saya yang benar-benar wah saya ingat sekali, tapi sekaligus membuat saya frustrasi. Di rumah saya masih sering marah-marah Pak Paul. Di rumah misalnya sedang menghadapi apa yang tidak menyenangkan saya misalnya konflik dengan orang tua atau apa begitu terus saya jadi berpikir kenapa saya kok tidak berubah, katanya kita sudah ciptaan baru dan itu juga suka disindir di rumah atau teman atau siapa, pusing kepala juga Pak Paul, jadi kaitannya bagaimana Pak Paul, bisa tolong jelaskan?
PG : Yang pertama ini Bu Wulan, kita mesti jelas dulu waktu kita membicarakan tentang perubahan. Sebetulnya perubahan apakah yang memang sewajarnya terjadi dalam diri kita setelah kita menjadi rang percaya.
Ayat yang akan saya ambil adalah ayat di
Roma 12:2 ini menjadi dasar diskusi kita. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Firman Tuhan berkata berubahlah oleh pembaharuan budimu. Nah kata budi sebetulnya berasal dari kata pikiran, dengan kata lain perubahan seharusnya terjadi di daerah rasional atau di daerah sudut pAndang, cara melihat situasi atau cara bersikap, cara memberikan reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Nah pola pikir itulah yang seharusnya berubah, jadi waktu tadi ibu Wulan berkata pada masa-masa awal setelah pertobatan ibu juga tetap bergumul dengan sifat yang sama dan sebagainya, nah sebetulnya dalam pengertian ini Ibu Wulan, reaksi-reaksi marah itu, emosi-emosi tersebut sesungguhnya adalah efek atau buah dari cara pAndang. Karena asumsinya, begitu cara pAndang berubah maka emosi yang menyertai cara pAndang tersebut juga akan berubah. Kita misalkan tidak lagi melihat bahwa orang tua kita atau keluarga kita sengaja menjengkelkan kita, kita akan mengubah cara pAndang kita dan berkata bahwa o.......mereka bukannya sengaja menjengkelkan kita, tapi itulah kelemahan mereka. Nah waktu kita mengubah cara pAndang itu, maka akan berubah pulalah reaksi emosional yang sebelumnya menyertai cara pikir kita.
GS : Padahal cara pAndang itu bukankah sudah terpola sedemikian lama di dalam diri kita itu Pak Paul?
PG : Betul sekali, cara pAndang sudah tercetak dalam benak kita, nah untuk mengubahnya akan memerlukan waktu. Sudah tentu akan ada hal-hal yang lebih mudah berubah, yang mudah mengelupas saya gnakan istilah itu ya, tapi ada hal-hal yang sukar mengelupas, nah mungkin ini nanti yang akan lebih kita fokuskan Pak Gunawan, yang sukar kok tidak mudah untuk mengelupas.
WL : Waktu disebut ada yang butuh waktu, ada yang lebih gampang begitu berarti ada proses. Ada kaitannya atau tidak Pak Paul kalau saya kaitkan dengan "pola kerjanya" Tuhan lebih ke arah proses bukan yang instan. Misalnya setiap bayi yang lahir saya belum pernah mendengar begitu lahir langsung dewasa, pasti melewati masa kanak-kanak, remaja, pemuda sampai dewasa, ada tahapan selalu ada proses. Apakah seperti itu, terus waktu bangsa Israel keluar dari Mesir ke tanah Kanaan juga ada maksud lain untuk membentuk bangsa Israel yaitu diputar dulu. Sebenarnya Tuhan 'kan Maha Kuasa kalau mau merubah memakai jalan pintas, tapi tidak, selalu ada proses apakah ada kaitannya dengan itu Pak Paul?
PG : Tepat sekali, kadang-kadang Tuhan bekerja dengan cara supernatural, cepat sekali, tapi kebanyakan Tuhan akan bekerja melalui proses yang lebih alamiah. Saya berikan contoh, saya teringat aa teman saya sewaktu bertobat dia langsung berdoa meminta Tuhan memutuskan keterikatannya pada rokok dan seketika rokok itu lepas, dia tidak pernah lagi merokok sama sekali.
Tapi juga ada orang-orang dan ini yang lebih banyak, setelah bertobat meminta Tuhan melepaskannya dari rokok tapi tidak langsung lepas nah yang lebih sering terjadi adalah mereka harus bergumul melewati proses yang panjang, jatuh bangun untuk supaya bisa berhenti merokok.
GS : Ya tadi yang Pak Paul kutib dari rasul Paulus, pengalaman rasul Paulus sendiri bagaimana Pak Paul?
PG : Begini Pak Gunawan, rasul Paulus juga membagikan pergumulannya, dia tidak membagikan kemenangan yang seketika. Misalkan kalau kita membaca Roma 6-7, rasul Paulus membagikan pegumulannya dengan hal-hal yang tetap mengganggunya.
Dia tidak selalu bisa mengerjakan hal yang dia tahu baik, dia tidak selalu bisa menahan diri tidak melakukan hal yang tidak baik, dengan kata lain Paulus dengan jujur mengatakan diapun harus melewati proses pertumbuhan jatuh bangun, bergumul untuk bisa melepaskan bagian-bagian tertentu dalam hidupnya. Jadi transformasi karakter dalam diri Paulus pun harus berjalan melewati proses waktu.
GS : Ya mungkin di situ ada salah pengertian Pak Paul, ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa seseorang harus lahir baru, bukankah kelahiran itu terjadi seketika, tidak sedikit lalu lain waktu sedikit, itu gimana Pak Paul?
PG : Setuju sekali Pak Gunawan, saya kira kesalahpahaman pemahaman akan firman Tuhan saya kira salah satu penyebab mengapa transformasi karakter tidak terjadi. Nah firman Tuhan yang telah kita aca tadi di Roma 12:2 menegaskan bahwa tanggung jawab berubah ada pada pundak kita bukan pada pundak Roh Kudus.
Sering kali kita beranggapan karena kita adalah Bait Allah, tubuh kita adalah tempat di mana Allah sekarang tinggal, maka Allahlah yang akan mengerjakan semua perubahan itu pada diri kita, tidak demikian. Justru firman Tuhan berkata berubahlah, jadi firman Tuhan meminta kita berubah. Jadi sekali lagi saya ingin tegaskan tanggung jawab mengubah diri terletak pada kita sendiri. Yang berikutnya yang berkaitan dengan ini juga adalah kita sering kali menganggap bahwa Tuhan akan mengirimkan kuasa-Nya dari luar diri kita yanG akan langsung memasuki kita, mengobrak-abrik sistem hidup kita, menciptakan sesuatu yang baru dalam diri kita, tidak demikian juga. Tuhan tidak mengirimkan sesuatu dari luar diri kita untuk langsung mendobrak dan menciptakan sesuatu yang baru. Tuhan akan menggunakan sesuatu yang berasal dari dalam diri kita sendiri yang nantinya akan menyebabkan perubahan karakter, dengan kata lain transformasi karakter bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar, melainkan sesuatu yang dihasilkan dari dalam. Nah firman Tuhan berkata: "Karena itu saudara-saudara demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati." Nah firman Tuhan meminta kita untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang kudus dan yang hidup itu. Dengan kata lain prinsip ini yang akan terjadi Pak Gunawan yaitu transformasi karakter merupakan hasil penyerahan hidup. Makin berserah atau taat makin berubahlah karakter kita, jadi dengan kata lain kita berandil sangat besar dalam proses perubahan karakter kita ini, sangat besar sekali peranan kita yaitu peranan menyerahkan, menaati lagi, menaati lagi, menaati lagi. Nah ternyata firman Tuhan memang meminta kita begitu mempersembahkan, mempersembahkan, menyerahkan, menyerahkan. Dan ternyata waktu kita menyerahkan hidup, menaati Tuhan nah hasil dari penyerahan itu barulah perubahan karakter.
WL : Pak Paul, kalau ada orang yang akhirnya berhasil walaupun tidak sempurna melewati tahapan itu, bisa berhasil berubah apakah dia bisa berkata ini karena hasil kerja saya, hasil kerja keras saya, saya merubah semua yang ada dalam saya, saya melaksanakan tanggung jawab yang dituntut oleh Tuhan, nah apakah bisa seperti itu begitu. Terus porsinya Roh Kudus bagaimana kalau dikatakan secara kasar?
PG : OK, kadang-kadang memang kita ini terlempar ke satu kubu, satu ekstrim sehingga kehilangan keseimbangan. Nah di satu pihak memang Tuhan meminta kita berperan dalam proses perubahan karakte kita ini, kita diperbaharui menjadi seperti Kristus.
Nah kitanya berandil, jangan sampai kita mempunyai konsep Tuhanlah yang melakukan segalanya, jadi kalau saya masih belum berubah yang salah Tuhan, tidak, Tuhan meminta kitanya yang mengerjakan tugas itu. Namun kita harus menyadari bahwa kadang kala justru Tuhan itu secara tidak nyata bekerja dan memberikan kuasaNya kepada kita. Nah kita memang tidak melihatnya seperti halilintar yang turun atas kita, tapi sebetulnya di tengah-tengah pergumulan kita itu juga Tuhan bekerja. Nah tidak ada sesuatu yang terjadi di luar pekerjaan Tuhan, jadi waktu manusianya menaati Tuhan di situ juga Tuhan bekerja.
GS : Pak Paul, apakah ada penyebab yang lain selain karena kita salah mengartikan firman Tuhan, bagian tertentu dari firman Tuhan itu tentang perubahan atau transformasi karakter ini?
PG : Kadang kala ini Pak Gunawan, kenapa kita susah berubah selain dari kesalahpahaman tadi, saya kira karena karakter itu sesuatu yang melekat erat pada diri kita, karakter itu sesuatu yang meupakan bagian diri kita, siapa kita apa adanya.
Nah apakah mudah mengubah siapa diri kita apa adanya itu, saya kira memang sukar sekali. Jadi saya berikan contoh tentang misalkan tadi merokok, kenapa kok sukar melepaskan rokok memang adanya keterikatan, kecanduan pada rokok itu sendiri, namun di luar dari soal kecanduan secara fisik itu, kecanduan yang terbesar adalah kecanduan psikologisnya. Memang tubuh akhirnya menuntut adanya nikotin yang masuk, tapi sebetulnya yang paling berat adalah dalam kasus kecanduan adalah kecanduan secara psikologis. Waktu dia bingung mengerjakan sesuatu dia memerlukan rokok, waktu dia lagi rasanya tertekan, terhimpit dia memerlukan rokok, waktu dia tidak bisa berpikir dan konsentrasi dia memerlukan rokok, dengan kata lain rokok menjadi penopang hidupnya secara psikologis. Nah ini yang susah berubah sebab ini sudah menjadi bagian dari kepribadiannya, jadi kita mesti memang memaklumi bahwa transformasi karakter memerlukan waktu panjang dan usaha keras. Ini adalah siapa diri kita dan kita sudah begitu terkait dengan semuanya.
WL : Pak Paul, kalau seperti itu berarti respons gereja seharusnya menolong ya orang-orang seperti ini yang bergumul terus untuk hidup berkemenangan dan bukan mengucilkan. Tapi realitanya di dalam banyak gereja tidak seperti itu, justru yang lebih diterima, lebih maksudnya dalam pergaulan lebih "diagungkan" orang-orang yang tingkah laku agamanya bagus, itu bukan yang inside out kalau kita pinjam istilahnya Larry Crap atau siapa, bagaimana Pak Paul?
PG : Ya saya kira kecenderungannya kita di gereja memang memfokuskan pada penampilan, dan kita mau melihat yang bersih, yang indah-indah. Jadi sedikit sekali perhatian yang diberikan kepada faka yang sebetulnya menjadi isi dari penampilan itu dan isinya sebetulnya adalah dosa, pergumulan hidup ini.
Tugas kitalah sebagai hamba-hamba Tuhan berani mengangkat isi yang melatarbelakangi penampilan-penampilan yang bersih-bersih di luar itu, sehingga jemaat pun atau orang-orang Kristen lebih berani juga untuk apa adanya.
GS : Ya itu karena tadi Pak Paul katakan bahwa karakter itu memang menyatu dalam diri seseorang, menjadi bagian dalam hidupnya selama orang itu tidak menyadari bahwa itu adalah suatu karakter yang Tuhan tidak berkenan, dia akan tetap bertahan hidup di dalam karakter itu Pak Paul.
PG : Betul sekali, itu sebabnya kita selalu tetap berkata Roh Kudus berperan, kita tidak bisa melihatnya secara langsung tapi Roh Kudus berperan dalam perubahan karakter kita ini. Peranan seperi apakah yang Roh Kudus akan lakukan, yang tadi Pak Gunawan munculkan yaitu Roh Kudus memberitahukan kita apa yang benar, yang baik, yang Tuhan inginkan nah itulah yang perlu kita ketahui.
Sebab tepat sekali tadi Pak Gunawan sudah singgung, sebab adakalanya kita tidak tahu bahwa itu tidak boleh, dan itu tidak baik dan kita menganggapnya tidak apa-apa. Misalkan: o....tidak apa-apa berbohong asal tidak merugikan siapa-siapa, nah pertanyaannya nomor satu apakah tidak merugikan siapa-siapa, saya kira berbohong akan merugikan seseorang itu salah satu argumennya. Tapi yang kedua adalah bahwa memang Tuhan tidak menyetujui perilaku berbohong itu, nah Roh Kuduslah yang akan memberitahukan kita, melalui apa? Melalui firman Tuhan yang kita baca, di dalam perenungan kita akan firman Tuhanlah Roh Kudus akan mengajarkan kepada kita, ini yang Tuhan minta, ini yang merupakan stAndar Tuhan. Nah jadi peranan pertama Roh Kudus dalam perubahan karakter kita adalah memberitahukan stAndar Tuhan, apa yang Tuhan inginkan jadi kita tahu arahnya dalam perubahan karakter kita ini.
WL : Tapi Alkitab tidak memberikan semua penjelasan sampai detail Pak Paul, tidak boleh A, tidak boleh B, tidak boleh C begitu. Pak Paul, bisa atau tidak memberikan rambu-rambu untuk pendengar mengerti yang kira-kira tidak mendukakan Tuhan?
PG : Bisa kita langsung gunakan atribut Tuhan yang hakiki yaitu kekudusanNya dan kasihNya. Jadi apakah yang kita lakukan ini merupakan wujud dari kasih kepada sesama kita dan kepada Tuhan, sebak apapun yang kita lakukan tanpa kasih itu kita tahu sebetulnya Tuhan tidak berkenan, itu prinsip pertama.
Prinsip kedua adalah kekudusan Tuhan, kita selalu bisa mengecek apakah ini berdosa kalau Alkitab memang jelas katakan berdosa, sebaik apapun terdengar di telinga kita, kita tetap tidak lakukan jadi mungkin secara garis besar itu saja.
GS : Ya kalaupun Roh Kudus itu sudah memberitahukan kepada kita ini dosa, Tuhan tidak berkenan, tetapi kita itu sudah berusaha namun tetap gagal Pak Paul. Nah tetap jatuh bangun, jatuh bangun lama-lama bosa, timbul kejenuhan wah memang saya tidak bisa lepas dari satu ini, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Sekali lagi saya ingin ingatkan bahwa memang jatuh bangun merupakan prosesnya, namun pada akhirnya kita akan lebih bisa mengatasinya. Bagaimanakah kita lebih bisa mengatasinya? Kita harus erjuang untuk menaati Tuhan, tidak selalu berhasil tapi kita harus berjuang menaati Tuhan.
Firman Tuhan di
2 Korintus 4:7 berkata: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, (nah Paulus menggunakan metafora diri atau tubuh kita ini sebagai bejana tanah liat) supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan dari diri kami". Dengan kata lain kekuatan untuk hidup seperti yang Tuhan kehendaki berasal dari Tuhan sendiri. Nah tapi jangan salah sangka dan berkata waktu kita menjadi orang percaya kita mendapatkan transfer kekuatan itu langsung dari Tuhan, tidak. Harus ada kuncinya, dengan kata lain kita ini hendak memasuki rumah kita mesti ada kuncinya, kita ingin menjalankan mobil yang mempunyai kekuatan itu untuk berjalan perlu ada kuncinya, nah kuncinya adalah ketaatan. Kalau kita taat mobil itu berjalan, kekuatan itu bisa didayagunakan, kalau kita taat kekuatan Roh Kudus itu baru berfungsi, kalau kita tidak taat kekuatan dari Roh Kudus itu tidak berfungsi juga. Nah dua-duanya ini berjalan pada saat yang sama, waktu manusia berkata saya mau taat, di titik itu, di detik itu jugalah kekuatan dari Roh Kudus masuk dan menolong. Tapi waktu manusia berkata ah saya tidak mau, saya tidak bisa ah, di situ jugalah kekuatan dari Roh Kudus berhenti berfungsi. Jadi keduanya bekerja pada detik yang sama.
GS : Pak Paul, orang yang sudah lahir baru, orang yang sudah mulai mengalami transformasi karakter, apakah dia bisa menyadari bahwa sedang terjadi sesuatu dalam dirinya.
PG : Saya kira kalau dia terus berusaha mencari Tuhan, membaca firman Tuhan, dia makin menyadari problem-problem yang masih tersisa dalam hidupnya karena sekali lagi Roh Kudus akan memberitahuknnya, Roh Kudus akan berkata kepada kita: "O...o...kamu
tadi tidak jujur, o....o....kamu tadi tidak tulus, o........o.....kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, Roh Kudus akan memberitahukan kepada kita, itu kerja Roh Kudus. Nah apa yang harus kita lakukan waktu Roh Kudus memberitahu kita, mengakuinya. Maka langkah pertama selalu waktu menghadapi hal-hal seperti ini kita harus mengakui ya saya salah, ya saya punya problem, ya memang saya kurang bisa mengasihi, ya memang saya masih dengki, masih suka iri dan sebagainya, kita mesti mengakui problem kita itu.
WL : Pak Paul, kalau kita sudah mengakui bahwa kita memang bermasalah tetapi ada masalah-masalah tertentu yang misalnya ada kaitannya dengan latar belakang keluarga kita. Misalnya ada moment tertentu di masa kecil yang menyebabkan kita agak sulit melepaskan sifat jelek ini. Nah Pak Paul kira-kira memberikan pedoman bagaimana?
PG : Kalau kita sudah bisa mengakui saja bahwa saya mempunyai masalah ini, yang kedua memang kita harus merendahkan hati untuk meminta pertolongan. Nah seberat apapun problem kita terkait denga masa lalu kita atau apa kita mesti memberanikan diri meminta pertolongan baik itu dari Tuhan maupun dari sesama.
Saya sering kali melihat, yang menghalangi kita mendapatkan kesembuhan salah satunya adalah kita angkuh, kita gengsi, kita malu cerita, kita malu membuka diri karena misalkan masalah ini terkait dengan keluarga kita dulu. Jadi prinsipnya adalah bersedialah meminta bantuan, jangan sampai kita mengeraskan hati berkata saya bisa lakukan ini semuanya, tidak. Minta Tuhan menolong kita dan terbuka dengan cara Tuhan menolong kita. Yang sering kali Tuhan lakukan memakai orang-orang lain menolong kita pula.
GS : Langkah berikutnya apalagi Pak Paul?
PG : Prinsip yang terakhir ini Pak Gunawan, tadi saya sudah singgung sedikit yaitu menaati kehendak Tuhan sedikit demi sedikit dan sehari lepas sehari. Yaitu kalau kita belum bisa mengampuni pebuatan misalnya seseorang yang sangat keterlaluan, ok hari ini minta Tuhan menolong kita mengampuni perbuatannya yang lain yang menyakiti kita, tapi kadarnya lebih ringan.
Jadi selalu maju meskipun langkah kita sedikit, kecil, tidak apa-apa. Kadang kala kita duduk terdiam tidak bisa maju karena memikirkan langkah besar yang harus kita ambil dan kita merasa tidak mampu, jangan. Lakukan sedikit demi sedikit, tidak bisa mengampuni perbuatan yang sangat buruk kepada kita, mulailah mengampuni hal-hal yang buruk, yang tidak terlalu besar yang pernah menimpa kita itu. Jadi prinsipnya lakukan meskipun hanya sedikit. Kita belum bisa memberikan misalkan persembahan satu juta, Tuhan tidak minta kita memberikan persembahan 1 juta, mulai dengan seribu perak, mulai dengan seperti itu. Jadi menaati Tuhan sedikit demi sedikit dan hari lepas hari, artinya hari ini kita taati, sudah, jangan pikirkan besok bisa atau tidak ya, saya harus konsekuen besok-besok juga harus begini, tidak, hitung saja hari ini cukup.
GS : Yang penting itu ada langkah awal yang harus dilakukan.
PG : Betul sekali Pak Gunawan.
GS : Jadi saya rasa menarik sekali perbincangan kita kali ini Pak Paul, dan terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada kita juga Ibu Wulan terima kasih. Para pendengar sekalian yang telah setia mengikuti acara ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Transformasi Karakter". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.