Sumber-Sumber Kemarahan dalam Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T027B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dengan mengetahui sumber-sumber kemarahan kita akan lebih mudah bagaimana mengatasi kemarahan tersebut. Dan sumber-sumber ini dibagi dalam tiga kelompok yang akan dibahas dalam topik ini.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita ini sebenarnya cenderung mudah marah di rumah daripada di luar sebetulnya. Alasannya adalah :

  1. Di rumah kita harus berhadapan dekat dengan orang-orang yang ada di rumah kita, waktu kita berhadapan dengan dekat, orang-orang yang paling dekat dengan kita juga adalah orang yang paling mudah memancing kemarahan kita.

  2. Rumah tangga kita sekarang sebetulnya sedikit banyak merupakan pengulangan dari kehidupan kita sewaktu masih kecil. Jadi misalkan kalau kita ini tidak suka dengan sikap papa terhadap mama yang seolah-olah mengejek atau merendahkan mama, akhirnya kita interpretasikan bahwa itulah yang dilakukan oleh pasangan kita, oleh istri kita.

Jadi itu dua faktor yang cenderung membuat kita mudah bereaksi di dalam rumah dan bukan di luar rumah.
Cara mengatasi kemarahan kita di dalam rumah, yang pertama-tama yang perlu dilakukan adalah kita lihat atau kita kenali dulu sumber-sumbernya baru kita usahakan mengatasinya. Kita membagi kemarahan antara suami-istri, orangtua terhadap anak, dan anak terhadap orangtua.

Sumber-sumber kemarahan antara suami dan istri, penyebab umum yang membuat kita marah biasanya adalah:

  1. Kita tidak suka hal yang sama diulang-ulang. Contoh: hal menaruh baju atau hal menyiapkan makanan.

  2. Kalau kita menyaksikan sifat suami atau istri yang tak kita sukai dan ini bisa jadi kita sudah sadari sebelum kita menikah atau tidak kita sadari.

Sumber-sumber kemarahan antara orangtua dan anak, yang paling umum adalah:

  1. Orangtua harus mengakui atau melihat bahwa si anak mewarisi kelemahannya. Yaitu sifat anak persis dengan sifat mereka yang mereka anggap sebagai kelemahan. Misalnya: keras kepala, susah tegas dsb.

  2. Tuntutan anak yang selalu untuk bisa memebuhi kebutuhan atau keinginan mereka.

Hal yang kita lakukan untuk mengatasi hal ini. Terutama kalau masalah itu antara suami dan istri. Tidak bisa tidak harus ada pengkomunikasian bahwa misalkan dalam hal yang kita minta jangan lakukan, terus lakukan, kita harus ngomong dengan tegas.

  1. Kita menawarkan atau memberikan jalan keluar supaya dia tidak lalai dan mengulang lagi perbuatan yang sama.

  2. Yang menyangkut sifat juga sama.

Selama kita hidup dan berusaha memperbaiki diri, memperbaiki hubungan kita sesungguhnya pernikahan itu dengan berjalannya waktu akan lebih baik, kalau kita memang berusaha memperbaiki dan tidak bersikap masa bodoh. Sesungguhnya dengan berjalannya waktu kita makin mengerti isi hati dan cara pikir pasangan kita sehingga hal yang dulu mengganggu kita, yang membuat kita marah makin hari makinlah kita mengerti tidak demikian. Jadi dengan kata lain dengan berjalannya waktu suami dan istri itu sebetulnya makin bisa sepadu, terpadu, sehati karena cara pikir makin sama, cara melihat problem dan hidup juga makin serupa.

Kebanyakan anak marah terhadap orangtua dengan satu alasan, anak merasa orangtua tidak mengertinya. Mengerti tidak berarti memenuhi kebutuhannya.

Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Jadi penting sekali kita ini menyampaikan pendapat kita dengan lemah lembut dan cenderung meredam kemarahan orang lain.