Mahkota Ayah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T118B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Mahkota menunjukkan kepemimpinan sekaligus juga kemuliaan. Yang menjadi pertanyaan bagaimana ayah bisa menjadi seorang pemimpin yang dihormati terutama oleh anak laki-lakinya?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Mahkota menunjukkan kepemimpinan sekaligus juga kemuliaan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah ayah bisa menjadi seorang pemimpin yang dihormati terutama oleh anak laki-lakinya?

Ada 3 hal yang dikemukakan yaitu:

  1. Wibawa ayah sebagai seorang pemimpin hanya bisa terjadi kalau dia menunjukkan hikmat. Dia menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang bijaksana. Amsal 24:5, "Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat." Kalau anak-anak melihat kita berhikmat maka dengan alamiah rasa hormat itu akan muncul dari anak-anak kita. Contoh ayah yang berhikmat: dia tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan, dia akan mencoba melihat alternatif yang tersedia, dia bisa berdiam untuk berdoa meminta pimpinan Tuhan dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain dia juga terbuka terhadap masukan, dia tidak menutup diri bahwa keputusan atau pertimbangannyalah yang paling benar.

  2. Wibawa ayah dibangun oleh kasih terhadap ibu, jadi maksudnya kalau si anak melihat si ayah itu mengasihi ibunya, itu akan membuat si anak tambah menghormati si ayah. Efesus 5:28, "Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri." Pertanyaannya kenapa anak cenderung menhormati ayah yang mengasihi ibu. Karena kebanyakan anak mengasihi ibunya karena melihat ibunya memberikan waktu untuk merawat anak dan kebanyakan anak protektif terhadap ibunya. Jadi saya simpulkan ayah yang mengasihi ibu, memperlihatkan bahwa dia mengasihi atau respek terhadap dirinya sendiri. Nah anak-anak perlu melihat itu bahwa ayah mereka sebetulnya respek terhadap dirinya sendiri. Anak tidak bisa menghormati orang yang ditakutinya, orang hanya bisa menghormati orang yang dikasihinya, ini prinsip yang tidak boleh dilupakan.

  3. Kudus, jadi anak-anak menghormati ayah yang memelihara kekudusan. Mazmur 101:2, "Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela, aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku." Pada dasarnya kita salut terhadap orang yang hidup bersih dan benar, nah ayah yang hidup benar tanpa cela akan memperoleh respek dari anak-anaknya. Kalau ayah ingin berwibawa di hadapan anak-anaknya, dihormati di hadapan anak-anaknya, sebaiknya dia memelihara kehidupan yang kudus, yang bersih seperti yang dikatakan oleh pemazmur, hidup dalam ketulusan hatiku, hidup yang tidak bercela di dalam rumahku.

Satu hal lain yang perlu diperhatikan bagi ayah-ayah yaitu harus menyadari bahwa wibawa atau hormat itu tidak muncul secara alamiah, kita yang harus mencarinya, memperolehnya. Melalui kehidupan kita, sebab anak-anak atau istri kita tidak dengan begitu saja memberikan hormatnya terhadap kita, mereka perlu melihat bukti-bukti itu, barulah mahkota itu bisa ditempatkan di kepala kita kalau tidak, tidak akan bisa. Ayah-ayah yang menggunakan otot, memanipulasi istri atau hidup sembarangan nggak akan bisa mendapatkan mahkota dari anak-anaknya. Itu harus diperoleh melalui hikmatnya, melalui kasihnya kepada istri dan anak-anaknya dan melalui kekudusan hidupnya di hadapan Tuhan. Kitab Amsal mengatakan, "Awal dari hikmat adalah takut akan Tuhan." Jadi ayah yang takut akan Tuhan sudah hidup di jalur yang benar.