Gaya Hidup yang Menambah Stres

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T478A
Abstrak: 
Salah satu gaya hidup yang tidak sehat adalah gaya hidup yang menambah stres. Berikut akan dipaparkan enam gaya hidup yang menambah stres dan beberapa masukan untuk menghilangkannya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Gaya hidup menentukan kualitas kehidupan. Jika gaya hidup kita sehat, kita akan menikmati kualitas kehidupan yang sehat pula. Demikian pula sebaliknya. Nah, salah satu gaya hidup yang tidak sehat adalah gaya hidup yang menambah stres. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh gaya hidup yang menambah stres dan beberapa masukan untuk menghilangkannya.
  1. Menyelesaikan Tugas di Detik Akhir
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup yang tidak berdisiplin; semua ditunda sampai saat akhir. Tidak bisa tidak stres pun menumpuk sewaktu kita dibayang-bayangi oleh tenggat waktu. Memang ada orang yang berkata bahwa mereka hanya baru dapat menyelesaikan tugas bila sudah tidak ada waktu lagi. Masalahnya adalah kalaupun itu membuat mereka menjadi lebih produktif, harga yang dibayar lumayan mahal. Mereka rawan menderita stres. Itu sebab sebaiknya kita tidak menunda menyelesaikan tugas, bukan saja sampai hari akhir tetapi juga hari esok. Jika kita dapat menyelesaikannya hari ini, selesaikanlah. Atau, jika tidak, mulai kerjakanlah sedapatnya, cicillah tugas setiap hari.
  2. Mengerjakan Banyak Tugas Sekaligus
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup yang tidak berprioritas; semua dianggap penting. Mungkin kita merasa sungkan menolak atau kita merasa sanggup melakukannya. Masalahnya adalah, kalaupun kita sanggup melakukannya, mengerjakan banyak tugas sekaligus rentan menimbulkan stres. Kita kewalahan dan acap kali ada yang tertinggal atau terlupakan. Kadang hasilnya pun tidak terlalu baik. Jadi, sebaiknya jadwalkanlah diri untuk mengerjakan satu hal sampai tuntas sebelum mengerjakan hal lainnya.
  3. Menuntut Diri Di Luar Kemampuan
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup perfeksionis; semua yang dikerjakan mesti "lebih baik lagi." Kita harus mengerjakan tugas sebaik-baiknya sehingga mencapai standar terbaik. Sudah tentu standar terbaik di sini adalah terbaik buat kita. Sikap ini tidak salah, malah semestinya. Jangan membiasakan diri untuk menghasilkan karya yang sembarangan. Namun jangan sampai kita terjebak ke dalam pola hidup "menghasilkan karya lebih baik lagi." Pola hidup ini berbeda dengan pola hidup "menghasilkan karya terbaik." Pola hidup "lebih baik lagi" membuat kita terus merasa tidak puas dan memaksa kita untuk terus memperbaiki diri, tidak habis-habisnya. Belum lagi bila kita merumuskan "lebih baik lagi" dalam perbandingan dengan orang lain. Jadi, sebaiknya adopsilah pola hidup "menghasilkan yang terbaik," bukan "lebih baik lagi." Berhentilah dan katakanlah, "Sudah cukup." Jika tidak, kita terus menuntut diri di luar batas kemampuan.
  4. Gaya Hidup Tidak Puas
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup tidak mensyukuri apa yang dimiliki atau apa yang telah dihasilkan. Kita terus menyoroti apa yang belum kita miliki dan luput melihat—apalagi mensyukuri—apa yang telah kita miliki. Tidak jarang kita merasa tidak puas karena membandingkan diri dengan sesama dan melihat apa yang mereka miliki. Akhirnya kita cenderung tidak bahagia dan tertekan. Sebaiknya syukurilah apa yang kita miliki. Percayalah bahwa Tuhan memberi kepada kita apa terbaik buat kita. Gaya hidup tidak puas rentan merusakkan relasi dengan orang yang terdekat dengan kita. Pada akhirnya kita terus mengeluh dan menuntut mereka untuk menjadi seperti yang kita kehendaki atau menyediakan apa yang kita rindukan. Akhirnya orang pun tertekan karena merasa tidak dihargai. Apa pun yang mereka kerjakan, kita nilai kurang.
  5. Gaya Hidup Mengendalikan Segala
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup tidak mengenal batas; semua mesti berada di bawah pengawasan kita. Sebagai akibatnya bila sesuatu berjalan tidak sesuai harapan, kita pun merasa tertekan. Masalahnya adalah di kolong langit ada begitu banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan. Akhirnya kita rentan terhadap stres. Gaya hidup ini juga mudah menimbulkan tekanan pada orang lain. Kita sukar memercayai orang dan tidak mudah mendelegasikan pekerjaan sepenuhnya kepada orang. Kita terus mau terlibat untuk memastikan bahwa semua dilakukan sesuai kehendak kita. Tidak bisa tidak, sikap seperti ini membuat orang tertekan. Kita stres, orang lain pun stres. Relasi dengan sesama pun terganggu.
  6. Gaya Hidup Memastikan Hari Depan
    Gaya hidup ini adalah gaya hidup tidak beriman; semua mesti direncanakan DAN dipastikan. Yakobus 4:15 memberi kepada kita pedoman hidup yang baik, "Jadi sekarang, hai kamu yang berkata, ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata, ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’"
Kita tidak tahu hari esok, jadi, kita tidak dapat memastikan hari esok. Namun, Tuhan tahu dan Ia memunyai kuasa atas hari esok. Namun bukan hanya itu, Ia pun memunyai RENCANA atas hidup kita di hari esok. Jadi, belajarlah berserah kepada-Nya. Bila kita tidak dapat berserah, maka hati akan terus dipenuhi kekhawatiran. Kita terus memikirkan apa yang akan terjadi walaupun kita tidak tahu dengan pasti apa yang akan terjadi. Percayalah bahwa Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya kekal, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk selama-lamanya. Ia akan terus mengasihi dan memelihara hidup kita besok dan selamanya. Kita aman dalam tangan-Nya.