Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi,
di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur
Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen
dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang
dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling
serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali
ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami terdahulu yaitu tentang "Hikmat
dalam Bersahabat". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita
sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang
lampau kita memperbincangkan tentang bagaimana kita harus berhikmat di dalam
bersahabat, artinya kita tidak bisa sembarangan di dalam bersahabat, kita punya
hak dan kewajiban dalam bersahabat, namun perbincangan itu belum tuntas dan
kita akan tuntaskan pada perbincangan yang kedua ini. Namun agar para pendengar
memunyai gambaran yang lebih lengkap mengenai perbincangan ini, bolehkah saya
minta kesediaan Pak Paul untuk mengulas secara singkat apa yang kita
perbincangkan pada kesempatan yang lampau ?
PG : Kita membicarakan tentang betapa
pentingnya bersahabat, sebab kita tahu bahwa persahabatan sangatlah berguna dan
penting dalam kehidupan kita terutama waktu kita mengalami kesulitan, di
situlah kita bergantung kepada sahabat untuk memberikan dukungan kepada kita.
Jadi kita membicarakan apa yang harus dilakukan untuk membangun persahabatan.
Sebagai pembukaan kita harus berhati-hati dalam memilih sahabat, bukan berarti
orang yang mau bersahabat dengan kita harus selalu kita terima. Kalau kita tahu
orang ini membawa pengaruh buruk dan orang ini hanya mau memanfaatkan kita,
maka kita tidak harus bersahabat dengan setiap orang. Yang kedua kita juga
belajar membangun karakteristik dalam persahabatan, kita membicarakan tentang
kesetiaan dan kerendahan hati karena persahabatan didasari atas dua faktor,
orang ini harus setia dan juga harus mementingkan kepentingan sahabatnya. Kita
juga bicara tentang kita harus menjaga mulut kita, sebab seringkali persahabatan
itu runtuh gara-gara omongan kita yang tidak tepat, kita bicara sembarangan, kita
bicara yang bukan-bukan tentang sahabat kita dan akhirnya sahabat kita menjadi
marah. Jadi seringkali persahabatan itu dihancurkan bukan oleh perkara besar,
tapi oleh perkara kecil yaitu mulut kita yang tidak kita jaga dengan baik.
GS : Setelah hal-hal yang pernah kita
bicarakan, apakah masih ada hal lain yang perlu kita perhatikan dalam membina
suatu persahabatan, Pak Paul ?
PG : Kita harus menyadari bahwa
sebetulnya ujian dalam persahabatan adalah kesukaran. Amsal 17:17
berkata, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang
saudara dalam kesukaran". Sewaktu kita berada dalam kesukaran secara
alamiah kita akan menengok pada sahabat dan berharap pada pertolongannya, kita
tidak akan menoleh kepada orang yang bukan sahabat dan kita tidak akan berharap
apa pun darinya, kepada sahabat kita berharap. Maka ini menjadi ujian terbesar,
bila kita misalnya menolak membantu atau menghindar agar tidak harus memberi
bantuan maka saya yakin pada saat itu kita tengah memutuskan tali persahabatan,
jadi jika kita ingin dikenal sebagai sahabat maka kita harus mendampingi teman,
baik dalam suka atau duka. Kalau kita mau berteman hanya pada masa senang itu
menandakan kalau kita bukanlah teman sejati. Saya melihat seperti yang saya
sebut di dalam rekaman yang sebelumnya tentang seorang pendeta yang dikelilingi
oleh begitu banyak sahabat, saya ingat dalam salah satu acara seorang hamba
Tuhan yang lain bangkit berdiri dan berkata bahwa, "Waktu dia dalam kesusahan
justru dia diajak makan oleh pendeta ini", jadi dia berkata, "Inilah seorang
sahabat, waktu saya ditolak, dikucilkan ada orang yang menjangkau, menarik saya
dan menerima saya". Jadi sekali lagi itulah ujian persahabatan adalah
kesukaran, kalau kita belum menemui kesukaran bersama maka kita belum menemui
ujian itu, kalau ada kesukaran dan orang itu bersama dengan kita dalam
kesukaran maka kita bisa berkata dia sahabat kita.
GS : Kenapa pada waktu kesukaran orang
lebih mudah menoleh ke sahabat daripada kepada saudara kandungnya sendiri, Pak
Paul ?
PG : Sebab kita tahu bahwa yang membuat
kita dekat dengan seseorang dan percaya kepada seseorang bukanlah status, tapi
karakternya atau kebaikannya, kesetiaannya. Jadi kalau kita tahu dia adalah
orang yang setia dan baik, bersedia menolong, dia adalah orang pertama yang
akan kita hubungi dalam kesusahan. Sedangkan kalau kita tahu saudara kita tidak
memiliki karakteristik seperti itu maka kita tidak mau datang kepada dia karena
nanti kita akan ditolak atau disuruh mengurus sendiri, jadi kita tidak mau.
DL : Itu benar. Pada waktu saya harus
operasi lutut, sendi yang hancur, saya tidak lari kepada saudara saya tapi ada
orang Kristen yang pernah mengatakan kepada saya, "Kalau Ibu membutuhkan maka
saya bantu" dan ketika saya ke sana ternyata memang saya benar-benar tertolong
sehingga saya bisa operasi dengan uang muka dan itu dipenuhi dan kemudian ada
hamba Tuhan yang menutup semua itu. Saya masuk dengan hutang, tapi saya keluar
tanpa hutang, puji Tuhan, itu saya melihat bahwa ini benar-benar sahabat dalam
kesulitan pada waktu saya membutuhkan.
PG : Betul. Memang jadinya penyebab mengapa
adakalanya kita tidak bersedia mendampingi teman dalam kesusahan adalah karena
kita tidak mau disusahkan olehnya. Jadi dalam persahabatan, kesusahan teman
seyogianyalah menjadi kesusahan kita pula, sudah tentu waktu kita memberikan
pertolongan kepada teman maka kita harus merugi atau kehilangan sesuatu. Tadi Ibu
cerita seperti itu maka jelas-jelas orang yang membantu Ibu akan harus
kehilangan sesuatu entah itu dana dan sebagainya, jadi mereka harus berkorban,
tapi justru itulah yang membuktikan persahabatan bahwa mereka mau menolong Ibu
dalam kesukaran.
DL : Dan akhirnya hutang itu bisa saya
ganti selama saya di rumah sakit, karena ada hamba Tuhan yang memberi dan saya
tidak minta sama sekali.
PG : Jadi memang kesediaan kita untuk
membayar harga, maksudnya menolong teman dalam kesukaran menunjukkan seberapa
besar nilai yang kita berikan kepada persahabatan itu. Jika kita hanya bersedia
membayar sedikit, atau menolong sedikit itu menandakan bahwa persahabatan itu
hanya bernilai sedikit pula, sebaliknya jika kita bersedia membayar besar itu
berarti kita memberi penghargaan yang tinggi pula pada persahabatan.
Orang-orang seperti itu karena mereka rela memberi begitu besar kepada Ibu, maka
itu menunjukkan atau menilai Ibu setinggi itu, dan mereka menilai Ibu seberharga
itulah. Jadi sekali lagi orang yang dikelilingi oleh sahabat adalah orang yang
memberi penghargaan tinggi kepada sahabatnya juga. Jadi kalau kita tidak
memberi penghargaan tinggi pada sahabat kita, maka jangan berharap orang akan
bersahabat dengan kita. Jadi benar-benar kita menghargai dia dan menganggap dia
orang yang sangat bernilai.
GS : Tadi Pak Paul menyampaikan bahwa
kita di dalam kesukaran menemukan sahabat, apakah di dalam kesenangan atau
kebahagiaan kita tidak bisa menemukan sahabat ?
PG : Sudah tentu bisa, tapi kita tidak
tahu sebab ujiannya adalah kesukaran. Dalam kesenangan kita tidak bisa tahu
dengan pasti. Contoh yang paling klasik adalah bukankah pada waktu seseorang
jaya, dia dikelilingi oleh begitu banyak teman dan sewaktu dia berkuasa banyak
sekali temannya tapi begitu dia tidak berkuasa semua pada menghilang, jadi
hanya sedikit yang akan bersamanya. Kita harus akui bahwa manusia itu tidak
sempurna bahkan murid Tuhan Yesus pun lari pada waktu Tuhan ditangkap. Akhirnya
yang mengikut dari jauh adalah Petrus dan Yohanes, tapi dari jauh sebab mereka
takut. Jadi sekali lagi kita melihat mencari sahabat susah sehingga seperti
kita baca dari firman Tuhan siapakah yang dapat menemukan sahabat ? Tidak
banyak di dunia ini.
GS : Tapi ada orang yang menggunakan
kesempatan itu, melihat teman (yang awalnya teman) mengalami kesulitan lalu
mereka dekat sekali dengan orang ini dengan harapan dia bisa menjadi sahabatnya,
sebenarnya dia punya motivasi lain.
PG : Sekali lagi, kita harus berhati-hati
atau menguji.
DL : Biasanya persahabatan seperti itu
hanya singkat ?
PG : Biasanya karena ada maksud yang
tersembunyi yang kurang baik biasanya tidak bertahan lama. Tapi kalau orang itu
mau memanfaatkan kita maka dia akan terus bersikap seolah-olah dia seorang
sahabat, jadi kita harus berhati-hati.
DL : Saya ingat waktu ayah saya masih
hidup banyak orang yang dekat dengan dia tapi setelah dia meninggal barulah
kita bisa menghitung satu-satu yang betul-betul menjadi sahabatnya papa yang
datang, yang memerhatikan. Itu betul, Pak Paul.
PG : Betul. Secara berkala saya
mengunjungi seseorang di rumah jompo, umurnya baru 50-an tapi dia lumpuh dari
leher ke bawah karena 6 tahun yang lalu mobilnya mau dirampok, kejadian ini di
Amerika dan kemudian dia ditembak dan pelurunya bersarang di leher sehingga
melumpuhkan tubuhnya. Dia cerita bahwa dia mencatat tahun pertama atau bulan
pertama setelah dia ditembak masuk rumah sakit dirawat, dia sebut ada berapa
ratus atau berapa ribu orang yang datang menengok dia dan sekarang dia bilang sudah
5 atau 6 tahun ini yang datang mengunjungi dia hanya beberapa orang secara
berkala. Dan dia berkata, "Inilah sahabat saya yang tetap memerhatikan saya".
GS : Itu ada faktor kesetiaan yang pernah
kita bicarakan beberapa waktu yang lalu, Pak Paul.
PG : Betul. Pada saat di rumah sakit dan
kalau saya tanya pada diri saya sebetulnya apa gunanya saya ke sana, sebetulnya
dia lumpuh dan di kursi roda, apakah saya mendapatkan apa-apa dari dia dan sebenarnya
memang saya tidak mendapatkan apa-apa. Jadi persahabatan yang sudah kita
singgung harus mementingkan orang dan kita tidak mementingkan kepentingan diri.
Kenapa saya menengok dia secara berkala, sebab dia memang butuh saya, dia butuh
orang untuk datang menjenguknya, kalau tidak dia kesepian, jadi benar-benar
bukan untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk kepentingan orang lain.
Persahabatan dibangun di atas kerendahan hati dan sebuah kesiapan untuk berbuat
demi orang lain dan bukan demi kita.
GS : Tapi kita kadang-kadang juga merasa
dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami musibah atau kesukaran atau bahkan
penyakit. Jadi sebenarnya kita mau tetap bersahabat dengan orang ini, tapi
karena merasa lama-lama hanya dimanfaatkan lalu menjauh dan persahabatan itu
menjadi renggang karena hal-hal itu, jadi dibutuhkan hikmat.
PG : Saya kira kalau orang itu tidak
meminta-minta maka kita lebih nyaman untuk memberi, yang membuat kita was-was
kalau orang itu dalam keadaan sakit dan sebagainya, kemudian dia datang, dia
meminta-minta hal itu yang membuat kita tidak nyaman. Kalau memang dia butuh
dan dia tidak minta maka selayaknya kita menolong dan memberi. Jadi kita juga
belajar di sini kalau kita dalam keadaan butuh maka jangan minta-minta, sebab
kalau kita minta-minta maka akan membuat orang merasa dimanfaatkan. Jadi
biarkan orang mengetahui kebutuhan kita dan biarkan dia sendiri yang menolong
dengan sendirinya.
GS : Ini repotnya kalau orang di sekeliling
kita mengatakan, "Dia adalah sahabatmu" tapi kita merasa ini sudah menyimpang dari
apa yang sebenarnya, kita merasa ini pemanfaatan.
PG : Jadi selalu kita harus berhati-hati
sebab antara kita diperlukan dan dimanfaatkan batasnya kurang jelas.
GS : Di sana digunakan antara hak dan
kewajiban.
PG : Betul.
GS : Pak Paul, hal-hal apa lagi yang
harus kita pikirkan baik-baik di dalam persahabatan ini ?
PG : Amsal 11:25 berkata, "Siapa
banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan
diberi minum". Jadi ciri yang bisa kita lihat di sini adalah ciri orang
yang murah hati. Orang yang mau menjadi sahabat dan dikelilingi oleh sahabat
adalah orang yang murah hati. Dan ciri ini berbeda dengan kesediaan memberi
pertolongan kepada teman dalam kesusahan. Dengan kata lain, orang ini siap dan
senang memberi, dia memberi bukan hanya karena diminta bantuannya, tapi dia
memberi oleh karena itulah sifat utamanya dan sewaktu memberi dia memberi
dengan berkelimpahan. Salah satu sifat yang menjamin kepastian orang akan
menjauh dari kita adalah sikap kikir. Orang yang kikir mungkin masih bersedia
memberi, tapi kalau pun memberi itu dikarenakan dia terpaksa memberi, mungkin
dia mendapat tekanan untuk memberi, mungkin karena kewajiban dan mungkin dia
dimintai bantuannya dan dia sukar menolak, itu sebabnya dia memang memberi tapi
dia memberi karena terpaksa. Selain dari itu orang yang kikir kalau memberi,
memberi ala kadarnya dan memberi hanya untuk menunjukkan kalau dia telah
memberi, tidak peduli apakah yang dia memberi mencukupi kebutuhan atau tidak. Sebaliknya
dengan orang yang murah hati, dia memberi bukan karena terpaksa tapi karena
tergerak, ini berbeda. Ia memberi bukan untuk memenuhi persyaratan atau
tuntutan tapi karena dia bergembira dapat membagi berkat dengan sesama, itu
sebabnya dia memberi dengan berkelimpahan dan jauh melebihi jumlah yang
diharapkan. Orang yang murah hati akan dikelilingi oleh sahabat, dia tidak
takut kehilangan teman sebab pada kenyataannya temanlah yang takut kehilangan
dirinya. Itu sebabnya firman Tuhan berkata, "Siapa memberi minum, maka dia
sendiri akan diberi minum", dengan kata lain oleh karena dia murah hati dia
dikelilingi oleh banyak teman yang juga peduli dengannya dan juga
menyayanginya, ketika dia memerlukan bantuan dan dorongan, teman selalu berada
di sampingnya dan siap membantunya.
DL : Pak Paul, adakalanya sikap murah
hati merugikan, karena terkadang orang itu terus meminta pertolongan padahal
dia bisa mengatasi, tapi dia mengandalkan kita. "Dia pasti menolong, pasti
memberi" dan akhirnya dia berpikir karena kita yang suka memberi pastilah kita
akan melakukan, sehingga dia seperti itu. Apakah kita tidak membuat orang ini
menjadi bergantung kepada kita ?
PG : Jadi kalau memang kita lihat orang
itu memanfaatkan kita, maka kita bisa menyimpulkan bahwa dia bukanlah
bersahabat dengan kita dan karena itulah kita bisa dengan tegas berkata "tidak"
kepadanya. Kalau dia tidak bisa terima bahwa kita berkata "tidak" maka dia
susah melihat dirinya, bahwa apa yang telah dia lakukan adalah tindakan yang
memanfaatkan orang dan itu sebabnya orang tidak suka. Jadi kita juga harus
belajar kalau kita butuh pertolongan orang maka kita harus hati-hati dan jangan
sampai kita memanfaatkan orang, kita sendiri bisa tapi kita tidak mau orang
lain lagi, mungkin orang lain bersedia sekali atau dua kali dimanfaatkan tapi
lama kelamaan orang tidak mau, orang yang memanfaatkan orang lain adalah orang
yang egois.
GS : Di dalam hal murah hati bukan hanya
pemberian secara materi tapi juga hal-hal yang bersifat emosional, kedekatan
dan sebagainya, itu juga punya nilai tersendiri di dalam persahabatan.
PG : Betul. Misalnya murah hati dengan
waktu, waktu temannya membutuhkan teman untuk bicara maka dia bersedia untuk
datang berkunjung dan mengorbankan waktunya, murah hati juga dengan tenaganya
karena kadang-kadang kita lelah untuk mengunjungi orang, tapi kita tahu dia
sedang butuh sehingga kita ke sana meskipun tubuh sudah letih. Jadi sekali lagi
orang yang mau dikelilingi sahabat harus murah hati dan rela berkorban. Orang
yang seperti itu justru disayangi dan orang-orang tidak mau kehilangan kita
karena akan merasa rugi kehilangan kita, itu sebabnya persahabatan didasari
oleh kemurahan hati, orang yang kikir tidak punya sahabat.
GS : Tetapi kepada orang yang bukan
sahabat, seseorang juga bisa bermurah hati. Sebenarnya baru ketemu tapi
dasarnya orang ini adalah murah hati walaupun bukan sahabat, tapi tetap dia
memberikan apa yang orang lain butuhkan, Pak Paul.
PG : Ini poin yang bagus. Jadi orang yang
murah hati, maka akan murah hati kepada siapa pun, dan justru orang yang seperti
dialah yang akan dikelilingi oleh lebih banyak teman.
DL : Mungkin dia digerakkan Tuhan, Pak
Paul.
PG : Betul, dia digerakkan Tuhan bahwa
Tuhan telah memberkatinya kenapa dia tidak mau membagi dengan orang lain yang
membutuhkan. Jadi pada dasarnya dia adalah seorang yang murah hati.
GS : Pak Paul, apakah ada ciri-ciri yang
lain yang harus kita pelajari di dalam persahabatan ?
PG : Ciri yang ketujuh dan terakhir
adalah rajin. Amsal 10:4 berkata, "Tangan yang lamban membuat
miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya". Secara alamiah kita
ini tertarik untuk dekat dengan orang yang rajin dan menjauh dari orang yang
malas. Kita tidak suka dekat dengan orang yang malas, sedangkan dengan orang
yang rajin ingin kita dekati, mungkin secara naluriah kita tahu bahwa orang
yang malas hanya akan membawa satu hal saja ke dalam persahabatan yaitu
kemalasannya dalam pengertian dia hanya minta dilayani dan tidak mau melayani.
Persahabatan dibangun di atas inisiatif kedua belah pihak. Ibarat roda
persahabatan tidak berputar dengan sendirinya. Kita harus memutarnya
bersama-sama, itu sebabnya kedua belah pihak seyogianyalah rajin-rajin memelihara
komunikasi, rajin-rajin memerhatikan keadaan dan kebutuhan satu sama lain dan
rajin-rajin mencari kesempatan untuk berbagi suka dan duka bersama. Orang yang
malas bukan saja bersikap pasif dan hanya menunggu inisiatif dari pihak kita,
tapi dia pun enggan mengeluarkan usaha ekstra untuk memerhatikan kondisi dan
kebutuhan kita. Dia lamban memberi bantuan dan memberi bila diminta maka
alhasil kita merasa bertepuk sebelah tangan, kita letih dan merasa persahabatan
ini tidak lagi berimbang sebab beban berada di pundak kita saja. Sebaliknya
dengan orang yang rajin, bukan saja dia dapat terus memercikkan api
persahabatan, tapi dia pun akan menerima banyak penghargaan sebab pada dasarnya
kita menghargai kerajinan, kita menghormati orang yang rajin sebab kerajinan
adalah sebuah karakter yang indah. Sebaliknya dengan kemalasan kita tidak
menghormatinya dan kita tahu bahwa persahabatan tidak didirikan di atas rasa tidak
hormat, maka sekali lagi karakter rajin ini sangatlah penting.
DL : Jadi inti persahabatan adalah orang
itu harus rajin, jujur dan rendah hati, tulus dan berintegritas, itu penting.
Bagaimana kita sebagai seorang Kristen bisa menjadi seperti itu, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu yang pertama kita harus bersedia
belajar, bersedia melihat kekurangan diri sebab sekali lagi kita tidak memulai
dengan kesempurnaan, saya kira sedikit orang yang mengerti bersahabat sejak
awal. Mungkin kita pernah mengecewakan teman, "Harusnya saya menolong kenapa
tidak menolong". Jadi kita menyesal dan berkata, "Lain kali saya akan lebih
berkorban". Dari hal-hal seperti itulah kita belajar tentang persahabatan dan
kita mesti lebih setia dan mengedepankan kepentingannya dan kita harus menjaga
mulut kita. Jadi dari kegagalan-kegagalan kita banyak belajar sehingga nanti
makin hari kita makin mengerti bagaimana menjaga persahabatan.
GS : Pak Paul, idealnya orang-orang yang
serumah dengan kita adalah sahabat kita, jadi kalau kita suami maka harapannya
adalah istri sebagai sahabat kita. Kalau kita orang tua maka anak-anak menjadi
sahabat kita dan kita menjadi sahabat anak-anak. Tapi faktanya kadang-kadang kita
lebih bisa bersahabat dengan orang yang ada di luar rumah kita daripada yang
ada di dalam rumah kita. Ini kenapa ?
PG : Sebab sekali lagi persahabatan
didirikan di atas karakter yang spesifik tadi, kalau tidak ada kemurahan hati,
kesetiaan dan kerendahan hati maka tidak bisa bersahabat. Kalau tidak ada
karakter itu bahkan dengan orang serumah pun maka tidak bisa bersahabat, maka
tidak jarang dalam rumah tangga misalnya ada 5 atau 6 anak tidak ada yang dekat
satu sama lain dan semua sendiri-sendiri sebab mereka egois dan mungkin mereka
melihat satu-satu seperti itu dan tidak ada yang mau bersahabat dengan adik
atau kakaknya.
GS : Jadi kalau begitu kesimpulan apa
yang Pak Paul dapat sampaikan sehubungan dengan persahabatan ini ?
PG : Amsal 11:3 berkata, "Orang
yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh
kecurangannya". Kata jujur yang digunakan disini merujuk pada
integritas yang mengandung makna jujur dan tulus. Orang yang berintegritas
bukan saja berarti apa adanya dalam dan luar tapi juga berakhlak tinggi. Dengan
kata lain, kita tidak akan menyebut seorang perampok yang berkata apa adanya
dan jujur sebagai orang yang berintegritas. Sebaliknya setinggi apa pun akhlak
yang kita miliki kalau kita hidup munafik, maka kita bukanlah orang yang
berintegritas. Jika kita ingin dicari orang sebagai seorang sahabat, maka kita
harus memiliki karakter integritas dan memulainya dengan bersikap jujur dan
membuang jauh-jauh kepura-puraan dan kata yang digunakan dalam ayat ini adalah
pengkhianat, sebagai lawan dari kata jujur sebenarnya berarti bermuka dua.
Firman Tuhan benar sekali sebab bukankah kebohongan dan akhirnya pengkhianatan
diawali dengan bermuka dua, kita bisa menjadi sahabat baik kalau kita tidak
bermuka dua, kita harus bersikap jujur kepadanya sebab kejujuran adalah
landasan kepercayaan, tanpa kejujuran tidak akan ada kepercayaan dan tanpa
kepercayaan tidak akan ada persahabatan. Namun disamping kejujuran kita harus
memelihara akhlak yang tinggi, yaitu akhlak yang menyerupai karakter Kristus
yaitu penuh kasih dan penyayang serta berani menyatakan kebenaran dan keadilan.
Tanpa akhlak kita bisa disamakan dengan perahu layar tapi tanpa layar terbawa
oleh angin, sebaliknya dengan akhlak yang mulia, kita dapat diibaratkan dengan
perahu dengan layar, kita tahu dimana kita akan melangkah dan berhenti, inilah
pribadi yang dicari dan dihormati teman, inilah pribadi yang dipakai Tuhan
secara efektif untuk menjadi terang di dalam kegelapan.
GS : Memang kita membutuhkan sahabat
dalam kehidupan ini, tapi kalau kita tanpa hikmat yang kita peroleh bukan
sahabat tapi pengkhianat dan itu akan merusak dan membebani kehidupan kita
selamanya. Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan kali ini dan saya percaya
perbincangan ini menjadi berkat bagi para pendengar kita. Para pendengar
sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan
kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala
Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Hikmat Dalam
Bersahabat" bagian yang kedua dan terakhir. Bagi Anda yang berminat
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat
surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk
56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org
kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org.
Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya
dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa
pada acara TELAGA yang akan datang.