Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Kepribadian Dominan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, mendengar istilah dominan, pikiran kita atau asosiasi kita dengan sesuatu yang menguasai, sesuatu yang hebat, begitu Pak Paul. Kalau ini dikaitkan dengan kepribadian, bukankah ini sesuatu yang sangat membahayakan bagi orang lain atau pun dirinya sendiri, Pak Paul ?
PG : Justru yang ingin saya angkat pada diskusi kali ini adalah bahwa dominan itu tidak selalu berkonotasi buruk. Dominan itu hanyalah menunjukkan sebuah kepribadian yang memang kuat, tapi tida perlu kita menyorotinya dari sisi buruknya.
Nanti akan kita bahas justru kepribadian yang dominan ini memunyai 2 sisi, sisi kekuatan dan sisi kelemahannya. Ini yang harus diwaspadai dan nanti saya akan memberi masukan pula bagaimana kita bisa hidup dengan orang berkepribadian dominan.
GS : Tetapi kalau kita berbicara tentang dominan tentu lebih dahulu kekuatannya, karena yang lebih menonjol untuk bisa dominan, tentu kelebihan atau kekuatan orang itu.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Nah, jadi yang pertama, kekuatan dari ciri kepribadian yang dominan adalah adanya sebuah kepribadian yang kuat. Artinya di dalam kepribadian orang yang dominan trdapat pendirian yang teguh dan kemampuan berpikir yang waras, yang sangat rasional.
Dengan kata lain, orang dengan kepribadian dominan tidak mudah mengubah pendiriannya hanya karena adanya tekanan dari luar. Jadi sekali dia sudah pikirkan, inilah yang dia yakini sebagai hal yang baik atau yang benar, maka orang ini akan cenderung bertahan, dia mendasari pertimbangannya atas dialog nalar dalam dirinya sehingga dia tidak terlalu bergantung pada pendapat orang lain. Kebalikan dari orang yang lemah, yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, dia sangat bergantung pada penilaian atau pendapat orang lain. Kepribadian yang dominan kebalikannya, dia tidak akan gampang-gampang mengubah pikiran, sebab segala sesuatu yang telah dipikirkannya berdasarkan pertimbangan rasional akan dia yakini sebagai hal yang baik.
GS : Orang yang memiliki kepribadian dominan merupakan hasil pembelajaran atau memang dibawa sejak lahir, Pak Paul ?
PG : Biasanya anak-anak yang pada akhirnya mengembangkan kepribadian yang dominan sudah mulai menunjukkan sifat-sifat ini sejak kecil, Pak Gunawan, yaitu misalnya anak ini tidak gampang disuruh Jadi kita mesti menyuruhnya berkali-kali sebelum ia melakukan yang kita minta.
Kadang kita mesti menggunakan ancaman, kalau dia tidak melakukan kita akan menghukumnya. Baru dia melaksanakannya, kenapa ? Sebab dia memunyai pendapatnya sendiri, dia tidak serta merta menyetujui apa yang kita katakan. Jadi pada umumnya kita akan berkata, "Kepribadian ini hasil bawaan dari lahir".
GS : Tetapi proses kehidupan umumnya justru akan membuat lebih kuat atau malah melemahkan hal yang sudah dimiliki sejak kecil ini, seperti itu Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Jadi kita sebagai orang tua jika tidak bijaksana membesarkan anak, maka kita justru meremukkan kepribadian yang dominan ini. Karena kita tidak suka maka kita akan menggunakanancaman kekerasan dan menakut-nakutinya sehingga kepribadian yang tadinya harus berkembang malahan akhirnya menjadi kuncup dan runtuh dan tidak bisa digunakan.
Tapi sebaliknya ada juga yang bisa jadi dikembangkan secara berlebihan, Pak Gunawan. Jadi ada orang tua yang terlalu mengagung-agungkan anak yang seperti ini dan memberi kepada dia kebebasan untuk berbuat apa saja, sehingga pada akhirnya kecenderungannya bukan saja kuat tapi justru mendominasi orang lain.
GS : Seperti secara fisik, kalau orang itu kuat maka dia juga bisa berdampak. Artinya misalkan dia bisa mengangkat barang yang berat dan dia juga tidak mudah sakit dan sebagainya, tapi dia memiliki sisi negatif yaitu bisa membuat orang lain takut, cedera dan sebagainya. Saya kira dengan kepribadian dominan ini, selain ada sisi positif juga ada negatifnya atau kelemahan-kelemahan yang dimiliki kepribadian ini, apakah ada kelemahannya, Pak Paul ?
PG : Ternyata ada, Pak Gunawan. Jadi di dalam kepribadian yang kuat itu, dia memang akan berdiri teguh pada pendiriannya dan dia akan bergantung penuh pada pendiriannya sendiri dan dia tidak muah dipengaruhi oleh pandangan orang yang di luar darinya.
Kecenderungannya adalah dia juga susah mendengarkan pandangan orang yang diperlukannya. Jadi begitu dia sudah mengambil keputusan, dia menganggap ini benar maka sukar bagi dia memertimbangkan kemungkinan bahwa mungkin saja dia salah. Jadi akhirnya kalau tidak hati-hati, orang dengan kepribadian dominan bisa menyeruduk, akhirnya tergelincir dan jatuh. Justru dia membuat kesalahan yang fatal, karena dia kurang menghargai pendapat orang. Orang-orang dengan kepribadian yang dominan cenderung hanya akan mau mendengar pendapatnya orang yang dia anggap di atasnya, yang lebih bijaksana, yang lebih pintar dari dia dan sebagainya, sedangkan kriteria dia tentang orang yang seperti itu memang kriteria yang agak sempit, akibatnya dia tidak dengan mudah menerima pandangan orang lain apalagi yang dianggapnya di bawah dia, yang sejajar dengan dia saja tidak mudah untuk diterima apalagi yang di bawah dia, hal ini yang menjadi kelemahannya pula. Kekuatannya adalah berpendirian teguh, tidak mudah goyah tapi kelemahannya menjadi orang yang keras kepala dan akhirnya sukar untuk mendengar pandangan orang lain.
GS : Selain keras kepala, ini justru memerlihatkan kesombongan orang ini, kesan kita kepada orang-orang yang seperti ini adalah orang-orang yang sombong dan tinggi hati.
PG : Ini adalah salah satu konsekuensinya yaitu karena dia bergantung pada pendapatnya sendiri, dia cenderung meremehkan pendapat orang lain dan akhirnya bisa jatuh ke dalam dosa kesombongan it dan dia menganggap kalau dialah yang paling hebat, dialah yang paling pintar dan dia tidak perlu pendapat orang lain dan dia meremehkan orang lain.
Ini salah satu kelemahan fatal orang yang berkepribadian dominan.
GS : Apakah itu tidak membuat kita susah untuk bersosialisasi, Pak Paul, berhubungan dengan orang lain.
PG : Sudah tentu kalau kita bekerjasama dengan orang yang seperti ini memang tidak mudah karena di dalam kerjasama dibutuhkan saling pengertian, negosiasi, saling mengalah, tenggang rasa. Jadi rang-orang seperti ini memang kuat menjadi seorang pemimpin.
Tapi kadang-kadang sulit juga hidup dengan dia, apalagi kalau kita kebetulan suami atau istri dia. Jadi kalau kita memang kebetulan suami atau istrinya, kita sering merasa frustrasi sebab berkomunikasi dengannya kadang sama halnya berhadapan dengan tembok, kita mau bicara apa, memberitahu apa, kalau dia sudah memutuskan sesuatu dia sudah tidak bisa memertimbangkan masukan kita. Jadi jalan keluar satu-satunya adalah kita harus berkomunikasi dengannya, sejelas dan selogis mungkin. Dua kata ini yang mau saya garis bawahi karena penting sekali, kalau kita berteman dengan orang yang berkepribadian dominan maka kita harus berkomunikasi dengan jelas artinya apa pendapat kita maka kita harus nyatakan sejelas mungkin. Dan kalau kita tidak setuju, maka kita harus katakan sejelas mungkin bahwa saya tidak setuju, sebab orang-orang dengan kepribadian dominan kalau melihat bahwa kita ini ragu atau samar, maka dia akan merasa kalau dia harus makin tegas karena dia makin merasa bahwa dia harus makin memberikan kejelasan, supaya jangan sampai orang itu nanti tersesat. Jadi kalau kita itu bersikap terlalu samar, ragu-ragu, tidak berani menyatakan pendapat maka kita akan makin tergilas oleh dia. Maka kalau kita tidak setuju atau punya pandangan yang lain, kita harus katakan bahwa saya tidak setuju atau memunyai pandangan yang berbeda, "Apakah boleh untuk saya ungkapkan sesuatu sebab saya mau berdialog dengan kamu". Dan saya tadi katakan bahwa kita harus selogis mungkin kalau berbicara dengan dia, bukan hanya jelas tapi selogis mungkin. Artinya kita harus pandai-pandai mengemukakan alasan atau argumentasi kita supaya dia pun dapat memertimbangkannya secara objektif. Jadi kalau dia merasa bahwa kita itu tidak logis dan alur kita itu tidak berkesinambungan, dasar argumen kita lemah dan sebagainya maka kita akan malah tidak dihiraukan. Makanya kita harus mendasari argumen kita dengan alasan-alasan yang logis.
GS : Tapi untuk berkomunikasi atau berbicara dengan logis dan jelas, ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, Pak Paul, dan orang kalau tidak terlalu terikat dengan dia, misalkan bukan bawahannya dan sebagainya atau istrinya, maka dia akan cenderung untuk melarikan diri saja. Kalau orang ini melarikan diri, lama-lama orang yang berkepribadian dominan ini akan kesulitan mencari teman, Pak Paul.
PG : Dan ini adalah salah satu konsekuensinya, Pak Gunawan. Jadi orang yang berkepribadian dominan terus bersikukuh, tidak mau memberikan kesempatan kepada orang untuk berbagi pandang dengan di akhirnya cenderung ditinggalkan oleh orang atau didiamkan atau dihindarkan, karena orang akan berpikir, "Percuma berbicara dengan dia, kalau dia inginnya seperti apa yang dia inginkan maka itu yang harus terjadi dan dia tidak mau melihat pendapat kami lagi".
Jadi sekali lagi kita bisa melihat betapa sayangnya kalau kekuatan yang begitu baik akhirnya itu justru menjadi sebuah kelemahan yang begitu fatal.
GS : Seandainya Pak Paul, orang yang dengan kepribadian dominan ini harus bekerja, bermasyarakat, melayani dan sebagainya. Kira-kira bidang apa atau di bagian mana dia ini tepat untuk menempatkan diri, Pak Paul ?
PG : Justru awalnya orang yang menyadari bahwa dirinya ini seperti ini, dia justru tidak boleh mendapatkan posisi tinggi atau sebagai pemimpin. Kalau misalnya kebetulan dia adalah anak seorang engusaha, Papanya adalah seorang pengusaha dan mudah bagi dia masuk menjadi seorang direksi dan sebagainya, justru saya akan anjurkan kepada anak ini, "Meskipun ayahmu memberikan kemudahan-kemudahan atau fasilitas-fasilitas kepada kamu untuk menjadi pimpinan, justru sebaiknya jangan kamu terima pada awal-awalnya.
Kamu justru harus mendisiplin diri untuk meniti tangga dari bawah dan jangan langsung ke atas". Karena orang yang berkepribadian dominan, kalau langsung menempati pucuk pimpinan di atas, maka dia akan makin tidak sadar dengan kenyataan di lapangan, dengan kenyataan orang, dengan pergumulan orang, dengan sudut pandang orang yang lain-lainnya. Karena sebagai pimpinan memang kehendaknya lebih cenderung untuk dituruti dan itu adalah posisi yang memberikan kepada kita keuntungan atau manfaat untuk memberikan pendapat lebih bebas. Tapi kalau orang ini masih muda maka dia perlu pengalaman dan dia perlu mendengarkan orang dengan lebih baik. Jadi apa pun yang dia kerjakan, itu tidak menjadi masalah dan yang penting adalah dia memulai dari bawah. Jadi apapun pekerjaannya dan memang tergantung talentanya. Tapi memang dia harus meniti dari bawah, mengikuti, merendah, mendengarkan orang, mengikuti perintah orang, sampai pada waktu yang agak panjang dan sampai dia terbuka untuk menjadi pimpinan, maka barulah dia naik menjadi pimpinan.
GS : Jadi sekali lagi kuncinya justru ada di dalam diri dia sendiri, kemauan dia untuk mendisiplin diri supaya tidak terlalu dominan, Pak Paul ?
PG : Jangan sampai dominannya itu menjadi dominan yang buta, yang tidak ada arahnya dan tidak ada hikmatnya. Justru kalau dia harus dominan karena dia memang orang yang dominan, itu tidak mengaa, tapi hendaknya dominan itu yang memang berhikmat yang memunyai kasih dan yang juga memunyai kerendahan hati sehingga bisa mendengarkan masukan orang.
GS : Pak Paul, mungkin ada sisi yang lain dari kepribadian yang dominan ini ?
PG : Sisi yang lain atau kekuatan yang lain adalah orang-orang dengan kepribadian yang dominan cenderung memunyai kemauan yang kuat, kemauan inilah yang terus mendorongnya untuk maju mencapai ssaran kendati jalan harus mendaki.
Kita tahu bahwa ada orang-orang yang ketika jalan sudah mulai mendaki, mereka seringkali menyerah dan berhenti di tengah jalan dan tidak mau lagi meneruskan. Tapi justru orang-orang dengan kepribadian yang dominan, waktu harus mengalami tantangan, gelombang dan sebagainya, dia tidak mudah untuk menyerah dan dia akan jalan terus. Itu sebabnya tidak jarang orang yang berkepribadian yang kuat ini cenderung menikmati keberhasilan dalam pekerjaannya karena orang-orang ini memang tidak mudah menyerah dan seringkali ini adalah kualitas dan karakteristik yang dihargai oleh atasannya.
GS : Kelebihan yang pertama dibandingkan dengan kelebihan yang kedua ini apa, Pak Paul ?
PG : Saya kira sama. Kemauan yang kuat ini bagaimana pun juga menunjukkan kepribadian yang kuat itu, dia itu percaya kepada pertimbangannya sendiri dan bukan hanya percaya tapi dia akan memunya motor untuk menggerakkannya supaya sampai di tujuan dan motor itu adalah kemauannya, jadi kemauannya, pendiriannya yang kuat serta kemauannya yang bertahan di dalam terpaan badai, itu memang perpaduan kombinasi yang penting.
GS : Orang-orang seperti ini memang seringkali menemukan ide-ide yang baru, yang bagus, yang inovatif, yang bisa berguna bagi orang lain.
PG : Betul. Dan memang ini adalah kekuatan dari dia apalagi kalau memang didukung dan diberikan tanggapan positif dari orang lain. Tapi kadang-kadang juga kalau dia tidak mendengarkan orang, adkalanya inilah justru yang menjerumuskan, orang dan baik perusahaan atau pelayanan yang dipimpinnya masuk ke jurang.
Dan kadang-kadang itulah yang terjadi, gara-gara terlalu bernafsu mau ini dan pasti bisa, pertimbangannya begitu kuat, kita yakini keyakinannya begitu kuat juga dan susah dibendung, maka akhirnya orang mengikutinya, padahalnya dia membawa semua orang ke jurang dan itu pun terjadi.
GS : Jadi sisi lemahnya ciri yang kedua ini apa, Pak Paul ?
PG : Ini, Pak Gunawan, tadi saya sudah singgung bahwa orang yang berkepribadian dominan karena kemauannya yang kuat itu cenderung mencapai sasarannya alias dia bisa mencicipi, menikmati keberhailan.
Keberhasilan biasanya melahirkan keyakinan diri, makin sering berhasil maka makin yakin diri, dengan bertambahnya keyakinan diri maka bertambah kuat pulalah keinginan untuk mencapai sasaran. Jadi dia merasa berhasil, rekan kerjanya mengatakan bahwa dia selalu berhasil, makin kuat keinginannya untuk sampai sasaran. Jadi ini adalah kekuatan sekaligus kelemahan pribadi yang dominan, kenapa ? Keinginannya yang kuat membuat dia untuk sulit mundur dari keinginannya sendiri yang belum tentu selalu baik dan benar. Jadi dengan kata lain, musuh terbesarnya adalah dirinya sendiri sebab kalau dirinya sudah berkeinginan maka dia sendiri tidak bisa membendung keinginannya itu. Adakalanya ini justru yang menghancurkan hidupnya.
GS : Pak Paul, kalau kita memerhatikan tokoh Alkitab, apakah orang-orang seperti Musa, seperti Paulus mereka juga memunyai kepribadian yang dominan itu ?
PG : Saya kira demikian, mereka adalah orang-orang yang dominan makanya seperti Musa, dia bisa menggembalakan atau memerintah jutaan orang Israel, meskipun 600.000 yang dicatat, itu adalah 600.00 pemuda yang sanggup berperang, tidak termasuk anak-anak dan orang-orang tua.
Jadi kalau dijumlahkan semuanya maka lebih dari 1.000.000 orang dan mungkin juga bisa 2.000.000 orang yang dipimpin oleh Musa dan hidup di padang gurun, itu bukan hal yang mudah. Jadi jelas kita melihat kepemimpinan yang kuat dari Musa.
GS : Bagaimana kalau kita hidup dengan orang yang memunyai ciri yang kedua itu yaitu memunyai kemauan yang kuat ini, Pak Paul ?
PG : Ini merupakan salah satu hal yang menakutkan hidup bersamanya, kalau dia hidup seperti ini yaitu kemauannya kuat, kadang-kadang dia akan mengeluarkan pendapat atau menunjukkan sebuah keingnan yang benar-benar menunjukkan kalau ini adalah sesuatu yang keliru dan kita merasa takut waktu dia mengatakan sesuatu yang dia ingin lakukan.
Takut kenapa ? Sebab kita tahu, sekali dia mau maka sukar baginya untuk menerima penolakan. Jadi kecenderungannya adalah terus mengejar kemauannya sampai dia mendapatkannya, kalau itu adalah hal yang baik maka tidak mengapa, tapi kalau kita lihat bahwa itu benar-benar salah dan benar-benar ini bisa menghancurkannya maka ini akan sangat mengerikan bagi kita. Jadi jika itulah yang terjadi, saya bisa sarankan dua hal ini. Pertama, waktu dia berkata mau ini dan itu dan sebagainya, kita tidak memberikan kepadanya reaksi tidak setuju, seketika itu juga. Jangan! Sebab orang-orang yang dominan itu juga langsung dengan keras berkata, "Tidak setuju dan sebagainya" maka justru dia akan tambah marah dan dia tidak bisa dibendung lagi. Justru kita harus tegas, namun tidak dengan reaksi keras. Tegas itu dengan pengertian kita berkata tidak setuju, namun tidak dengan reaksi keras. Salah satu cara yang bisa saya sarankan adalah kita mengajukan pertanyaan untuk menimba informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang diinginkannya itu, jadi kita bertanya terus kepadanya dan apakah dia itu bisa menjawabnya, apakah dia mengerti apa yang menjadi konsekuensinya, baik buruknya apa yang dia inginkan itu. Pertanyaan harus berwujud dari keingintahuan dan bukan upaya untuk memerlihatkan kesalahan atau kekurangannya, sebab kalau belum apa-apa kita sudah bertanya-tanya dan sengaja untuk merintangi dia, maka dia akan defensif, tidak suka dan melawan. Jadi memang kita tanya karena kita ingin tahu bahwa apakah dia tahu tentang semuanya, baik buruknya dan sebagainya. Setelah kita mendengarkan apa yang dia ucapkan, maka selalu kita katakan untuk memertimbangkan keinginannya itu, kalau kita memang tidak setuju, dengan tenang barulah kita ajukan keberatan kita. Jadi kita meminta kembali untuk dia berpikir ulang apa yang telah dia putuskan itu.
GS : Tapi biasanya orang dengan kemauan yang keras seperti ini justru menyukai tantangan dan berani mengambil resiko, dan kita yang memiliki kepribadian yang tidak sama dengan dia, sulit untuk mengikutinya, Pak Paul.
PG : Tapi memang hidup dengan orang yang seperti ini, kadang-kadang kalau ini sudah benar-benar terlalu mengerikan, keputusan ini sudah sangat salah. Kita memang harus bijaksana setelah minta da untuk menjelaskan dan kita bilang kalau kita akan memertimbangkan dan kemudian kita mengajukan keberatan kita dan mungkin kita mengajak dia untuk berdoa dulu, "Mari kita berdoa dulu, sebelum kamu memutuskan".
Jadi terus meminta waktunya untuk berdoa, misalkan setelah kita melakukan hal itu dan dia tetap pada rencana yang semula maka kita bisa membiarkannya jika hal itu tidak berdampak luas pada kehidupan keluarga. Tapi bila akan berdampak luas dan berdampak buruk dengan keluarga, maka dengan teguh kita harus berdiri tegas mengatakan ketidak setujuan kita karena sekali lagi kalau sampai titik akhir, dia masih mau seperti itu dan ini sangat berbahaya maka harus ada orang yang tegas berkata, "tidak". Jadi sekali lagi untuk orang yang berkepribadian dominan, kalau kita samar atau ragu maka nanti dia akan terus menerobos. Jadi pada akhirnya kita harus berdiri tegak dan berkata, "Kalau tidak, maka tidak".
GS : Itu berarti kita akan menjadi dominan di atas dia yang dominan ?
PG : Pada titik itu kita memang harus berani melawannya atau tegas kepadanya, seolah-olah kita memang dominan, tapi sebetulnya kita tidak dominan, besar kemungkinan kita lebih mudah untuk berneosiasi dan sebagainya.
Kalau dia melihat bahwa kita bukanlah orang yang mudah untuk merintanginya, dia itu melihat 9 dari 10 akan mendukung dia, tapi yang satu ini yakni kita tidak mendukung dia, maka seharusnya dia itu sadar, "Benar juga ya, pasangan saya ini 9 dari 10 setuju ikut saya, tapi untuk yang kali ini dia tidak bisa ikut, mungkin ada yang dia pikirkan yang saya tidak lihat dan mungkin ada sesuatu yang tidak baik yang saya tidak hiraukan sekarang". Mudah-mudahan kita ini tidak mudah-mudah bilang tidak setuju, jadi kalau kita berkata bahwa kita ini tidak setuju, bobot ketidaksetujuan itu menjadi lebih berat atau menjadi lebih besar.
GS : Susahnya juga seperti yang Pak Paul katakan, orang-orang yang dominan ini terlalu percaya kepada dirinya sendiri. Sehingga ketergantungannya dengan Tuhan itu kecil sekali, Pak Paul dan dia merasa bisa, bahkan mungkin dia merasa dia bisa memaksa Tuhan untuk memenuhi keinginannya ini.
PG : Makanya ini salah satu kepribadian yang bisa menjadi berkat besar, tapi juga bisa menjadi kemalangan besar. Sebab betul, orang-orang seperti ini seringkali tidak menghiraukan Tuhan, merekatidak peduli apakah Tuhan setuju atau tidak.
Jadi orang-orang seperti ini menempatkan diri di atas Tuhan. Maka kalau pendengar kita kebetulan mengakui Anda berkepribadian seperti ini, harus bisa mengerem, Anda harus ingat bahwa tidak boleh kalau tidak menghiraukan Tuhan dan harus tunduk kepada-Nya.
GS : Kesimpulan apa yang ingin Pak Paul bagikan kepada para pendengar, Pak Paul?
PG : Kepribadian yang dominan umumnya melahirkan kepemimpinan yang kuat, seperti lokomotif bisa menghela gerbong kereta di belakangnya untuk mengikuti jejaknya dan tidak bisa disangkal yang di elakangnya, orang akan merasa aman karena mengetahui dengan jelas arah yang ditempuh.
Tapi sebaliknya, dia pun akan dapat menarik gerbong kereta untuk masuk ke dalam jurang. Itu sebabnya kalau kita sebagai pendampingnya, baik istri maupun suaminya, kita harus berfungsi sebagai penolong baginya, selama ia percaya dengan niat baik kita, pada umumnya dia akan bersedia mendengarkan kita. Jadi kita harus menjalin relasi dengan baik, sehingga dia tahu kalau kita sungguh-sungguh percaya kepadanya bahwa kita hanya mau melihat hal yang terbaik yang terjadi di dalam dirinya dan keluarga kita. Dan kita tidak gampang-gampang berkata, "tidak" terhadap ide-idenya, kalau semua kita lakukan dan waktu dia harus mengambil keputusan yang kita tahu sangat salah maka kita harus bersikap tegas. Namun terlepas dari berkomunikasi dengannya secara efektif, kita harus memerlihatkan kehidupan yang berintegritas agar dia dapat respek kepada kita. Firman Tuhan di Mazmur 18:24-25 mengingatkan "Aku berlaku tidak bercela dihadapannya dan menjaga diri terhadap kesalahan karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan matanya". Jadi hidup benar dan hidup berhikmat adalah kunci untuk hidup bersama orang yang dominan.
GS : Justru di situlah kuncinya, banyak orang benar tapi hidupnya tidak berhikmat atau sebaliknya berhikmat tapi hidup tidak benar. Hal ini menjadi sesuatu yang kompleks sehingga masih banyak orang yang cukup dominan yang sebenarnya bisa menggunakan kelebihannya untuk hal-hal yang positif, tapi justru melakukan hal-hal yang negatif yang merugikan banyak orang.
PG : Betul sekali. Dan kita sebagai pendampingnya harus mengutamakan dan memerlihatkan kehidupan yang baik di hadapan Tuhan, kehidupan yang berkenan kepada Tuhan sehingga pasangan yang dominan tu menaruh respek sehingga mudah-mudahan meskipun dia kurang berhikmat atau kurang benar dalam sikapnya yang dominan, melihat kita hidup berkenan kepada Tuhan maka akhirnya dia akan menaruh respek dan lebih bersedia untuk mendengarkan masukan kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kepribadian Dominan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.