Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu tentang "Pelajaran dari Daud". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pada perbincangan yang lalu kita memperbincangkan tentang kehidupan Daud yang sungguh unik, kita bisa belajar dari kehidupannya karena Kitab Suci secara transparan sekali menuliskan kehidupan raja Daud, bahkan sebelum menjadi raja. Untuk melanjutkan perbincangan ini, supaya para pendengar kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, mungkin Pak Paul bisa mengulas secara singkat apa yang kita telah perbincangkan pada kesempatan yang lalu.
PG : Sebagai tokoh yang kita mau lihat dan pelajari. Karena bagi kita Daud adalah seseorang yang memberikan inspirasi sekaligus penghiburan. Inspirasi untuk kita melangkah melampaui apa yang seang kita lakukan, melampaui apa yang biasanya membatasi kita.
Itulah yang dilakukan oleh raja Daud tapi dia juga adalah sumber penghiburan karena nanti kita akan lihat bahwa dia manusia seperti kita, seseorang seperti Daud pun juga bisa jatuh, tapi kita nanti akan lihat bahwa pengampunan dari Tuhan juga tersedia dan nanti pun kita akan lihat Tuhan kembali memulihkan Daud. Jadi hidup Daud adalah hidup yang memberi inspirasi sekaligus penghiburan bagi kita. Sebuah kehidupan yang juga merefleksikan kita semua sebagai anak-anak Tuhan, kita telah belajar sekurang-kurangnya 3 hal tentang Daud yaitu yang pertama adalah dia orang yang menantikan waktu Tuhan. Kesabaran yang luar biasa meskipun dia telah diurapi menjadi seorang raja, dia tidak tergesa-gesa, dia menunggu waktu Tuhan menjadikannya raja. Dia juga menaruh rasa hormat yang begitu besar kepada Tuhan sehingga meskipun berkesempatan mengakhiri hidup Saul, mengakhiri penderitaannya yang dikejar-kejar oleh Saul, dia tidak melakukannya sebab dia menaruh hormat kepada Tuhan, dia mengatakan dia tidak boleh membunuh Saul sebagai orang yang Tuhan telah urapi. Jadi itulah sikap yang mesti kita juga kedepankan, mementingkan Tuhan, melakukan yang berkenan kepada Tuhan apa pun kondisi yang kita alami. Dan yang terakhir kita telah belajar tentang keberanian, keberanian melawan hewan buas, keberanian melawan Goliat, keberanian yang benar-benar meresikokan nyawanya sendiri meskipun dia tidak harus melakukan semua itu, keberanian yang bersumber dari iman yang kuat bahwa semua ada di tangan Tuhan, tidak ada hal yang terjadi jika Tuhan tidak menghendakinya. Jadi inilah tiga pelajaran yang kita petik dari kehidupan Daud, Pak Gunawan.
GS : Dan selanjutnya apa, Pak Paul?
PG : Yang berikut adalah dari Daud kita belajar akan cintanya yang besar pada sahabatnya, Yonatan. Daud bukan hanya seorang yang berani, hidup beriman kepada Tuhan tapi dia juga seorang manusiayang menghormati satu sama lain, yang bisa membangun persahabatan dengan begitu kuat dan akrab.
Ada orang yang rohani sekali tetapi tidak bisa hidup dengan manusia, yang menekankan Tuhan, berbicara tentang Tuhan dan sebagainya, tapi dia sangat sulit sekali untuk bisa berhubungan dengan sesama manusia. Tidak demikian dengan Daud, hidupnya selalu dikelilingi oleh orang dan orang-orang yang memang setia bahkan berani menaruhkan nyawa baginya. Kita tahu dari perwira Daud yang bahkan bersedia mengambilkan air, menembus garis pertahanan musuh, mempertaruhkan nyawa mereka. Kenapa mereka mencintai Daud? Jadi kita bisa melihat bahwa Daud pun orang yang bisa membangun persahabatan dengan orang lain. Kita lihat dia bukan saja setia kepada Yonatan, pada waktu Yonatan masih hidup, dia memegang janjinya, dia akan memelihara keturunan Yonatan dan itulah yang dia lakukan. Waktu Yonatan sudah mati, dia mencari tahu siapakah keturunan Yonatan, dia mendapatkan Mefiboset dan kemudian dia merawatnya sampai-sampai membiarkan anak Yonatan makan, duduk di mejanya di dalam kerajaannya. Rupanya inilah yang membuat Daud bisa bersahabat dengan orang, dia setia. Makanya Amsal berkata, "Banyak orang mengaku-ngaku mengasihi tapi siapakah yang setia." Setia adalah bukti kasih, setia adalah karakter yang memang mulia tapi Daud menunjukkan kesetiaan bukan hanya kepada Tuhan tapi juga kepada sesama, dia tidak sembarangan melanggar janji, apa yang dia katakan, dia tepati. Ini sikap atau karakter mulia yang perlu kita pegang, Pak Gunawan. Betapa mudahnya kita berjanji tapi tidak menepati, betapa mudahnya kita mengumbar perkataan, "Saya mengasihi saudara," tapi tidak ada apa-apa dibalik perkataan itu, tidak demikian dengan Daud, dia pegang janjinya dan dia buktikan kasihnya.
GS : Memang persahabatan Daud dan Yonatan ini menjadi teladan nyata bagi kita, suatu contoh konkret tentang persahabatan yang sebenarnya Pak Paul, padahal sebenarnya diantara mereka ada suatu jurang pemisah yang besar yaitu Daud dari desa, dia anak orang yang kurang mampu, sedang Yonatan adalah anak Raja Saul sendiri. Kalau kita lihat di sini sebenarnya persahabatan itu tidak terhalangi oleh hal-hal seperti itu, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jadi persahabatan lintas kelas ekonomi. Jadi Daud dan Yonatan adalah yang satu dari latar belakang kurang, yang satu dari latar belakang berlebihan, satu orang biasa, satu orng ningrat tapi dua-duanya bisa bersahabat dan kita juga harus mengakui bahwa persahabatan ini tidak bertepuk sebelah tangan, Daud seorang yang berkarakter mulia, demikian pula Yonatan, meskipun ayahnya melarang dia bersahabat dengan Daud, dia tetap bersahabat bahkan melindungi Daud dari rancangan ayahnya untuk membunuh Daud.
Makanya Saul begitu marah, mengutuki Yonatan tapi Yonatan tidak peduli. Dia tahu kalau dia melakukan hal yang benar bahkan Yonatan berkata bahwa dia tahu bahwa Tuhan sudah menyerahkan tahta ayahnya kepada Daud. Kita melihat sebuah jiwa yang begitu mulia tidak mengungkungi tahta kerajaan ayahnya. Dia putra mahkota seharusnya dia yang menggantikan tapi dia begitu rela melepaskannya, memberikan kepada sahabatnya sebab sekali lagi dia melihat Tuhan memang sudah menetapkan Daud. Jadi ujung-ujungnya sahabat ini memang terpulang pada Tuhan, dua-duanya tunduk pada Tuhan, dua-duanya menaruh hormat kepada Tuhan dan mengesampingkan pendapat pribadi mereka. Sebetulnya inilah kunci persahabatan Pak Gunawan, kadang-kadang kita tidak bisa mempertahankan persahabatan gara-gara perbedaan-perbedaan, kepentingan-kepentingan kita bertabrakkan dan sebagainya. Tapi kita melihat dalam kasus Daud dan Yonatan, meskipun dua-duanya sebetulnya dipisahkan oleh kepentingan. Daud mempunyai kepentingan menjadi raja, Yonatan juga sebetulnya mempunyai kepentingan menjadi raja menggantikan ayahnya, tapi dua-dua tunduk kepada Allah, dia tetap menunggu waktu Tuhan, sabar pada cara Tuhan untuk memberikan tahta Saul kepadanya, di sini kita bisa melihat atau saya kira Yonatan bisa melihat betapa mulainya karakter Daud, Daud tidak mau membalas, Daud berkesempatan membunuh Saul tapi Daud tidak melakukannya. Saya kira Yonatan diingatkan lagi dan diingatkan lagi betapa mulianya Daud tapi kita bisa melihat kenapa Daud tidak melakukan semua itu ? Karena dia menaruh hormat kepada Tuhan. Sama juga dengan Yonatan, kenapa dia tidak menyingkirkan Daud yang akan mengambil tahtanya ? Karena dia tahu bahwa Tuhan sudah menetapkan Daud. Jadi kita lihat persahabatan itu akhirnya langgeng, begitu kuat sebab dua orang ini tidak mementingkan diri, dua-dua mementingkan Tuhan dan kehendakNya.
GS : Jadi pernyataan Tuhan Yesus kepada kita bahwa kamu adalah sahabatku, itu adalah sesuatu yang sangat besar artinya buat kita sebenarnya, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jadi itu menunjukkan suatu kehormatan yang Tuhan berikan kepada kita, kita bukan saja hamba, kita memang tetap hamba Tuhan tapi kita telah dinobatkan menjadi seorang sahabat ang setara dengan Tuhan.
Dan itu juga menunjukkan sebuah kepercayaan yang besar, Tuhan menaruh percaya kepada kita bahwa kita itu akan setia kepadaNya, melakukan pekerjaan-pekerjaanNya dan membela kepentinganNya.
GS : Masih ada hal lain yang kita akan pelajari dari Daud, Pak Paul ?
PG : Dari Daud kita pun belajar tentang kesediaannya untuk belajar dan mendengarkan saran orang lain dan ini menunjukkan kerendahan hatinya. Misalnya dia tidak jadi membunuh Nabal yang telah meghinanya atas desakan Abigail.
Dia sudah siapkan pasukan, dia mau membunuh Nabal yang telah menghinanya. Tapi waktu istri Nabal datang memohon jangan lakukan itu, dia mendengarkan. Kita juga melihat ini berulang-ulang kali. Waktu Nabi Natan menegurnya, dia pun juga belajar rendah hati menerima tegurannya. Jadi kita melihat sebuah sikap rendah hati pada diri Daud. Susah untuk kita rendah hati kalau kita sudah gemilang tapi waktu kita memang kehilangan apa-apa, tidak punya apa-apa, kita mudah rendah hati karena tidak ada lagi yang kita bisa banggakan, tidak ada lagi yang kita gunakan sebagai perisai dan pertahanan. Tapi Daud dalam posisi sebagai seorang raja, sebagai seorang yang berkuasa dia bersedia mendengarkan orang. Makin hari makin saya lihat inilah yang seringkali terhilang di dalam sosok kita sebagai anak-anak Tuhan yang akhirnya diberi kesempatan oleh Tuhan menduduki tampuk kepemimpinan, betapa susahnya kita yang sudah duduk di tampuk kepemimpinan untuk mendengarkan orang lain. Kita terus mengklaim kita mendengarkan Tuhan tapi kita lupa bahwa seringkali Tuhan juga menyatakan pimpinan dan kehendakNya lewat orang-orang biasa, orang-orang di sekitar kita tapi kita menutup telinga, kita berkata "Ini dari Tuhan dan saya dengar dari Tuhan langsung." Tidak demikian dengan Daud, sebenarnya dia bisa berkata kepada Abigail, "Kamu siapa, menyuruh-nyuruh saya tidak membalas kejahatan suamimu, saya patut membalas kejahatan suamimu." Dan saat itu dia bisa membawa pasukannya yang ribuan itu. Siapakah seorang wanita Abigail yang seorang diri saja meminta dan menyarankan itu, tapi tetap Daud lakukan. Jadi karakter rendah hati, siap mendengarkan masukan orang lain, ini sesuatu yang perlu kita pelajari dari Daud.
GS : Memang sebenarnya akan jauh lebih baik kalau kita mau mendengarkan pendapat orang lain karena dengan begitu wawasan kita sebenarnya lebih dibukakan. Mungkin orang lain bisa memberikan masukan yang lebih baik dari pada kalau kita memutuskan sendiri atau mengambil kesimpulan sendiri, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Orang yang tidak lagi mau mendengarkan orang lain, pada akhirnya hanyalah akan mendengarkan dirinya sendiri, itu bahaya sekali sebab orang yang hanya mendengarkan dirinya seniri pada akhirnya akan dikuasai oleh dirinya sendiri.
Jadi akan terpaksa oleh realitas dan bahkan pada akhirnya terlepas dari tuntunan Tuhan.
GS : Sering kali Tuhan memakai anak-anak kita untuk memperingatkan kita sebagai orang tua.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kalau kita sudah mempunyai tekad untuk terbuka mendengarkan masukan orang, Tuhan akan begitu senang dan akan menghadirkan begitu banyak situasi, begitu banyk orang untuk berbisik kepada kita.
Itu sebabnya orang yang begitu terbuka, mau mendengarkan pimpinan Tuhan dan belajar dari masukan-masukan orang, makin hari makin diperkaya, makin hari makin diberkati. Kenapa ? Sebab dia makin dipimpin oleh Tuhan. Jalannya makin di jalur yang Tuhan kehendaki, sebaliknya orang yang tidak mau mendengarkan orang lain, akhirnya Tuhan tidak bisa lagi berbicara kepada dia.
GS : Saya juga terkesan akan kasih Daud kepada Tuhan atau cinta Daud kepada Tuhan, ketika dia melihat bahwa dia tidak pantas di sebuah istana yang begitu besar padahal waktu itu Bait Allah sangat sederhana sekali dan dia bertekad untuk mendirikan Bait Allah, Pak Paul, walau pun akhirnya dia dilarang oleh Tuhan.
PG : Betul sekali. Kita melihat memang sebuah hati yang penuh akan cinta kepada Tuhan, itu pun bisa kita lihat pada tulisan-tulisannya di Mazmur yang sebetulnya merupakan lagu atau pujian. Kitabisa belajar dari Daud akan cintanya yang begitu dalam kepada Tuhan.
Kita lihat cinta itu dinyatakan waktu dia membela nama Tuhan di hadapan Goliat, meskipun nyawanya bisa melayang di tangan Goliat, karena cintanya kepada Tuhan dia tetap maju. Kita juga tahu waktu dia membawa tabut pulang ke Yerusalem, dalam perjalanan dia begitu senang karena bisa membawa tabut perjanjian Tuhan kembali ke Yerusalem, dia menari-nari dan mungkin bajunya atau tindakannya itu seperti orang awam tidak lagi ningrat, seperti orang kelas atas sehingga istrinya Mikhal menghinanya, tapi dia tidak peduli dan berkata "Kalau saya mau melakukan hal yang lebih hina dari ini pun saya bersedia demi Tuhan." Jadi itulah jatuh cinta kepada Tuhan, dia akan bersedia melakukan apa pun. Kenapa ? Cinta yang besar itu memotivasinya, dan ini yang penting. Cinta yang besar kepada Tuhan memerdekakan kita untuk melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki.
GS : Memang banyak hal yang kita sudah bicarakan tentang kebaikan Daud tapi juga kita melihat bahwa Kitab Suci tidak menutup-nutupi akan kekurangan Daud, Pak Paul. Hal apa yang kita bisa pelajari dari kejatuhan Daud, Pak Paul?
PG : Kita tahu akhirnya di masa kegemilangannya Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan, dia jalan-jalan di sotoh rumahnya atau di loteng rumahnya. Dan dari atas dia melihat seorang wanita yang sedng mandi, rupanya saat itu istana Daud dikelilingi oleh rumah-rumah perwiranya.
Dan rupanya rumah perwira Uria, suami Batsyeba, tidak jauh dari istana maka Daud bisa melihatnya, di sini pun kita bisa sedikit menyimpulkan bahwa besar kemungkinan Uria adalah salah satu perwira yang memang ditempatkan dekat dengan rumah Daud sebagai penjaga. Jadi yang lebih jauh mungkin tidak ditempatkan sebagai penjaga, tapi dialah penjaga dan juga penjaga nyawa Daud. Oleh karena itu ditempatkan dekat dengan rumah Daud sehingga kalau musuh menyerang dan sebagainya, merekalah menjadi lingkaran terdalam yang melindungi Raja Daud. Inilah ironi dari semuanya, Pak Gunawan, akhirnya Daud justru melihat Batsyeba mandi, berzinah dengannya, hamil, dia mau menutupi dosanya, dia panggil Uria dari medan pertempuran, dia pesta, dia mengajak minum dengan tujuan menyuruhnya pulang supaya nanti Uria bisa kembali bersetubuh dengan Batsyeba dan nanti Batsyeba bila mengklaim ini anak Uria. Tapi begitu setianya Uria, dia tidak mau pulang, dia tidur di pintu istana Daud, besoknya Daud kaget kenapa dia tidak pulang. Dibuatkan pesta lagi, diajak minum lagi sampai mabuk dengan harapan dia akan pulang dan mungkin meniduri istrinya tapi tetap itu tidak dilakukannya. Dia tidur di pintu istana, akhirnya disuruh kembali ke medan pertempuran, Daud menulis surat kepada Saul memintanya untuk menempatkan Uria di gugusan terdepan supaya bisa dibunuh. Dosa yang luar biasa, bagaimanakah bisa keluar dari seorang Daud ? Tidak bisa kita mengerti, Pak Gunawan. Tapi di sini kita bisa menyimpulkan, kita memang manusia berdosa. Tuhan memang sudah katakan bahwa hati manusia itu teramat jahat dan teramat jahat. Jadi kita bukan hanya kehilangan kemuliaan Tuhan tapi masuk menjadi yang terjahat, makanya dari seorang Daud yang begitu mulia bisa keluar hal yang begitu keji. Inilah manusia, inilah kita semua jangan sampai kita lengah, jangan beranggapan kita kuat. Saya ingat sekali perkataan dari Pdt. Track Lorrey di Amerika, dia berkata "Kita manusia dalam kondisi terbaiknya, tetap seorang berdosa," dan betul sekali. Saat itu Daud dalam kondisi terbaiknya secara rohani, secara karier dan sebagai seorang tentara, sebagai seorang raja, kerajaannya makmur, luas dan kokoh. Di dalam kondisi terbaiknya Daud seorang berdosa sayangnya dia lupa, dia lengah dan di situlah dia jatuh.
GS : Hal itu memang menyadarkan kita akan kebenaran Firman Tuhan bahwa pada saat kita kuat, justru kita harus sangat berhati-hati, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Dan Tuhan sudah mengingatkan juga bahwa betul yaitu Roh memang penurut, maunya kita memuliakan Tuhan, maunya kita melakukan hal yang Tuhan kehendaki, Roh penurut tapi daging emah.
Jadi Tuhan berharap kita selalu mawas diri. Mengertilah bahwa daging kita sangat lemah sehingga kapan waktu kita bisa jatuh maka kita harus memagari diri kita. Sudah tentu yang Daud lakukan adalah buru-buru turun jangan diam di atas loteng, buru-buru turun dan tidak mau melihatnya lagi dan meminta Tuhan menguatkan dirinya tapi itu tidak dilakukan oleh Daud. Dia malah menonton dan kemudian dia memanggil pesuruhnya untuk memanggil Batsyeba. Benar-benar sebuah langkah yang terencana dan itu semua memerlukan waktu, Daud punya waktu untuk berkata tidak, Daud punya waktu untuk melawan dosa tapi tidak dilawannya sama sekali. Di sini kita melihat kelemahan orang itu dibawa dari kecil sampai besar. Kita bandingkan Daud dengan Uria, Uria mempunyai penguasaan diri yang luar biasa kuatnya. Saat itu kalau tentara pergi berperang bukan hanya berbulan-bulan, tapi bisa juga sampai bertahun-tahun. Tidak sama seperti sekarang, ada rotasi bisa pulang dan sebagainya tapi pada saat-saat itu tidak! Selama pertempuran belum selesai, mereka tidak bisa pulang karena kalau mereka keluar pulang, maka musuh masuk. Jadi di gugusan terdepan, tentara terus berbaris berperang dan tidak ada yang pulang. Jadi bisa dibayangkan sebagai seorang manusia, sebagai seorang laki-laki, Uria sudah tentu membutuhkan istrinya. Dan juga dikatakan Batsyeba seorang wanita yang cantik dan mereka pasangan muda. Jadi kita bisa melihat betapa kuatnya penguasaan diri Uria, bahkan setelah dicekoki anggur sampai mabuk sekalipun, karakternya, penguasaan dirinya yang begitu kuat melarang dirinya untuk pulang meskipun secara manusiawi dia seorang laki-laki yang pergi tidak tahu sudah berapa bulan atau berapa tahun, dia pasti membutuhkan relasi seksual dengan istrinya, tapi dia tetap tidak pulang dengan satu alasan yaitu serdadu-serdadu tuanku tidur di bawah langit menghadapi maut, mana mungkin saya enak-enakkan dengan istri saya, itu sebuah karakter yang mulia. Di sini kita lihat kekuatan Uria, dikontraskan dengan kelemahan Daud, Daud berpikir pasti Uria mau pulang dan bersetubuh dengan istrinya. Kenapa Daud berpikir begitu, sebab Daud seperti itu, sebab dia memiliki kelemahan dalam soal seksual. Dia senang dengan yang cantik, dengan yang indah dan kelemahan itu rupanya dia bawa. Kita tahu juga dari seorang Abigail, setelah Nabal menikah, dia menikahi Abigail, janda itu dan itu langsung bukan karena Abigail perempuan yang salah, tapi Abigail adalah perempuan yang mulia, tapi kita lihat Daud sangat mudah tertarik pada kecantikan. Kita lihat di sini sebuah pengkontrasan, Daud mempunyai kelemahan. Pelajaran buat kita adalah waspada dengan diri kita. Kita mesti menyadarinya, mengakuinya dan menjaganya hati-hati.
GS : Tapi kita bersyukur ketika Nabi Natan datang dan mengingatkan Daud, Daud sempat bertobat.
PG : Itu yang indah yaitu Daud bertobat dan ini merupakan suatu keniscayaan, keharusan dalam menghadapi dosa. Kita belajar dari Daud apapun perbuatannya, sebesar apa pun dosanya perlu minta penampunan Tuhan, perlu bertobat.
Dia pun juga berani menanggung akibat buruk dosanya yaitu diusir dari kerajaannya, terancam dibunuh oleh putranya sendiri. Daud tahu kalau itu adalah ganjaran atas dosanya dan ia menerimanya dengan pasrah, inilah spirit Daud yang perlu kita pelajari. Sudah berdosa maka minta ampun, bertobat dan inilah yang Tuhan minta dari kita, Daud tidak mengulang dosanya itu, kita tahu sampai akhir hidupnya Daud tidak pernah mengulang perzinahan, dia benar-benar bertobat, dia berubah 100 persen di sini.
GS : Memang Natan pun dengan bijak mengingatkan Daud, dan Daud cukup peka dengan perkataan itu.
PG : Betul sekali. Dan Daud tidak mempertanyakan apakah ini dari Tuhan dan sebagainya, kita tahu ada raja-raja Israel waktu diingatkan oleh nabi, malahan dia mau membunuh nabinya dan banyak yan seperti itu.
Tetapi tidak dengan Daud, dia tahu Natan hamba Tuhan, dia percaya ini adalah titipan Tuhan dan dia tahu bahwa Tuhan sudah menegurnya maka dia langsung bertobat. Maka pelajaran buat kita, jangan keraskan hati, kadang-kadang inilah yang menjadi penghalang kita datang kepada Tuhan yaitu mengeraskan hati, tidak mau mengakui, tidak mau meminta belas kasihan Tuhan, tidak mau meminta Tuhan kembali merajut hidup kita tapi seringkali kita mau urus sendiri dengan cara kita, jangan ! Daud maju ke hadapan Tuhan, mengakui kehancurannya, memohon belas kasihan Tuhan untuk kembali menyentuhnya dan memulihkannya dan itu yang Tuhan lakukan.
GS : Dan dari situ kita bisa belajar, Pak Paul, bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk menyesali dosa dan bertobat.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Pak Paul, dari semuanya ini, kesimpulan dari pembicaraan ini apa ?
PG : Saya akan bacakan dari 2 Samuel 23:3-5 , di akhir hidupnya Daud bersaksi "Apabila seseorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan Allah, ia bersinar seperti fajar diwaktu pagi, pagi yang tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah.
Bukankah seperti itu keluargaku di hadapan Allah?" Ini sebuah kesaksian Daud di penghujung hidupnya. Dia memberikan resep yaitu takut akan Tuhan, adil dengan manusia dan inilah yang nanti Tuhan akan perbuat, dia akan memberkati, dia akan memuliakan diri kita dan keluarga kita.
GS : Dan memang di dalam kehidupan Daud, kelihatan sekali bahwa dia seorang yang adil dan patut kita contoh, kita teladani di dalam kehidupan kita sehari-hari.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kita kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pelajaran dari Daud" bagian yang ke II, merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang lalu. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat
telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di
www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.