Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dari Jaya ke Jatuh." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, kehidupan manusia ini pada kenyataannya tidak selalu senang, silih berganti senang, susah, juga kadang-kadang sukses di dalam usaha tapi kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan, kadang-kadang sehat dan kadang-kadang sakit. Uniknya di Alkitab pun rupanya diberikan contoh-contoh kehidupan nyata seperti itu, itu tentu Tuhan mau mengajarkan sesuatu kepada kita. Apakah betul begitu Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, Alkitab memang penuh dengan contoh-contoh kejatuhan dari beberapa anak Tuhan, itu sebabnya saya kira kita perlu belajar dari pengalaman-pengalaman mereka agar kit tidak tersandung pada kesalahan dan dosa yang sama.
GS : Salah satunya siapa Pak Paul?
PG : Salah satunya yang akan kita angkat pada kesempatan ini adalah seorang raja yang bernama Hizkia. Untuk mendapatkan gambar yang lebih utuh, saya akan membacakan bagian dari firman Tuhan, yitu dari II Tawarikh 32:24-27, Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit, sehingga hampir mati.
Ia berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan berfirman kepadanya dan memberikannya suatu tanda ajaib. Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh, sehingga ia dan Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka. Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka Tuhan tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia. Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar. Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah.
GS : Siapa sebenarnya Hizkia ini Pak Paul?
PG : Hizkia adalah seorang raja yang diapit oleh ayah dan putra yang sangat lalim. Hizkia mempunyai ayah yang seorang raja Israel bagian Selatan atau Yehuda, ayahnya bernama Ahaz. Ahaz seoran raja yang sangat lalim dan selama 16 tahun dia memerintah, dia benar-benar membawa orang Israel menjauh dari Tuhan, dia mengotori Bait Allah, dia mendirikan mezbah-mezbah persembahan dan menyembah dewa-dewa orang Asyur, orang Damsyik dan sebagainya.
Nah kebalikannya Hizkia adalah seorang raja yang baik tapi putranya adalah seorang raja yang sangat lalim, namanya Manasye. Manasye memerintah selama 55 tahun tapi pemerintahannya juga dikenal dengan kekejian di mata Tuhan, begitu jahatnya Manasye sampai-sampai dia mempersembahkan putra-putranya dibunuh sebagai korban persembahan buat dewa-dewanya. Namun sekali lagi di tengah-tengah dua generasi ini hadirlah seorang raja Hizkia yang memang awalnya sangatlah baik dan sangatlah takut kepada Tuhan.
GS : Pelajaran apa yang sebenarnya Pak Paul ingin ungkapkan kepada kita melalui kehidupan Hizkia ini?
PG : Sekurang-kurangnya ada tiga, Pak Gunawan, yang pertama adalah Hizkia sebetulnya seorang raja yang baik, setia dan takut kepada Tuhan. Dia mentahirkan rumah Tuhan, mempersembahkan korban kpada Tuhan dan merayakan hari paskah.
Nah semua itu adalah hal-hal yang tidak dilakukan oleh raja-raja sebelumnya termasuk ayahnya sendiri. Di tengah-tengah semua itu, di tengah-tengah ketaatannya kepada Tuhan dan di tengah-tengah berkat-berkat yang Tuhan limpahkan kepada Hizkia, muncullah masalah besar yaitu Sanherib raja Asyur mengepung Yerusalem. Ada satu pelajaran yang bisa kita timba di sini Pak Gunawan, ternyata problem atau masalah dapat menimpa orang percaya, ini pelajaran pertama yang mesti kita camkan. Kadang-kadang kita beranggapan, karena kita hidup saleh, kita takut akan Tuhan, setia kepada Tuhan, maka semua masalah akan Tuhan jauhkan dari kita. Ternyata tidaklah demikian, ini contoh Hizkia, memberikan kepada kita pelajaran ini. Di tengah-tengah ketaatannya, di tengah-tengah kesalehan hidup, tiba-tiba masalah yang sangat besar datang. Nah benar-benar Hizkia mati kutu saat itu, maksudnya secara manusiawi dia tidak mungkin mengalahkan raja Asyur, karena tentara Sanherib benar-benar jauh melebihi tentaranya.
GS : Sebenarnya apa maksud Tuhan atau rencana Tuhan dengan membiarkan Hizkia mengalami masalah seperti itu?
PG : Ada beberapa Pak Gunawan, yang cukup sering Tuhan lakukan ialah Tuhan menguji kita, menguji berapa murni dan dalamnya kasih serta kesetiaan kita kepadanya. Tuhan tidak mau kita bergantungpada berkatNya belaka.
Dengan kata lain, Tuhan tidak mau kita sebagai anak-anakNya takut dan mengasihi Tuhan karena Tuhan senantiasa melimpahkan kita dengan hadiah-hadiahNya alias berkat-berkatNya. Ada waktu-waktu Tuhan seolah-olah melarang tanganNya untuk memberikan berkat kepada kita, Tuhan seolah-olah menghentikan langkahNya untuk menolong kita pada saat-saat tertentu. Nah mengapakah sampai demikian, karena ada keinginan Tuhan untuk menguji, apakah kita takut dan setia kepada Tuhan karena hadiah-hadiah yang kita terima dari Tuhan. Ataukah kita benar-benar mencintai dan setia kepada Si Pemberi berkat, bukan hanya setia dan menyukai Tuhan karena berkatNya. Jadi Tuhan menguji kita, apakah kita benar-benar setia dan mencintai Si Pemberi berkat. Melalui situasi-situasi atau masalah-masalah yang sulit itu, kita mendapatkan pengujian itu dan kalau kita terus bertahan, kita tidak meninggalkan Tuhan, maka iman dan kasih kita kepada Tuhan benar-benar mengalami pemurnian, sebab di saat-saat itulah kita benar-benar hanya tergantung kepada Si Pemberi berkat yakni Tuhan sendiri dan bukan pada berkat-berkatNya.
GS : Itu pada awalnya ketika Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, bukankah tidak ada masalah seperti itu Pak Paul?
PG : Betul Pak Gunawan, jadi masalah memang merupakan bagian dari kehidupan, kenapa? Sebab begitu dosa masuk ke dalam dunia, sesungguhnya ada beberapa hal yang meninggalkan kehidupan ini. Sayahanya sebut dua saja yaitu kebajikan atau kebaikan dan ketertiban.
Maksudnya, di dalam dunia ini tiba-tiba kita menemukan orang-orang yang jahat, orang-orang yang mempunyai hati tidak baik, mau merugikan orang lain, mau menyakiti orang lain, tidak peduli dengan sesamanya. Nah sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, manusia hidup di dalam Tuhan secara penuh, itu tidak ada, yang ada hanyalah hati yang ingin menyembah dan takut kepada Tuhan. Namun begitu manusia memutuskan untuk pergi meninggalkan Tuhan, maka hatinya sekarang mulai terisi oleh kejahatan. Kadang-kadang Pak Gunawan, kita menjadi korban kejahatan, bukan kejahatan yang kita lakukan tapi kejahatan yang dilakukan oleh orang lain. Bisa kita ditipu, kita dirugikan, kita dirampok, kita dirampas dan sebagainya. Nah itu salah satu bentuk masalah yang kadang-kadang kita hadapi. Hal kedua, yang meninggalkan kehidupan ini tatkala dosa masuk ke dalam dunia adalah ketertiban. Ketertiban artinya kelanggengan kehidupan bersama, baik antara sesama manusia maupun antara sesama ciptaan Tuhan. Misalnya alam semesta, kita harus mengalami bencana alam. Sebelum dosa masuk ke dalam dunia, ciptaan Tuhan dari yang paling sederhana hingga yang paling canggih, hidup dalam kelanggengan, keharmonisan. Begitu dosa masuk, maka kelanggengan itu juga hilang alias ketertiban hilang, maka kita kadang-kadang menjadi korban dari ketidakadaan ketertiban itu dalam dunia, bencana datang, kita terkena dampaknya, ketidakharmonisan muncul, kita menjadi korban dari kerusuhan atau peperangan dan sebagainya. Inilah dua contoh problem yang acapkali datang menghampiri kita.
GS : Tadi Pak Paul katakan bahwa masalah, problem, itu untuk menguji kita, untuk menguji ketaatan kita, kesetiaan kita. Tuhan yang Maha Tahu itu sebenarnya memahami benar kesetiaan kita sampai di mana?
PG : Masalahnya adalah Tuhan ingin kita bertumbuh, jadi kalau kita tidak diberikan ujian-ujian itu kita memang tidak akan bertumbuh. Pada waktu kita kehilangan segalanya dan kita menyadari baha hanya Tuhanlah yang tetap bersama dengan kita, di saat itulah iman kita bertumbuh berkali-kali lipat.
Kita benar-benar merasa tenteram di dalam Tuhan, bukan di dalam gelimang berkat-berkatNya. Kadang kala juga Pak Gunawan, Tuhan mengijinkan kita mengalami problem bukan saja untuk menguji kesetiaan dan kemurnian kasih serta iman kita padaNya tapi juga untuk membawa kita ke dalam rencanaNya. Kadang-kala kita tidak mungkin melihat rencana Tuhan sampai kesudahannya. Saya berikan contoh, Naomi beserta suami dan kedua putranya meninggalkan Kanaan untuk melarikan diri dari bala kelaparan, mereka pindah ke tanah Moab. Apa mau dikata di sana, suaminya meninggal dunia dan kedua putranya juga meninggal dunia. Naomi hanya ditinggal bersama dengan kedua menantu wanitanya. Nah menantu pertama memutuskan untuk tinggal di Moab tapi menantu yang kedua Rut, memutuskan untuk pergi pulang bersama Naomi ke Kanaan-Israel. Nama Naomi berarti manis, begitu tiba orang memanggil-manggil dia, dia berkata, "Jangan panggil saya Naomi, alias jangan panggil saya manis tapi panggil saya Mara artinya pahit." Sebab bagi Naomi kehidupan sangatlah pahit, tapi kita tahu pada akhir cerita itu, menantunya yakni Rut akhirnya menikah dengan Boas. Boas menjadi ayah dari Obed, Obed menjadi ayah dari Isai, Isai menjadi ayah dari raja Daud, dan dari garis keturunan raja Daud lahirlah Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi genealogi Tuhan Yesus selalu akan tertera nama Rut seorang Moab. Mengapakah harus ada nama Rut seorang Moab di garis keturunan Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya satu alasannya, Tuhan ingin menunjukkan rencana keselamatan-Nya bukan hanya untuk orang Israel, tapi untuk seluruh umat manusia. Sehingga bangsa yang dipandang rendah oleh Israel saat itu, bangsa Moab dipilih Tuhan, seorang wakil dari Moab dipilih Tuhan untuk menjadi salah satu nenek moyang secara manusiawi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Naomi tidak mungkin melihat rencana Tuhan sampai kesudahannya, jadi kadang kala Tuhan mengijinkan problem menimpa kita agar kita menjadi bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar, lebih agung daripada rencana yang kita bisa pikirkan. Dan sudah tentu menyangkut lebih banyak orang dan lebih banyak kepentingan, nah kita hanyalah bagian kecil dari semua itu. Nah kadang-kadang problemlah atau masalahlah yang dipergunakan Tuhan untuk memindahkan kita masuk ke dalam rencanaNya.
GS : Jadi sesuatu yang kita lihat tidak baik, ternyata punya akhir yang sangat baik. Apakah ada pelajaran lain yang hendak kita gali dari Hizkia tadi Pak Paul?
PG : Kalau yang pertama masalah dapat menimpa orang percaya, pelajaran kedua adalah pertolongan Tuhan datang kepada orang percaya. Hizkia meminta pertolongan Tuhan. Dia berdoa sebab dia tahu,dengan kekuatannya sendiri dia tidak bisa mengalahkan raja Asyur, dan Tuhan melepaskannya dari belenggu raja Sanherib itu.
Alkitab mencatat di Raja-Raja, Malaikat Tuhan membunuh 185 ribu pasukan Sanherib dan memaksanya pulang ke negaranya. Nah inilah yang Tuhan lakukan untuk menolong raja Hizkia. Tapi dengarlah iman Hizkia, tatkala dia menenteramkan hati serdadunya dan rakyatnya, dia berkata seperti ini, "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu ! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur, karena yang menyertai kita lebih banyak daripada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah Tuhan, Allah kita..." Nah di sini kita melihat iman Pak Gunawan, iman yang begitu kokoh, sehingga sekalipun mata memandang kekuatan manusia yang jauh melebih kekuatannya, tapi mata imannya melihat kekuatan Tuhan yang jauh melampaui kekuatan manusia.
GS : Itu berarti kalau tadi Pak Paul berbicara tentang Tuhan menguji iman Hizkia, di sini kita melihat betapa Hizkia tetap setia kepada Tuhan di dalam kondisi yang seperti itu.
PG : Dan dengan kata lain dia lolos dari pengujian Tuhan itu.
GS : Kita bukannya tidak percaya Tuhan itu menolong, tapi kadang-kadang yang kita rasakan adalah pertolongan Tuhan itu lambat sekali atau kalau pun menolong kenapa tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
PG : Tuhan menolong dengan cara-Nya dan di dalam waktu-Nya, ini prinsip yang harus kita camkan. Cara Tuhan menolong sering kali berbeda dengan cara kita mengharapkan Tuhan menolong kita. Dan aktu atau moment yang Tuhan pilih untuk menolong kita, juga sering kali berbeda dengan waktu yang kita harapkan Tuhan menolong kita.
Jadi sewaktu kita meminta pertolongan Tuhan, kita benar-benar harus pasrah sepenuhnya, meminta benar-benar Tuhan yang menolong. Tapi Pak Gunawan, saya perlu juga mengingatkan bahwa pertolongan Tuhan datang bukan hanya di dalam kepasifan kita. Tuhan tidak anti kita sebagai manusia mencoba, berupaya untuk melepaskan diri dari problem. Tuhan tidak anti usaha manusia, Tuhan anti manusia yang berusaha tanpa mengandalkan-Nya, itu yang Tuhan tidak suka. Coba kita melihat Hizkia, dia tidak hanya berdiam diri, sewaktu tentara Asyur mengepungnya, dia menutup mata air dan sungai agar tentara Asyur tidak mempunyai akses terhadap air. Nah dia berusaha melakukan sesuatu melawan raja Asyur. Dia membangun tembok dan menara di atasnya, dengan kata lain dia mencoba melindungi Yerusalem dari serangan raja Asyur. Dia juga membuang lembing dan perisai, dengan kata lain dia mempersiapkan alat-alat perang, tapi dia sadar betul kalaupun dia menggunakan semua itu, perhitungan manusianya dia pasti kalah, maka dia benar-benar memohon, dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan Tuhan memberikan kemenangan. Yang mencengangkan adalah mereka sama sekali tidak pernah bertempur, karena Tuhan sudah memberi kemenangan. Waktu mereka keluar, mereka melihat ratusan ribu mayat bergelimpangan karena dibunuh oleh malaikat Tuhan sendiri.
GS : Pelajaran ketiga yang ingin Pak Paul sampaikan melalui kisah Hizkia ini apa?
PG : Pelajaran ketiga adalah kejatuhan dapat menghampiri orang percaya. Setelah kemenangan melawan raja Asyur, Hizkia menjadi sangat termasyur. Dicatat di Alkitab, sejak itu ia diagungkan olehsemua bangsa, bukan saja diagungkan oleh rakyatnya tapi diagungkan oleh semua bangsa.
Maka Tuhan memberikan peringatan kepadanya melalui sakit penyakit yang dideritanya. Tuhan berharap, dengan dia menderita sakit, dia sadar bahwa dia lemah dan dia membutuhkan Tuhan. Dia berdoa di dalam sakitnya, meminta kesembuhan. Tuhan mengutus nabi Yesaya dan mengatakan pada dia bahwa dia akan sembuh, dia akan diperpanjang usianya selama 15 tahun. Wah....dia senang sekali, tapi malang setelah sembuh kesombongannya tidak lenyap, dia malah membanggakan kejayaannya dan kekayaannya kepada utusan raja Babel. Dia jatuh lagi ke dalam kesombongan, dan Tuhan terpaksa menghukumnya. Namun karena dia pada akhirnya bertobat, Tuhan menunda hukuman itu dan ditimpakan kepada keturunannya yang memang layak dihukum Tuhan. Karena keturunan-keturunannya misalnya seperti putranya sangatlah jahat dan lalim.
GS : Mengenai yang dialami oleh Hizkia karena dia menyombongkan diri, apakah setiap musibah atau penyakit yang kita alami itu merupakan peringatan dari Tuhan?
PG : Tidak Pak Gunawan, kadang-kadang memang penyakit adalah bagian dari kehidupan manusia. Kita dikelilingi oleh virus-virus, tadi saya sudah singgung sejak manusia jatuh ke dalam dosa maka ktertiban alam semesta ini terganggu, sehingga ciptaan-ciptaan Tuhan yang seharusnya tidak menyerang manusia dan mematikan manusia justru menjadi agresif yang bisa menyerang dan mematikan manusia.
Nah kita hidup di tengah-tengah dunia yang tak sempurna ini dan kadang-kadang kita menjadi korban dari salah satu penyakit. Tapi adakalanya memang sakit penyakit diijinkan Tuhan menimpa kita agar kita disadarkan bahwa kita tidak ada apa-apanya, bahwa kita membutuhkan dia.
GS : Tadi kita sudah melihat bagaimana Tuhan sudah menolong Hizkia, tapi pertolongan itu justru menimbulkan kesombongan dalam diri Hizkia, ini bagaimana Pak Paul?
PG : Inilah kelemahan manusia Pak Gunawan, menerima berkat demi berkat dari Tuhan, bukannya bertambah berterima kasih malah Hizkia menjadi angkuh. Kita diberikan berkat bukan karena kita lebihbaik dari orang lain, tapi agar kita menjadi saluran berkat buat orang lain dan kedua kita makin bersujud di hadapan Tuhan.
Makin merendah di hadapan-Nya, karena makin menyadari ini adalah kebaikan Tuhan dan bukan karena kita. Masalahnya adalah lama-lama kita beranggapan, "Wah......saya ini memang yang hebat, sayalah yang bisa membangun kerajaan bisnis saya, kejayaan usaha saya, kalau bukan saya siapa lagi." Nah sukses menjadi ladang subur untuk kesombongan, kita melupakan bahwa kalau Tuhan tidak mengijinkan, mustahil kita dapat meraih kesuksesan. Tapi akhirnya sering kali kita melupakan itu. Kejayaan yang telah kita cicipi, kita beranggapan bahwa itu semua datang dari tangan kita sendiri, akhirnya kita jatuh dalam lembah kesombongan. Tapi kalau kita anak Tuhan, ini yang indah, Tuhan akan tetap mengingatkan kita, menyadarkan kita. Dan dalam kasus Hizkia, dia sadar, dia bertobat dan dia minta ampun. Ini suatu akhir cerita kehidupan yang memang bahagia.
GS : Memang Tuhan mengampuni Hizkia dan tidak menurunkan hukuman-Nya kepada Hizkia, tapi dikatakan tadi anaknya yang akan mengalami. Ini bagaimana Pak Paul, yang bersalah atau berdosa ini Hizkia tapi anaknya harus ikut menanggung kesalahan bapaknya?
PG : Ini memang sebuah pengertian yang harus kita pahami dengan tepat, Tuhan bukanlah Tuhan yang tidak adil maka Tuhan menghukum orang yang tidak bersalah. Hizkia mempunyai kesalahan dan Tuhanmengampuni, anak-anaknya mempunyai banyak kesalahan dan mereka memang layak dihukum Tuhan.
Nah Tuhan menghukum mereka, namun seolah-olah hukuman untuk mereka menjadi besar gara-gara hukuman yang harus ditanggung oleh Hizkia. Tapi sebetulnya mereka tidak menanggung lebih dari selayaknya yang mereka tanggung. Hukuman mereka memang pas untuk dosa-dosa mereka, namun ini sebuah ungkapan yang menyatakan Tuhan mengasihi anak-Nya yang bertobat sehingga Dia tidak jadi menghukumnya. Tapi kalau keturunan Hizkia, memang selayaknyalah mendapatkan hukuman Tuhan, baik misalkan raja Manasye, raja Yoyakhin, raja Zedekia, semuanya raja-raja yang memang murtad, jauh dari Tuhan, nah hukuman Tuhan akhirnya jatuh kepada mereka.
GS : Tapi karena diucapkan sebelum hal itu terjadi, lalu kesannya ini anak-anak atau keturunan Hizkia memang sudah ditentukan oleh Tuhan untuk dihukum.
PG : Seolah-olah begitu dan seolah-olah Tuhan tidak adil, namun kalau kita membaca kelanjutan dari cerita ini, kita akan melihat memang semua dari keturunan Hizkia kebanyakan raja-raja yang sanat jahat dan tidak lagi takut dan tidak hidup dalam Tuhan dan mereka memang layak dihukum Tuhan.
GS : Jadi sekalipun kehidupan ini harus silih berganti antara keberhasilan dan kegagalan, antara sakit dan sehat, antara jaya dan jatuh, tapi kalau kita percaya sungguh kepada Tuhan, segala sesuatunya diatur yang terbaik untuk kita. Pak Paul, terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini dan saudara-saudara pendengar, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dari Jaya ke Jatuh". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.