Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Cinta Pertama". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, ada banyak ungkapan tentang cinta pertama yang menjadi pengalaman dari banyak orang, tetapi sebenarnya apa yang disebut dengan cinta pertama itu Pak Paul?
PG : Ok....saya akan menjabarkan terlebih dahulu tahapannya Pak Gunawan, dan nanti di tengah-tengah itu baru saya akan panggil yang mana yang disebut cinta pertama. Pada awalnya kita itu sebetunya menyukai seseorang, jadi rasa sukalah yang pertama-tama dirasakan.
Rasa sukalah yang menimbulkan ketertarikan dan nanti kita akan melihat lagi bahwa ketertarikan itu akan berbuah menjadi kebergantungan, dari kebergantungan akhirnya keintiman, dari keintiman akhirnya penyatuan. Nah yang biasanya disebut cinta pertama sebetulnya adalah fase ketertarikan yang sangat kuat atas dasar rasa suka, jadi kita menemukan hal-hal yang kita sukai pada seseorang dan itu membuat kita tertarik kepadanya. Biasanya itu kita alami untuk pertama kalinya, belum pernah sebelumnya kita menemukan hal seperti ini nah itu yang biasanya disebut cinta pertama.
GS : Nah Pak Paul, kalau rasa suka itu bukankah bisa kita rasakan terhadap teman sejenis kita itu Pak Paul, yang pasti tidak akan menjadi cinta pertama nantinya karena kita sejenis?
PG : Bukan, jadi yang dimaksud di sini adalah cinta antara lawan jenis dan kita menemukan hal-hal yang kita sukai itu pada lawan jenis kita.
GS : Ya, nah prosesnya seseorang dari suka itu karena dia mengamati atau karena tiba-tiba saja suka atau bagaimana Pak Paul?
PG : Sebetulnya sebelum kita bertemu dengan orang tersebut, kita itu sudah mempunyai yang saya sebut cetak biru atau blue print atau daftar selera idaman, dan ini sudah kita bawa ke mana-mana. ungkin kita sadari, mungkin juga kita tidak menyadarinya.
Nah waktu kita bertemu dengan seseorang yang sesuai dengan cetak biru yang kita miliki itu, tergugahlah perasaan kita. Nah ini yang disebut misalnya cinta pada pandangan pertama, tiba-tiba kita bisa begitu tertarik, kita begitu yakin dengan orang tersebut, nah orang inilah yang akan menjadi pasangan hidup kita. Jadi sebetulnya cetak biru itulah yang membuat kita ketemu dengan orang yang kita sukai.
GS : Pak Paul, cetak biru itu proses terbentuknya bagaimana Pak Paul, apakah misalnya seorang laki-laki karena melihat image ibunya atau gambaran dari ibunya lalu terbentuk cetak biru atau bagaimana?
PG : Pada umumnya kita memang akan terpengaruh dengan orang-orang penting di dalam hidup kita di masa lampau. Dan biasanya orang-orang penting itu adalah orang tua kita. Kalau hubungan kita bai dengan orang tua yang berlawanan jenis, ada kecenderungan kita akan memilih pasangan hidup yang sama dengan orang tua kita yang berlawanan jenis itu.
Sebaliknya jikalau hubungan kita buruk, kita tidak suka dengan orang tua kita yang berlawanan jenis itu, ada kecenderungan kita memilih yang berkarakteristik terbalik dari apa yang kita temukan pada orang tua kita itu. Nah bisa juga cetak biru terbentuk melalui apa yang kita pelajari, misalnya kita belajar bahwa seorang suami yang mengasihi istrinya adalah suami yang baik, seorang suami yang memperhatikan anak-anaknya, suami yang baik, seorang suami yang bertanggung jawab adalah suami yang baik. Nah kita akan menggunakan kriteria tersebut dan menjadikannya bagian dari cetak biru kita. Kita mungkin bertemu dengan orang-orang lain dalam hidup kita dan kita mengagumi karakter yang ada pada orang itu dan itu akan kita masukkan lagi dalam daftar cetak biru kita itu. Nah itulah yang terjadi dan kita akhirnya membawa cetak biru itu dalam relasi dengan orang lain.
GS : Pak Paul, biasanya cetak biru itu yang ada dalam diri kita itu tentunya sesuatu yang ideal, ideal sekali buat kita khususnya. Nah di dalam kenyataannya kita sulit sekali menemukan orang yang sesuai dengan cetak biru kita itu.
PG : Kadang-kadang memang kita sulit menemukan orang yang persis sama dengan cetak biru kita itu, tapi sering kali ada beberapa hal dalam cetak biru kita itu yang menonjol. Nah pada umumnya kit tertarik dengan orang yang memiliki sifat-sifat yang menonjol itu.
Mungkin sekali setelah kita bersamanya kita akhirnya menyadari bahwa orang itu juga memiliki sifat-sifat lain yang tidak kita sukai, nah itu yang akhirnya akan harus kita hadapi. Kemampuan kita berdua menghadapinya akan sangat menentukan apakah relasi ini berlanjut atau tidak.
GS : Tahunya kita, tahunya seseorang itu dari rasa suka kemudian dia menjadi tertarik apakah begitu Pak Paul?
PG : Pada umumnya secara alamiah rasa suka itu akan melahirkan rasa tertarik. Karena apa, kita secara alamiah akan mau bersama dengan hal-hal yang kita sukai, secara alamiah kita akan menjauhka diri dari hal-hal yang tidak kita sukai.
Jadi waktu kita bertemu dengan seseorang yang memiliki hal-hal yang kita sukai, secara alamiah kita akan tersedot kepadanya, mau bersamanya, mau mengenalnya lebih dalam lagi. Dan biasanya yang kita akan lakukan adalah kita mulai bergaul dengannya, nah hati-hati pada tahap ini untuk jangan sampai kita itu berkesimpulan bahwa ini cinta, sudah pasti ini, ini yang harus kita jaga. Kita boleh memanggilnya cinta, kita boleh memanggilnya ketertarikan tapi kita mesti berhati-hati kita harus bertanggung jawab.
GS : Ketertarikan itu tentunya harus direspons oleh pihak yang satunya Pak Paul, kalau tidak ada respons itu berarti selesai sampai di sana.
PG : Ya pada umumnya kalau kita tidak mendapatkan sambutan dari pasangan kita, akhirnya cinta kita itu atau ketertarikan kita itu makin pudar. Karena sekali lagi ketertarikan itu cenderung akanmakin kuat jika mendapatkan balasan, jikalau tidak lama-lama memang akan punah.
GS : Berarti di sana bertemunya dua cetak biru itu yang memenuhi kebutuhan masing-masing Pak Paul?
PG : Dan kadang-kadang tidak bertemu, dalam pengertian bisa jadi pasangan atau lawan jenis kita itu mempunyai cetak biru yang berbeda dengan kita sehingga tidak ketemu. Dan akhirnya dua-dua hars berkata tidak bisa.
Meskipun kita berkata engkaulah orang yang cocok denganku tapi kalau yang satunya berkata engkau bukan orang yang cocok denganku ya kita harus terima itu.
GS : Pak Paul, setelah ketertarikan itu kita menjadi lebih sering bertemu dan sebagainya, tahap berikutnya apa Pak Paul?
PG : Tahap berikutnya adalah kebergantungan, jadi masa berpacaran sebetulnya adalah masa di mana dimulailah kebergantungan itu. Ketertarikan membawa kita dekat dengan pasangan kita, kita mulai enjalin relasi dengannya.
Semakin menjalin relasi semakin kita mengalami kebergantungan kepada dia, karena apa, karena kita akan melihat dan merasakan sumbang sih perannya dalam kehidupan kita. Waktu kita sedang sedih kita ngomong dengannya rasanya kok enak, kita merasa terhibur. Waktu kita merasakan kita kehilangan arah hidup, pasangan kita bisa memberikan kita masukan nah kita merasakan kembali arah yang jelas dalam hidup kita dan sebagainya. Nah waktu kita mulai mengalami hal-hal itu semua dimulailah proses kebergantungan. Yang perlu saya tambahkan di sini adalah kebergantungan itu seharusnya atau sebaiknya mencakup banyak aspek dalam kehidupan kita. Kita ini sebagai manusia dapat dibagi dalam beberapa ruangan atau aspek. Ada yang namanya ruangan emosional, ada ruangan kognitif atau pikir jadi kita senang sekali bisa tukar pikiran dengan pasangan kita saling mengasah. Ada yang namanya ruangan sosial, jadi kita bisa pergi bersama-sama pasangan kita menikmati pergaulan dengan teman-teman, teman-temannya bisa menerima kita, teman-teman kita pun bisa menerimanya, keluarga kita dan keluarganya bisa saling menerima. Ada juga ruangan rekreasi, kita bisa saling menyegarkan, kehadirannya, menyegarkan kita dan sebaliknya juga dan kita berdua bisa menikmati kegiatan yang sama, hoby-hoby yang serupa. Ada lagi ruangan rohani, di mana kita berdua bisa bersatu dalam iman, dalam doa, dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan yang lainnya lagi adalah ruangan seksual atau jasmani, di mana akhirnya kita merasakan kita bisa menikmatinya juga secara seksual dan ini dilakukan setelah pernikahan. Nah seyogyanyalah semua ruangan ini bertumbuh, bertumbuh dalam pengertian kita makin akrab dan makin merasakan kebergantungan. Misalnya orang yang sudah menikah lama dan saling bergantung sekali, sewaktu pasangannya tidak ada dia akan merasakan kepincangan. Misalkan secara sosial dia pergi ke mana dengan temannya dia merasa tidak enak tidak ada pasangannya, waktu dia sedih dia tidak bisa membagi hidupnya, waktu dia sukacita dia tidak bisa membagi juga, nah kebutuhan emosionalnya tak terpenuhi karena apa, kebergantungannya itu. Jadi relasi yang sehat relasi di mana semua aspek yang tadi saya sebutkan itu akhirnya mulai bertumbuh, bertumbuh dalam hal salah satunya adalah kebergantungan. Waktu kebergantungan itu terus bertumbuh, bertumbuh, bertumbuh kita masuk ke aspek keintiman Pak Gunawan. Keintiman artinya kita merasa dia adalah orang yang paling dekat dengan kita, kalau dia tidak ada kita merasa sangat goncang sekali, sehingga kita membutuhkan sekali kehadirannya, kita benar-benar menganggap dia itu belahan jiwa kita. Nah akhirnya kita konsumasikan dalam pernikahan yaitu penyatuan, nah sekali lagi saya tekankan di sini masa berpacaran dimulai dari kebergantungan tadi. Dan seyogyanya selama masih berpacaran dua orang itu bertumbuh dari kebergantungan masuk kepada keintiman. Setelah mereka menikah barulah keintiman itu dikembangkan lagi sampai menuju kepada penyatuan. Dan kita yang sudah menikah tahu bahwa penyatuan itu tidak terjadi sebulan setelah menikah, dua bulan setelah menikah, itu usaha sepanjang masa. Jadi pernikahan adalah suatu perjalanan yang diawali dari keintiman terus sampai kepada penyatuan.
GS : Di dalam hal kebergantungan Pak Paul, kita yang tadinya biasa mandiri jadi artinya sudah biasa sendiri-sendiri, setelah tertarik itu kita bisa menjadi tergantung itu bagaimana Pak Paul, seolah-olah ada sesuatu yang kurang di dalam hidup kita ini.
PG : Karena kita menerima sumbang sihnya, kita menerima bantuannya, kasih sayangnya, penghiburannya kita menerima manfaat dari kehadirannya dalam hidup kita. Apa-apa yang dilakukan dalam hidup ita itu akan bisa mengisi kebutuhan atau memperkaya hidup kita.
Jadi memang dari dua segilah seseorang itu akhirnya masuk ke dalam hidup kita, ada kebutuhan-kebutuhan yang dia akan penuhi. Tapi ada hal-hal yang memang tidak bersifat kebutuhan namun dia bisa isi kepada kita yaitu hal-hal yang menambah semaraknya hidup kita. Misalkan kita cukup dikasihi oleh orang-orang di sekitar kita, tapi kehadirannya dia itu membuat hidup kita menjadi penuh dengan tantangan, penuh dengan sukacita bersama. Nah hal-hal itu menjadi suatu yang kita antisipasi, kita mau raih dan sekali lagi itu semua diawali dengan kehadirannya dia, hal yang tadinya tak terpikir, kita pikirkan sekarang, kita mau capai bersama, jadi sekali lagi kebergantungan muncul karena nomor satu orang itu mulai memenuhi kebutuhan kita dan yang kedua orang itu menambah semaraknya hidup kita.
GS : Jadi cinta pertama yang menjadi topik pembicaraan kita kali ini, kalau kita pertama kali mengalami hal itu Pak Paul?
PG : Betul, jadi cinta pertama seolah-olah ini semua sebelumnya tak pernah kita rasakan kemudian kita rasakan, nah di situlah seolah-olah cinta itu bertumbuh pertama kalinya atau sungguh-sunggu mengalami sesuatu yang berbeda tidak pernah kita alami sebelumnya.
Dan sudah tentu ini akan meninggalkan bekas yang sangat dalam, dalam jiwa kita.
GS : Nah di situ Pak Paul, untuk seseorang itu mengalami cinta pertama apakah faktor usia itu mempunyai peranan. Karena sekarang kita melihat kenyataannya banyak anak-anak yang masih remaja sekali mengatakan dia jatuh cinta kepada teman yang lawan jenis itu Pak Paul, tetapi kita tahu bahwa ini yang disebut cinta monyet dan sebagainya Pak Paul?
PG : Sekali lagi ini memang semua bergantung pada definisinya cinta itu sendiri. Apakah kita akan mendefinisikan cinta secara luas ataukah kita akan bersedia memanggil ketertarikan itu yang didsari atas rasa suka sebagai cinta.
Anak-anak remaja memang pada awalnya akan tertarik, tapi apakah mungkin bahwa dari rasa tertarik itu mereka terus membina hubungan dan akhirnya bertambah-bertambah menjadi kebergantungan dan sebagainya, sangat mungkin. Tapi secara pribadi memang saya tidak menganjurkan remaja tidak berpacaran sebelum lulus SMA atau SMU. Alasan saya adalah pada masa-masa remaja sampai usia sekitar 18, 19 tahun yang diperlukan oleh remaja bukanlah relasi eksklusif, justru dia memerlukan sebuah relasi yang luas dengan begitu banyak orang karena dia memerlukan masukan-masukan dari semua teman-temannya itu untuk memperkaya jiwanya. Kalau dia mengikat diri, menyempitkan skup relasinya dia akan memiskinkan pengalamannya dan memiskinkan masukan-masukan yang seharusnya dia terima. Jadi memang bisa berkembang menjadi cinta tapi saya kira lebih baik setelah dia mencapai usia dewasa atau akil baliq setelah misalnya mencapai usia 19 tahun.
GS : Itu berkenaan tanggung jawabnya juga Pak Paul?
PG : Betul. Jadi intinya Pak Gunawan, yang paling penting adalah apakah kita tidak usah lagi mempersoalkan apakah ini benar-benar cinta, cinta pertama itu benar-benar cinta ataukah mungkin ini anya perasaan-perasaan saja.
Yang penting apa yang kita lakukan dengan perasaan itu, kalau kita bersedia bertanggung jawab nah itu yang baik. Apa maksudnya dengan bertanggung jawab, jangan kita langsung memanggilnya cinta yang benar-benar dan langsung membuat janji-janji, kita pasti akan bersama dengannya, jangan. Jadi saran saya adalah langkah pertama selalu kita berdoa, kita biarkan perasaan ini bertumbuh dulu apakah akan makin kuat, apakah hilang. Kalau misalnya setelah melewati jangka waktu tertentu tidak hilang malah makin bertumbuh, nah berarti kita lebih pasti perasaan ini memang tidak hanya melintasi kita tapi memang akan menghuni kita.
GS : Nah ketergantungan tadi Pak Paul katakan bisa membuahkan keintiman, nah di sini kadang-kadang pasangan itu yang sudah merasa yakin bahwa ini pasangannya, keintimannya itu lalu kebablasan Pak Paul.
PG : Itu yang harus dijaga Pak Gunawan, sebab sudah tentu kita ini sekarang menghadapi dua tekanan, yaitu dari dalam dan dari luar. Sebagai remaja gejolak hormonal akan sangat kuat sehingga dorngan untuk intim secara fisik akan sangat besar, rasa ingin tahu juga sangat kuat sekali dan itu mesti dijaga.
Dan dari luar adalah lingkungan makin permisif jadi orang-orang makin banyak yang berhubungan sebelum menikah, kita harus jaga. Dan apa-apa yang kita tonton juga bisa mempengaruhi kita, membuat kita berpikir tidak apa-apa melakukannya sekarang, jadi kita harus jaga sebab kita tahu Tuhan melihat, meskipun manusia tidak melihat tapi Tuhan melihat dan, apa yang Tuhan tidak perkenan maka Tuhan tidak berkati.
GS : Tadi Pak Paul, juga singgung di dalam masa-masa seperti itu kita perlu mendoakan hubungan ini dan sebagainya. Nah doa itu dinaikkan secara pribadi-pribadi atau bersama-sama atau bagaimana Pak Paul?
PG : Nah setelah kita secara pribadi mendoakan, dan kita melihat perasaan kita memang tetap ada atau tidak hilang, kita hampiri kita ngomong dengan orang tersebut dan kita katakan kita menyukaiya.
Dan kita menanyakan apakah dia bersedia mendoakan relasi ini, kita minta dia untuk mempertimbangkan apakah kitalah orang yang akan dicintainya juga. Mungkin sekali saat itu dia tidak memiliki perasaan apa-apa kepada kita tapi kita tantang dia untuk berdoa bersama. Kalau dia berkata dia bersedia tentukan satu kurun misalkan tiga bulan, tiga bulan kita tetap berelasi sebagai teman tapi dua-dua berdoa, nah tidak ada ikatan di situ. Kalau setelah tiga bulan yang satu berkata maaf perasaan saya hilang ya terima, tapi misalkan setelah tiga bulan perasaan itu tetap ada dan dua-duanya makin merasakan perasaan tertarik setelah berdoa, OK kita resmikan sebagai pacar, barulah nanti kita arungi masa berpacaran ini bersama-sama.
GS : Ada orang yang saling tertarik itu Pak Paul menggunakan cara untuk berpisah secara fisik betul-betul, jadi mereka tidak lagi berhubungan selama beberapa hari atau beberapa minggu untuk menguji apakah dia memang betul-betul tertarik atau tidak, itu bagaimana Pak Paaul?
PG : Saya kira ada baiknya kalau misalkan seseorang ingin menguji seperti itu tidak apa-apa sebab adakalanya ketertarikan pada penampilan fisik terlalu kuat sehingga mengalahkan faktor-faktor linnya.
Jadi kalau misalkan seseorang ingin berpisah sementara untuk benar-benar bisa dengan tenang memeriksa hatinya ya tidak apa-apa juga. Yang paling penting adalah kita memiliki kejelasan bahwa orang inilah yang kita sukai bukan hanya karena penampilannya tapi hal-hal yang lainnya pula.
GS : Memang yang sulit di situ adalah mengatasi perasaannya itu Pak Paul, karena ketertarikan ini lebih banyak didominasi oleh faktor emosional sehingga dia sulit sekali kadang-kadang menanyakan apakah betul ini calon jodoh saya begitu.
PG : Ya kadang-kadang itu yang terjadi Pak Gunawan, jadi kita harus menyadari keterbatasan kita itu maka masukan dari teman, dari keluarga perlu kita dengarkan karena sekali lagi kita bisa sangt-sangat subjektif dan kehilangan perspektif.
Orang yang justru defensif tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain mengawatirkan saya, justru membuat saya bertanya-tanya kenapa harus begitu defensif tidak mau menerima masukan dari orang lain. Justru orang yang aman dengan relasinya lebih rela, lebih bersedia mendengarkan masukan dari orang lain.
GS : Nah Pak Paul, tentunya masukan yang diharapkan oleh anak-anak muda kita adalah dari orang tuanya, tetapi mereka juga kadang-kadang enggan membawa sebut sajalah pacarnya itu untuk bertemu dengan orang tuanya begitu Pak Paul.
PG : Justru orang yang terlalu melindungi relasi pacarnya dari orang tua dan sebagainya saya juga menjadi khawatir. Justru kalau dia aman dia akan bersedia pacarnya dinilai oleh orang tuanya da dia berani mempertanggungjawabkannya.
Nah ini membawa kita kepada satu lagi point yaitu pacaran adalah masa persiapan untuk menikah, pacaran bukan hanya mengenal, kalau hanya mengenal tadi fase yang sebelumnya, fase yang sebelumnya saya sudah jabarkan. Pacaran adalah masa penjajakan apakah kita bisa hidup bersamanya nanti dalam pernikahan dan sekaligus masa persiapan. Jadi akhirnya berpacaran itu mempunyai satu tujuan yang sangat jelas kita akan menikah. Kalau dalam masa berpacaran itu kita tidak cocok silakan berpisah, jangan merasa kita tidak boleh berpisah pada masa berpacaran. Tapi sekaligus juga jangan kita memandang remeh masa berpacaran ini dan bergonta-ganti pacar seenaknya karena yang kita akan pengaruhi adalah perasaan orang dan hidup orang, jangan kita mempermainkan hidup orang lain. Jadi serius, namun sekali lagi kalau memang tidak cocok dua-dua harus dewasa dan berkata tidak cocok dan sebaiknya berpisah.
GS : Kapan saat yang tepat itu untuk memperkenalkan pacar kepada orang tua?
PG : Saya kira sewaktu kita mulai mengalami ikatan-ikatan yang kuat, jadi kita sudah dari rasa suka masuk ke fase ketertarikan, dari ketertarikan pada kebergantungan. Nah dalam perjalanan dari ebergantungan sampai keintiman di situlah kita memperkenalkan pasangan kita.
Kita benar-benar melihat dia adalah bagian hidup kita, kita bagian hidupnya, kita yakin inilah orang yang akan kita nikahi nantinya silakan kita kenalkan.
GS : Nah itu tentunya menjadi suatu pergumulan di dalam diri seseorang yang mau diperkenalkan kepada katakan calon mertuanya itu Pak Paul.
PG : Ya saya kira demikian, tapi sekali lagi kalau memang dia yakin dengan relasinya sebetulnya tidak ada yang harus dia khawatirkan, jadi silakan ketemu berani bertanggung jawab. Di pihak lainsaya juga mau jikalau memang kita rasakan kecocokan dengan dia dan kita mau membawa kepada orang tua kita juga tidak apa-apa.
Mungkin ada yang perlu orang tua kita lihat yang kita mungkin tidak lihat. Jadi pada masa awal orang tua kita juga bisa memberikan masukan, kalau itu yang kita butuhkan dari mereka juga tidak apa-apa jadi mulai berpacaran kita kenalkan pada orang tua.
GS : Padahal orang tua juga mempunyai blue print tersendiri Pak Paul, terhadap calon menantunya itu?
PG : Itu yang acapkali menjadi bahan konflik antara anak dan orang tua karena tidak ketemu, nah sudah tentu pada akhirnya nomor satu dua-dua harus melihat apakah inilah pasangan yang Tuhan kehedaki, apakah orang ini orang yang bertanggung jawab, mencintai kita.
Jadi selalu yang saya katakan secara ringkas bagaimana memilih pasangan hidup saya katakan pertama carilah orang yang mencintai Tuhan, yang kedua orang yang mencintai kita.
GS : Pak Paul, bagaimana dengan ungkapan yang mengatakan bahwa cinta pertama itu tidak bisa mati?
PG : Akan meninggalkan bekas yang dalam sebab semuanya yang terjadi pertama kali akan meninggalkan bekas yang dalam dan biasanya akan kita bawa untuk waktu yang lebih lama, itu betul.
GS : Apakah itu akan berpengaruh kalau seandainya hubungan mereka itu putus, lalu mereka memulai lagi tentunya dengan yang kedua dan mungkin bisa juga dengan yang ketiga?
PG : Biasanya ya, kalau berakhirnya positif, dampak negatifnya lebih kecil. Kalau berakhirnya dengan negatif misalkan dikhianati, dampak negatifnya lebih besar. Kita lebih takut memulai dengan rang lain karena memang takut dikhianati lagi.
Tapi kalau berakhir dengan baik-baik, dengan penuh pengertian seharusnya dampak negatifnya lebih kecil. Kalau cinta pertama itu diakhiri karena kematian yang tragis dan orang itu orang yang cocok dengan kita pasti dampaknya akan berat, kita akan terus membandingkan orang dengan pasangan kita yang pertama itu.
GS : Berarti cinta yang pertama itu bukan sekadar mitos tapi suatu kenyataan Pak Paul?
GS : Pak Paul, di dalam hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang menguatkan kita?
PG : Saya akan bacakan dari Ibrani 13:4, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan, dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan penznah akan dihakimi Allah."
Saya akan garis bawahi yang pertama, hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan. Nah saya kira kita hormatilah perkawinan itu dari masa persiapannya juga kita hormati, kita tidak sembarangan berpacaran, kita mau baik-baik melewati masa berpacaran itu. Kita tidak main-main dengan cinta, kita anggap itu sesuatu yang serius di hadapan Tuhan dan kita akan bertanggung jawab dengan baik.
GS : Ya terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan kali ini, dan ini tentu akan sangat bermanfaat khususnya bagi para muda-mudi yang mendengarkan acara ini, tapi juga tidak kurang manfaatnya bagi kita yang sudah dewasa. Nah para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Cinta Pertama". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat mengirimkan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.