Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Kali ini kami juga didampingi oleh seorang Amerika Ibu Collins Martin istri dari seorang hamba Tuhan yang melayani di kota Malang ini. Kami akan berbincang-bincang "Membentuk A Girl menjadi A Woman". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, beberapa waktu yang lalu kita berbincang-bincang tentang bagaimana membentuk a boy menjadi a man. Nah sekarang pada kesempatan ini bersama-sama ibu Collins Martin kita akan mencoba memperbincangkan tentang bagaimana membentuk a girl menjadi a woman. Sebenarnya menurut Pak Paul apakah ada perbedaan yang hakiki di sana?
PG : Saya kira dalam hal-hal yang prinsiple memang tidak ada beda tapi dalam hal-hal yang menyangkut budaya dan keadaan sosial saya kira akan jelas sekali ada perbedaan antara membesarkan ank yang laki-laki dan anak perempuan.
Nah untuk itulah kita merasa keperluan untuk mengundang Ibu Collins Martin untuk memberikan masukan-masukan karena beliau adalah seorang ibu yang mempunyai anak remaja yang juga wanita.
GS : Ya, Ibu Collins saya dengar tadi ada dua anak pria dan satu anak wanita. Pengalaman Ibu membesarkan anak wanita Ibu, apa yang Ibu alami selama ini?
CM : Mengenai membesarkan anak wanita.
GS : Jadi sejak a girl ya, sekarang putrinya sudah berusia berapa Bu?
CM : Baru 15 tahun.
GS : Ya tentu selama 15 tahun ada pengalaman yang spesifik yang bisa dibagikan.
CM : Ya ada yang menarik karena memang laki-laki lain daripada perempuan dan anak perempuan berbeda daripada saya juga. Jadi untuk membesarkan dia saya harus belajar apa yang cocok untuk dia.
(2) PG : Kalau boleh saya tanya Ibu Collins, menurut Ibu apakah pada dewasa ini para ibu rumah tangga mempunyai ketakutan-ketakutan tertentu dalam membesarkan anak-anak wanitanya?
CM : Memang untuk wanita kita harus menjaga mereka dengan lebih baik karena ada yang mau ambil kesempatan. Dan waktu dia masih kecil saya berdoa supaya Tuhan melindungi dia supaya waktu dia menjadi lebih besar Tuhan melindungi dia. Tapi sekarang saya tidak takut, saya tahu Tuhan menolong dia dan waktu dia kecil saya melihat dia waktu tidur, dan saya tidak tahu mungkin ada ketakutan meninggal dunia atau ada sesuatu, saya harus belajar percaya kepada Tuhan.
PG : Jadi ada ketakutan yang spesifik Ibu Collins, kalau orang tua mempunyai ketakutan tertentu terhadap anak lakinya misalnya kalau anak itu menjadi nakal, tidak sekolah misalnya memakai obt terlarang atau pada masa lebih kecil kita takut anak kita misalnya mendapatkan kecelakaan.
Tapi khusus untuk anak-anak perempuan orang tua rupanya mempunyai ketakutan yang lebih spesifik yaitu jangan sampai anak perempuan kita ini menderita kerugian-kerugian, ada yang melukai atau merugikan dia.
CM : Sebetulnya kami tidak mempunyai banyak ketakutan waktu dia kecil, tapi sekarang sejak dia menjadi remaja lebih banyak ketakutan. Dan memang tergantung kalau tinggal di kota harus menjaga dia dan kami membuat peraturan waktu dia menjadi remaja, mengenai laki-laki saya sedikit lebih cepat tapi selain itu kami tidak mempunyai ketakutan yang terlalu.
IR : Apakah Ibu Collins juga mempunyai tuntutan untuk anak perempuannya di dalam pergaulan, dia harus bergaul dengan siapa?
CM : Memang ada, kami tidak sering menyuruhnya, tapi kami mencoba membimbing waktu mereka kecil tidak boleh ini, harus ini, makin besar mereka makin dilepaskan. Tetapi tetap membimbing dan bertanya banyak hal itu yang kami coba lakukan dengan memakai open comunication, komunikasi yang terbuka. Supaya kami mengetahui apa yang mereka perlukan. Dan kalau kami terbuka kepada mereka, mereka lebih terbuka kepada kami. Kalau saya melihat dia dengan orang yang mungkin tidak cocok atau mungkin orang yang mau menyakiti dia, kami berbicara tentang itu. Dan mungkin cukup sekarang.
GS : Saya pernah mengalami ketakutan sedikit Pak Paul terhadap anak perempuan saya yang mungkin bagi sebagian orang agak tidak wajar yaitu ketika dia mulai memasuki masa remaja, tetapi masa haidnya itu agak terlambat Pak Paul, teman-teman seusia dia sudah mengalami masa haid dan dia belum. Itu timbul suatu ketakutan atau kekhawatiran tersendiri, itu masih wajar atau tidak Pak Paul?
PG : Saya kira wajar, sebab kita ini tidak mau anak kita terlalu berbeda dari anak-anak lain. Tapi sebetulnya Pak Gunawan dari segi psikologis seorang anak perempuan yang sedikit terlambat brkembang dalam hal ini misalnya haidnya terlambat dan dapat juga disimpulkan jika haidnya terlambat pembentukan tubuhnya tidak secepat anak-anak yang lainnya.
Itu sebetulnya merupakan keuntungan bagi anak-anak wanita sebab anak-anak wanita yang bertumbuh lebih dini alias matang lebih cepat sering kali mengalami tekanan-tekanan psikologis yang lebih banyak. Misalnya karena tubuhnya terbentuk dengan lebih cepat dia menjadi sorotan teman para prianya, dia menjadi bahan ejekan, bahan guyonan dan sudah tentu tubuhnya itu akan menjadi juga sasaran untuk dilihat oleh para teman prianya pada usia yang lebih muda itu. Itu sebabnya anak-anak wanita yang matang lebih cepat mempunyai tingkat kerawanan yang lebih tinggi untuk terlibat dalam hal-hal yang negatif. Karena apa, karena dia merasa ditolak oleh teman-teman usia sebayanya yang pria karena menjadi bahan ejekan, di kalangan teman wanita pun dia merasa dirinya berbeda karena teman-teman wanita yang lain belum berkembang seperti dia. Akibatnya dia mencari teman yang lebih tua darinya nah kalau kebetulan teman-teman wanitanya yang lebih tua itu tidak terlalu baik dia juga akan terbawa arus oleh mereka. Jadi justru anak wanita yang berkembangnya sedikit terlambat itu adalah faktor keuntungan baginya bukan kerugian.
GS : Kekhawatiran yang lain yang pernah saya alami adalah ketika dia mulai bergeser, tadinya dia dekat dengan saya tetapi pada usia remaja dia agak menjauh, menjauh dan makin dekat kepada ibunya, apakah gejala itu umum Pak Paul?
PG : Saya kira semua remaja pada umumnya akan menjauh dari orang tua karena apa, karena pada saat-saat itu mereka mulai membentuk diri mereka yang terpisah dari orang tua. Jadi akan ada kebuuhan untuk lebih privat, untuk lebih tersendiri tidak lagi terlalu suka menceritakan banyak kepada orang tua atau memberikan kesempatan kepada orang tua untuk tahu tentang dirinya.
Jadi kadang kala anak remaja itu tidak terlalu mau menceritakan banyak kepada orang tuanya bukan karena tidak percaya kepada orang tua, bukan karena tidak sayang kepada orang tua, tapi hendak menutup pintu jangan sampai orang tua terlalu tahu tentang diri mereka. Sebab kebutuhan untuk merahasiakan makin membesar seperti itu.
(3) IR : Bagaimana tindakan orang tua di dalam memantau anak perempuannya?
PG : Apakah kira-kira yang bisa dilakukan Ibu Collins, sebagai orang tua untuk memonitor anak, jangan sampai dia bergaul dengan teman-teman yang keliru ya.
CM : Itu sangat penting, saya baru membaca salah satu artikel di majalah mengenai seorang anak yang dibunuh di Amerika dan dia salah satu yang ditanya apakah kamu orang Kristen dia bilang ya. Tapi cerita latar belakang dia menarik dan ibunya katakan dulu mereka tidak terlalu mengecek dia bergaul dengan siapa, lalu dia sadar dia harus lebih tahu, dia harus tahu mengenai itu, karena kalau tidak tahu anak akan bergaul dengan yang menyakiti mereka.
PG : Jadi penting sekali untuk memonitor dengan siapa anak-anak kita bergaul.
CM : Dan baik juga kalau kita ada hubungan cukup baik dengan anak-anak, undang mereka mendorong anak-anak untuk mengundang teman ke rumah dan jangan terlalu tegas pada anak lain yang mungkin mereka datang karena tidak rapi atau sesuatu, tapi kenali anak itu supaya kita tahu dengan siapa mereka bergaul.
(4) GS : Tadi yang kami dengar dari Pak Paul memang itu faktanya, anak-anak mulai menjauhkan dirinya dari orang tua itu satu sisi. Sisi yang lain tadi kita mendengar bahwa kita harus memonitor mereka, nah itu sejauh mana kita bisa lakukan sebagai orang tua Pak Paul?
PG : Saya kira memonitornya dari dua cara, cara pertama adalah kita melihat dengan siapa dia pergi atau ke rumah siapa dia bermain. Jadi kita ingin tahu dengan siapanya, apa yang dia lakukanitu kita perlu ketahui secara garis besar, nah jangan sampai kita sebagai orang tua melewati garis yaitu terlalu mau tahu dan bertanya-tanya apanya, bicara apa, tadi kok lama benar.
Jadi apa sekali-sekali boleh ditanyakan dan seharusnya ditanyakan, tapi apanya jangan menjadi sorotan utama. Yang paling penting kita tahu dengan siapanya, nomor dua adalah kita ingin memantau atau memonitor teman-temannya dengan cara lebih banyak berbicara tentang karakter teman. Siapakah teman yang baik, siapakah orang yang baik, sebab ada perbedaan antara teman yang baik dengan orang yang baik. Teman yang baik belum tentu orang yang baik karena teman yang baik bisa saja sama-sama rusaknya dengan kita. Nah di situ peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk menjelaskan kepada anak apa itu orang yang baik, nah kita bisa tegaskan orang yang baik adalah orang yang mencintai Tuhan, takut akan Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menjerumuskan teman-temannya dalam hal yang jahat atau yang salah. Nah orang yang baiknya itu yang kita tekankan, sehingga anak kita mempunyai standar nilai, waktu dia memilih teman dia akan memilihnya dengan yang tadi kita telah sebutkan. Saya mungkin bisa bertanya kepada Ibu Collins secara spesifik, apakah yang Ibu lakukan misalnya kalau Ibu melihat anak Ibu mulai berteman dengan teman pria yang kurang baik?
CM : Yang pertama saya bicara tentang dia, siapa dia dan dari mana apakah satu kelas, cuma tanya sedikit-sedikit dari pada menjelekkan teman. Saya membaca di buku dan sudah mengalami itu, kalau menjelekkan teman anak remaja kita, mereka tidak terima dan mereka akan membela teman, dari pada menerima pendapat orang tua. Jadi kalau saya langsung bertanya siapa itu dia kelihatan orang yang tidak terlalu baik, macam-macam, jadi kami tanya dulu. Lalu mereka tak bisa bicara, kami belum mengalami yang terlalu susah di kehidupan keluarga kami karena kami bisa lewat komunikasi, lewat bicara, kami bisa stop sebelum menjadi terlalu jelek. Jadi itu sebabnya saya memilih jangan terlalu sibuk kalau saya ke luar karena saya tidak kerja full time, saya tidak banyak ke luar rumah kalau anak pulang dari sekolah, saya berusaha ada. Supaya kalau ada sesuatu saya bisa melihat dan menolong, dari waktu mereka lebih besar saya bebas tapi sekarang walaupun mereka remaja masih perlu orang yang memonitor mereka.
(5) IR : Apakah juga seorang tua membekali anak-anak itu dalam pendidikan seks untuk mempersiapkan mereka?
PG : Apakah hal ini menurut Ibu Collins perlu dilakukan, membicarakan tentang seks kepada anak wanita?
CM : Lebih baik dari orang tua dari pada dari luar, waktu anak perempuan kami ada di Amerika kami 4 tahun di Indonesia dan 1 tahun di Amerika, waktu itu dia kelas 6 SD. Mereka ada kelas untuk itu dan saya takut karena ini sekolah umum mereka mau mengajar anak saya apa. Jadi saya sempat ketemu dengan guru dan bicara apa yang mereka ajarkan. Tapi kami sudah bicara cukup baik. Saya pikir orang tua tidak harus menjelaskan mengenai semua karena mereka tidak bisa membawa beban sebesar itu. Dan mengenai seks kami juga sangat hati-hati dengan vidio acara televisi, majalah, buku-buku yang anak baca sejak kecil. Kami bicara mengenai hal begitu karena apa yang mereka membaca, melihat, mendengar musik juga itu akan mempengaruhi mereka. Tapi kalau anak tidak mendengar seks dari orang tua mereka mendengar dari mana. Dari teman atau mereka ingin tahu dan ingin belajar dan itu tidak sehat melalui pengalaman mereka belajar. Dan kalau kami mengajar mengenai seks itu seperti menjaga mereka, mereka mengritik kalau laki-laki mau mendekati mereka, mereka sudah tahu o.... itu tidak boleh orang tua sudah beritahukan. Jadi itu sangat menolong mereka.
PG : Saya ada kesan bahwa para ibu dewasa ini melihat anak perempuannya seperti domba di tengah-tengah serigala, tapi serigalanya para pria-pria ini. Dan kebetulan anak kita sebagian juga pria, apakah memang seperti itu bahwa kita harus menjaga anak perempuan kita dari serangan para serigala ini?
CM : Saya menganggap kalau saya belum memakai istilah itu dan saya tidak mau nama anak saya serigala saya tidak mau takut laki-laki tapi harus cukup takut supaya dia sadar apa yang bisa terjadi. Kami bersyukur karena dia tidak ada keinginan untuk terlalu dekat dengan laki-laki yang tidak baik, kami bersyukur dan saya pikir itu karena kebaikan Tuhan dan juga karena pendidikan waktu kecil. Kami mulai mendidik mereka semua mengenai Allah dan mengenai moral sejak kecil, tapi kalau tunggu sampai mereka remaja memang itu terlalu terlambat. Bukan tidak bisa tapi memang lebih susah, laki-laki bukan serigala tapi bisa jadi begitu.
PG : Jadi jangan kita mengajar anak untuk takut kepada laki-laki tapi untuk waspada dengan kelemahan laki-laki jadi itu yang Ibu tekankan ya. Bukan laki-lakinya tapi waspadalah terhadap keleahan laki-laki.
CM : Harus hormati laki-laki tetapi harus ada batasan juga, boleh bilang tidak.
GS : Pak Paul, ada sebagian ibu yang mempunya anak perempuan memang lebih banyak mengkhawatirkan masa depan dari si anak daripada masa sekarangnya, padahal tadi dikatakan sedini mungkin anak itu dipersiapkan untuk masa depan. Nah masalahnya hal-hal apa yang bisa dilakukan oleh orang tua baik oleh ayah maupun ibu untuk mempersiapkan anak yang wanita ini a girl ini untuk masa depannya Pak Paul?
PG : Saya kira anak perempuan itu memang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang wanita, nah yang paling tepat untuk mempersiapkannya adalah nomor 1 ibunya sendiri karena ibunya sudah menjai seorang wanita.
Tapi seorang ayah menurut saya juga mempunyai tugas untuk mempersiapkan anak perempuannya menjadi seorang wanita pula. Sebab seorang ayah adalah seorang anak laki-laki yang telah mengenal wanita-wanita yang sudah dewasa, sehingga diapun bisa memberitahukan si anak bagaimanakah seorang pria itu berpikir, bagaimanakah seorang pria itu mengungkapkan dirinya atau perasaannya atau kebutuhannya. Dengan kata lain masukan-masukan dari si ayah ini akan menolong pula si anak wanita mengerti tentang pria sehingga waktu dia sudah mulai besar dia juga tidak akan terlalu asing bergaul dengan pria karena masukan-masukan dari ayahnya telah membekali dia. Bahwa misalnya pria kalau marah tidak senantiasa mengungakapkan perasaannya, cukup banyak pria yang marah kemudian diam. Sedangkan yang lebih umum di kalangan wanita waktu marah mengekspresikan dirinya. nah hal kecil ini misalkan dia sadari waktu dia sudah menginjak usia dewasa dengan sendirinya dia juga akan lebih bisa membawa diri dengan pria. Waktu pria itu tidak berkata apa-apa dan diam bukan berarti pria itu pasti menyetujui yang dia lakukan atau dia katakan, mungkin saja pria itu tidak setuju nah dia lebih tahu apa yang harus dia lakukan misalnya dia bisa langsung bertanya lebih spesifik, engkau setuju atau tidak, engkau tampaknya tidak senang. Sehingga hal-hal itu lebih membekali dia dalam berkomunikasi dan bergaul dengan pria, nah peranan seorang ibu juga sangat dibutuhkan di sini, sudah tentu. Menyambung yang tadi Ibu Collins katakan tentang seks, istri saya memberi informasi tentang seks kepada anak-anak wanita kami pula, jadi anak-anak perempuan kami belum mengalami haid istri saya sudah mulai memberitahukan bahwa suatu hari mungkin tahun ini, mungkin tahun depan kamu melalui suatu perubahan fisik yang tidak pernah kamu alami sebelumnya yaitu kamu akan mengalami haid. Dan istri saya menjelaskan apa itu haid dan sebetulnya apa yang terjadi secara konkret sekali, dengan tujuan supaya anak kami tidak kaget dan ketakutan waktu pertama kali mengalami haid. Nah setelah itu juga akan dibimbing bagaimana menghadapi haidnya dan sebagainya dan istri saya pun juga mulai membicarakan mengenai hubungan perempuan dengan laki-laki. Jadi apa itu yang harus dilakukan dengan anak laki-laki dan sebagainya. Saya juga bersyukur anak wanita saya cukup terbuka, menyambung yang tadi Ibu Collins katakan penting sekali komunikasi yang terbuka. Kadang anak perempuan saya membicarakan tentang teman prianya pula, perilaku teman-teman prianya yang nakal seperti ini itu, nah saya juga harus berhati-hati tidak memberikan gambaran yang terlalu buruk tentang pria karena saya juga harus memaklumi itulah perilaku pria. Terutama pada usia-usia remaja yang cenderung nakal, yang cenderung genit yang mau menggoda anak wanita dan sebagainya. Nah jadi saya hanya memberikan masukan supaya dia berhati-hati, waspada dan sebagainya tapi saya juga tidak memberikan gambaran pria itu adalah makluk yang sangat buruk sehingga engkau harus menjauhkan diri dari pria. Nah saya kira hal-hal ini penting dipahami oleh anak wanita kita sehingga dia waktu dewasa dia mempunyai pandangan yang lumayan tepat tentang pria. Nah adakalanya orang tua mempunyai pengalaman yang buruk dengan pasangan hidupnya misalnya sehingga memberikan banyak informasi yang negatif tentang pria, nah itu yang akan dibawa oleh anak-anak wanita ini sewaktu mereka besar. Sehingga tatkala anak wanita itu besar gambaran tentang pria tidak ada lagi yang positif, pria adalah makluk yang selalu harus dicurigai misalnya. Kita di situ telah berjasa membentuk seorang anak wanita yang tidak lagi mempunyai perspektif yang sehat tentang pria, jadi saya kira hal-hal ini perlu dibicarakan, diberitahukan kepada anak-anak sehingga waktu dia dewasa dia menjadi seorang wanita yang sehat.
GS : Ibu Collins, pengalaman Ibu yang mempunyai dua anak pria dan satu anak wanita apakah mereka bisa bermain bersama-sama ibu?
CM : Ya memang baru sebelum saya datang mereka main, mereka main walaupun sudah remaja mereka main dan mengganggu satu dengan yang lain. Dan anak perempuan, tidak belum mempunyai pacar tapi ada laki-laki teman baik bisa main bersama mereka dan sama dengan Pak Paul katakan memang saya juga melihat itu kalau wanita ada kesempatan bargaul dengan laki-laki dan mereka belajar sifat laki-laki. Karena memang berbeda dan anak laki-laki sama wanita mereka main bersama-sama.
PG : Ibu Collins, saya mau tanya apakah kita juga perlu mempersiapkan anak wanita kita bergaul dengan sesama wanita, apakah ada isu-isu tertentu yang perlu disadari.
CM : Itu beda karena anak perempuan kami sudah tidak punya adik atau kakak perempuan jadi dia harus belajar dan itu memang lebih susah untuk dia kadang-kadang, karena dia punya satu adik dan satu kakak yang laki-laki. Jadi kami bicara tentang itu mengenai wanita karena mereka berbeda yang positif sekali dan kadang-kadang ada yang negatif juga, wanita kadang-kadang lebih lemah lembut dan mereka tertawa dan suka shoping berbelanja tapi juga ada wanita yang suka memanipulasi dan dari pengalaman saya dan saya membaca. Wanita lebih bersifat begitu dari pada laki-laki dan saya bicara kepada dia harus hati-hati, harus baik, sopan, kepada mereka tapi juga harus hati-hati dengan hal begitu. Dan dia ada beberapa teman yang baik sekali Tuhan memberi kepada dia dan dia belajar bagaimana menjadi wanita lebih baik lewat teman-teman.
PG : Menarik sekali sebab istri saya pun pernah mengutarakan hal yang serupa yaitu dia pernah menyinggung bahwa wanita itu mampu untuk dia tidak menggunakan kata manipulasi tapi seperti itulh.
Jadi bisa mengatur tindakan dan perilakunya agar apa yang dia inginkan itu bisa dia dapatkan, rupanya Ibu Collins juga mempunyai kesan yang sama ya, tapi inilah sesuatu yang perlu disadari oleh anak wanita kita pula. Dan mungkin yang harus kita tekankan kepadanya adalah sebaiknya dia tidak begitu ya. Sebaiknya dia lebih terbuka, apa adanya dan tidak usah bermain-main sandiwara.
CM : Dan kami sering usul dan mendorong untuk boleh mengungkapkan perasaan tidak boleh manipulasi atau pakai kata-kata yang memaksa orang membuat apa yang dia mau, tapi juga kalau tidak setuju dengan sesuatu harus sopan untuk mengungkapkan itu, kalau tidak setuju boleh tapi harus sopan.
PG : Pak Gunawan apakah juga mempunyai kesan yang sama ?
GS : Ya saya rasa memang seperti itu Pak Paul, tapi ngomong-ngomong di dalam Alkitab itu banyak bicara tentang anak-anak pria dan sebagainya Pak Paul, tetapi kenyataannya Tuhan menciptakan pria dan wanita. Nah bimbingan firman Tuhan terhadap orang tua yang mempunyai anak wanita, dikaruniai anak wanita supaya orang tua bisa membimbing anaknya menjadi perempuan dewasa yang baik itu bagaimana Pak Paul?
PG : Alkitab sebetulnya tidak begitu banyak membicarakan tentang anak-anak wanita Pak Gunawan, jadi memang ada firman Tuhan yang mengatakan bahwa kita harus memperlakukan yang wanita lebih mda itu sebagai adik kita sebagai saudari kita ya.
Tapi selain itu petuah bagaimana orang tua memperlakukan anak wanitanya dan sebagainya memang hampir tidak ada. Ada juga I Korintus tentang anak wanita yang mau menikah, jadi saya akan gunakan saja prinsip yang umum yang bisa berlaku pula bagi anak wanita maupun pria. Saya akan bacakan dari
Amsal 3:1-4, "Hai anakKu, janganlah engkau melupakan ajaranKu dan biarlah hatimu memelihara perintahKu, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu." Ada dua hal yang ingin ditinggalkan oleh orang tua kepada anaknya di sini yaitu kasih dan setia, jadi itu mungkin juga yang bisa kita tinggalkan kepada anak-anak wanita kita, apapun yang terjadi kita perlu mempunyai kasih dan setia di dalam hidup ini. Karena memang mengasihi orang dan setia adalah 2 karakteristik yang kekal yang pasti akan bisa menjembatani hubungan dia dengan siapapun.
GS : Jadi berdasarkan kebenaran firman Tuhan itu tentu tidak betul, faham yang mengatakan anak laki-laki itu lebih berharga daripada anak wanita karena tanggung jawabnya tetap sama Pak Paul. Jadi demikian tadi saudara-saudara pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Collins Martin dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja melanjutkan perbincangan kami tentang 'Bagaimana Membentuk A Girl Menjadi A Woman". Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.