Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Anak dan Video Game". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Beberapa waktu yang lalu kita membicarakan tentang pengaruh televisi terhadap anak, nah di televisi anak itu memang banyak pasif, banyak melihat saja, tetapi sekarang ada bentuk-bentuk permainan baru yang disukai anak-anak seperti video game, play-station, dan sebagainya di mana anak itu aktif di sana Pak Paul. Nah itu pengaruhnya bagaimana terhadap anak Pak Paul?
PG : Pak Gunawan dan Ibu Ida, ada orang memanggil abad kita sekarang ini abad informasi atau abad telekomunikasi, abad teknologi tinggi, saya memanggil abad ini adalah abad layar karena kala kita perhatikan banyak hal yang sekarang kita lakukan, kita lakukan di depan layar.
Misalnya hiburan mayoritas sekarang ini kita peroleh melalui atau dari televisi depan layar juga. Pekerjaan kita di kantor apalagi yang bekerja dalam bidang-bidang teknik atau banking, tidak bisa tidak berhadapan di depan layar pula. Nah di rumah kita mau mengecek e-mail, kita mau mengirim surat kepada teman, kita mau dapatkan informasi juga layar. Yang masih menjadi pelajar layar komputer juga, mengetik paper, mendapatkan masukan atau data semua dari komputer, di depan layar juga. Untuk rekreasi juga di depan layar, kita main video game, kita main play-station itu semua di depan layar, jadi benar-benar saya memanggil abad ini abad layar. Nah salah satu yang sekarang marak, yang tadi Pak Gunawan sudah singgung adalah permainan video game atau yang sekarang populer adalah play-station. Dulu anak-anak waktu kita masih kecil bermainnya di playgram sekarang mainannya di play-station, ya dulu kita mainnya di lapangan, lari, petak umpet dan sebagainya. Sekarang kita main petak umpetnya ya di play-station mencari musuh dan sebagainya. Nah dampaknya apa terhadap anak-anak, saya kira yang pertama harus kita sadari adalah bahwa benda-benda ini sebetulnya tidak harus berkonotasi atau berarti negatif atau jelek. Jadi saya juga tidak setuju dengan reaksi yang berlebihan dari orang yang mengenyahkan play-station atau video game, banyak hal-hal yang baik dari benda-benda ini asalkan kita tahu bagaimana mengaturnya dan memanfaatkannya.
GS : Nah selain berfungsi sebagai hiburan, Pak Paul ya apa sebenarnya yang bisa diperoleh oleh anak-anak itu dengan memainkan permainan-permainan itu...?
PG : Biasanya video game dan play-station itu mempunyai beberapa jenis Pak Gunawan, tadi Pak Gunawan sudah singgung, yang pertama adalah hiburan. Jadi ada game yang hanya memang bersifat hibran, tidak ada challenges ya tidak ada tantangan-tantangan yang diperlukan hanya konsentrasi.
Beberapa tahun yang lalu, mungkin lebih 10 tahun yang lalu diperkenalkan misalnya packman yang makan-makan, nah dari packman ini dikembangkan banyak sekali game yang ia tidak memerlukan banyak sekali tantangan hanya yang penting konsentrasi. Yang penting adalah ada unsur hiburannya setelah kita menang, kita main kita senang dapat berapa skor dan sebagainya. Yang berikutnya adalah unsur misteri Pak Gunawan, jadi cukup banyak video game dan play-station game yang memuat aspek-aspek misteri. Di sini si pemain harus misalnya mencari jalan keluar atau misalkan ada yang mencari harta karun dia harus melalui begitu banyak jebakan dan harus melewati hal-hal yang berbahaya supaya bisa sampai di tujuannya mendapatkan harta karun itu, dia harus pecahkan banyak sekali persoalan-persoalan karena tidak gampang untuk direka, jadi si anak harus berpikir, harus mencoba ini itu, jadi perlu konsentrasi yang tinggi dan bisa menaklukkan tantangan. Ini saya kira aspek yang positif bagi anak sebetulnya.
GS : Kreatifitas anak itu bisa tumbuh di sana, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, jadi memang yang memuat misteri bisa mengasah kreatifitas anak dan daya pemecahan problemnya. Sehingga dia harus memikirkan banyak unsur dari banyak sudut, sebab jalan kelarnya itu muncul dari tempat-tempat yang biasanya tak terduga, itu yang harus dia pikirkan tidak ada yang boleh luput dari pengamatannya.
GS : Nah Pak Paul, penggemarnya itu juga banyak anak-anak di bawah usia 10 tahun, nah beberapa waktu yang lalu, waktu kita membicarakan televisi dan ana, kesimpulannya adalah anak tidak bisa membedakan yang fiktif dan yang riil, nah dalam hal ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Seperti kita bahas pada waktu yang lalu kalau itu kartun memang lebih mudah buat si anak untuk mencernanya sebagai sesuatu yang tidak riil. Karena dia tahu dia bukanlah kartun dan kartu bukanlah dia, sehingga dia memang masih bisa memisahkan dirinya di kartun itu.
Jadi video game dan play-station game setahu saya masih menggunakan kartun nah jadi dampaknya tetap tidak sekuat kalau itu benar-benar diperankan oleh manusia.
GS : Walaupun yang akhir-akhir ini animasinya makin halus saja seperti manusia.
PG : Betul, makin halus sekali apalagi ada tiga dimensinya dan sebagainya.
GS : Jenis permainan apa lagi yang bisa diperoleh Pak Paul?
PG : Yang cukup sering dimainkan sekarang adalah jenis pertandingan, jadi pertandingan ini bisa 2 orang bertanding, berkelahi, nah ini kadang-kadang cukup sadis. Misalnya dipukul kemudian kealanya copot, atau waktu ditusuk darahnya muncrat meskipun kartun tetap cukup sadis dan cukup berdarah (saya panggil itu).
Pertandingan juga bisa misalnya hendak mengalahkan musuh perang di udara dengan pesawat terbang atau memasuki benteng musuh dengan cara-cara yang pandai, jadi pertandingan pada intinya adalah berusaha mengalahkan musuhnya. Nah bisa juga mempunyai dampak kalau misalnya dia terlalu sering dan bermain hal-hal yang bersifat keras, perkelahian-perkelahian, pukul-memukul nah itu kita mesti waspadai apakah itu bisa membawa dampak pada si anak.
(1) IR : Apakah ada segi pendidikannya, Pak Paul?
PG : Ada juga game yang memang khusus dibuat untuk mendidik misalnya ada yang melatih anak untuk berbicara dalam bahasa Inggris misalnya mengerti kata-kata khusus artinya apa, nah itu bisa dklik, diklik sehingga nanti dijelaskan artinya apa.
Waktu dia mengklik yang betul dipuji kamu telah melakukannya dengan tepat sekarang mulai lagi yang baru. Atau misalnya program yang menolong anak untuk mengasah kemampuan matematisnya jadi diberikan contoh atau soal dan si anak harus memecahkannya kemudian diberitahu bagaimana menyelesaikan masalahnya, nah hal-hal itu adalah hal-hal yang positif. Belum lagi anak-anak bisa juga melihat gambar tentang bumi tentang apa dan sebagainya sehingga menambah wawasan anak, jadi ada game yang memang bersifat sangat edukatif, nah itu pun juga baik untuk dilihat oleh anak-anak kita.
(2) GS : Nah sekali lagi di sana peran orang tua itu sangat besar Pak Paul, nah hal-hal apa yang bisa kita berikan atau sampaikan kepada para orang tua khususnya yang menjadi para pendengar setia kita supaya kalau anak-anaknya memainkan video game atau play-station, mereka bisa memainkan itu dengan aman, Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah kita perlu memperhatikan dampak dari game itu pada anak-anak kita, semua anak unik tidak sama. Ada anak yang memang dasarnya agak pasif, agak lembut, agak penurut, tpi ada anak yang dasarnya agak keras dan bersifat fisik sekali alias dia akan bersifat agresif.
Nah menonton pertandingan yaitu memainkan game yang bersifat pertandingan berkelahi, memukul sampai kepalanya copot dan sebagainya, bisa berdampak, bisa pula tidak. Nah kalau mulai berdampak, orang tua misalnya menegur si anak dan berkata, saya melihat sejak kau menonton game ini atau memainkan game ini engkau menjadi lebih agresif, engkau maunya memukul adikmu, engkau mau memukul kakakmu, saya berikan peringatan. Kalau engkau masih begitu baik di rumah maupun di sekolah tidak boleh lagi menonton atau memainkan game ini. Nah dengan teguran-teguran itu si anak dilatih untuk mengontrol dirinya, impulsenya itu sehingga tidak terlalu agresif. Tapi kalau tetap masih agresif setelah kita berikan teguran kita mulai kurangi, kita berkata : hari ini engkau tidak boleh main, engkau hanya boleh main besok jadi 2 hari sekali. Masih agresif lagi kita kurangi 3 hari sekali jadi kita tidak 100 % ya 'cut', tidak boleh main sama sekali, tapi kita menguranginya supaya si anak bisa belajar untuk mengendalikan energinya itu.
GS : Nah bagaimana kalau ada anak itu yang karena main, lalu menjadi mau menangnya sendiri terus Pak Paul. Pernah tadi dalam salah satu permainan itu 'kan anak berusaha menang dan itu pasti menang, nah itu terbawa di dalam kehidupannya.
PG : Itu pun perlu diperhatikan orang tua Pak Gunawan, sebab cukup banyak permainan-permainan ini yang menyuburkan insting kompetitif anak. Artinya jangan sampai kalah engkau harus menang, nh kalau tidak hati-hati si anak memang akan mulai menyerap insting kompetitif ini dengan berlebihan, sehingga dalam kehidupannya dia susah mengalah.
Orang tua perlu mengamati perilaku anak, apakah makin susah mengalah, kalau makin susah mengalah, kita langsung kaitkan dengan permainan-permainan ini dan kita katakan saya akan kurangi, sehingga kita menggunakan permainan untuk memberikan sanksi atau untuk membentuk perilakunya. Jadi kita memanfaatkan sebab memang bisa kita manfaatkan untuk membentuk perilaku anak.
IR : Juga dalam bergaul Pak Paul, kalau sudah melihat itu rasanya malas untuk pergi atau bergaul dengan teman-teman.
PG : Betul, ini sering kali saya jumpai pada anak-anak saya, teman-temannya datang berjam-jam duduk di depan layar televisi main game, kalau dulu main lari ke sana, ke situ. Nah kadang-kadan mereka lakukan berjam-jam hanya duduk di depan televisi main game.
Jadi unsur main ini juga harus kita seimbangkan, jangan sampai kita terlalu cepat puas kalau anak-anak kita bisa duduk diam-diam di depan gamenya, kita perlu anjurkan dia untuk bermain keluar, untuk lari ke sana, ke sini karena itulah yang sehat buat anak-anak.
GS : Kalau sifat yang tidak mau kalah Pak Paul, yang dikhawatirkan itu dia menghalalkan segala cara untuk dapat menang, Pak Paul.
PG : Betul, sebab memang kita sendiri kalau main ya kita mau menang, kita harus sadari itu tapi memang kita tidak terlalu ditantang seperti kalau kita main video game. Waktu pertandingan kit kalah, teman kita menang, waduh....kita
rasanya panas, kita mau menang lagi, menang lagi, apalagi mainnya berdua. Nah saya melihat yang Pak Gunawan katakan yaitu akan muncul godaan menghalalkan segala cara itu betul sekali, yaitu dengan menonjok dengan cepat supaya kita bisa meng-KO-kan dia itu 'kan kita lakukan. Nah di sini orang tua memang perlu memperhatikan dampak itu semua pada perilaku dan nilai-nilai hidup si anak. Kalau mulai-mulai luber keperilakunya, mulai kelihatan, orang tua perlu membuat sanksi-sanksi seperti tadi kita telah bahas.
IR : Dan anak bisa berkhayal Pak Paul dengan seringnya dia main itu.
PG : Bisa, karena memang daya khayal anak memang kuat Bu Ida, dan pada saat ini anak-anak memang masih hidup dalam khayalannya belum hidup 100 % dalam dunia realitasnya, kalau tidak hati-hat memang dia mengkhayalkan bahwa itulah kenyataannya dalam hidup, misalnya mencari harta karun bahwa di hutan itu banyak harta dan sebagainya, nah dia pikir itu hal yang riil.
GS : Kadang-kadang terbawa sampai ke mimpi Pak Paul, sehingga dia sebenarnya tidak bisa tidur dengan nyenyak, terbangun pada tengah malam.
PG : Bisa jadi, betul, jadi dampak pada anak-anak ini seperti susah tidur atau khayalannya makin menggila, harus diperhatikan orang tua. Kalau memang khayalannya makin liar kita mesti kurang, dan kita juga mesti pilihkan game yang dia mainkan itu.
GS : Tadi Pak Paul berikan contoh ada saatnya bermain di depan layar, karena ini era layar, tetapi juga kadang-kadang harus dipaksa untuk keluar. Nah dalam hal ini bagaimana kita membagi waktunya Pak Paul?
PG : Anak-anak perlu mendapatkan pembatasan waktu, jadi tidak ada namanya main sepuasnya bahkan dalam hari libur pun anak-anak perlu mendapatkan batasannya, pembatasan. Jadi kita mesti membtasi sekurang-kurangnya karena 2 hal, yang pertama adalah menggunakan mata yang berlebihan di depan layar itu tidak sehat, dan kita semua tahu itu.
Bahkan yang sudah dilakukan dibuatkan suatu layar tambahan untuk mengurangi radiasi tapi tetap saya kira akan ada yang terpancarkan keluar. Dan kalau anak berjam-jam menghabiskan waktu di depan televisi saya kira itu akan membawa dampak. Kita tahu bahwa mata itu justru terlatih dengan baik kalau sering melihat jauh, makanya orang-orang yang tinggal di alam yang masih asri kecenderungannya adalah mempunyai mata yang baik, karena dia melihat jauh sekali. Sedangkan anak-anak yang hidup di kota-kota besar yang disuruh belajar, membaca, menulis atau membuat paper di depan komputer biasanya akan memakai kacamata pada usia muda. Misalkan saya mengamati, saya tidak ada data pastinya, saya melihat begitu banyak orang Singapura yang memakai kacamata, itu kesan saya yang saya lihat jelas sekali, begitu banyak orang-orang di sana pakai kacamata, dan orang dewasa juga sangat banyak yang pakai kacamata. Jadi saya kira itu semua dampak dari melihat dengan dekat, nah layar televisi kita akan dilihat dari jarak yang dekat, video game dan sebagainya kita melihat dengan jarak misalnya 1 meter sampai 2 meter. Berjam-jam dan kita jumlahkan dalam 1 minggu, dalam 1 tahun dan sebagainya akan bisa merusak mata anak, itu yang pertama. Yang kedua adalah bermain di depan televisi atau di depan game tidak bisa tidak, akan mengurangi waktunya dia bermain atau berinteraksi dengan kita, jarang atau makin kecillah peluang anak ngobrol-ngobrol dengan kita, karena dia akan sibuk bermain. Dan kita tahu permainan itu benar-benar mencandu tidak bisa lepas-lepas sampai dia ketemu jalannya baru dia puas, jadi akan mengurangi sekali waktu interaksi di rumah, nah orang tua harus bisa menjaga keseimbangan ini, boleh main tapi dibatasi. Dalam rumah kami anak-anak itu pulang sekolah habis makan biasanya kami ijikan main selama 1 jam sampai 2 jam paling lama, setelah itu mulailah belajar atau les sampai malam. Nah kalau sudah malam biasanya kami tidak ijinkan lagi dia main.
GS : Ada orang tua yang berpendapat daripada anaknya bergaul atau berinteraksi dengan orang-orang yang dia tidak kenal, orang tua ini merasa lebih save, merasa lebih aman kalau anaknya di rumah, main video game.
PG : Itu ada betulnya daripada anak kita keluyuran ke mana-mana tidak ada arahnya lebih baik di rumah. Tapi toh orang tua harus mengerti apa yang dilakukan anak di rumah, karena apa yang dilkukan anak di rumah itu juga penting.
Kalau dia menghabiskan berjam-jam di depan layar monitor memainkan gamenya saya kira itu juga tidak sehat. Sangat tidak sehat, dia kehilangan waktu untuk sosialisasi.
IR : Sebenarnya manfaatnya itu apa, Pak Paul?
PG : Sudah tentu ada manfaat hiburannya Ibu Ida, jadi anak-anak itu pulang sekolah ingin sekali santai, dia telah terbebani oleh pelajaran selama 7 jam, ada yang 8 jam. Jadi pada waktu dia plang dia ingin sekali santai, dan kita harus menerima fakta bahwa anak-anak kita sekarang mempunyaai jam kerja yang lebih banyak daripada orang tuanya.
Sebab di sekolah saja sudah sekitar 7 jam, dia pulang ke rumah ada les-les dan sebagainya, bisa tambah 2 jam, atau 3 jam selama mengerjakan PRnya. Jadi total antara 10 sampai 11 jam setiap hari, kecuali hari Sabtu mungkin ya, karena sekolah biasanya lebih pagi. Tapi kira-kira 5 hari seminggu dia itu bisa menghabiskan sekitar 45 jam untuk bekerja, nah orang-orang dewasa ada yang bekerja seperti itu, ada yang lebih juga tapi cukup banyak yang bekerja misalnya 5 jam perhari 40 jam misalnya perminggunya. Jadi anak-anak kita itu lumayan mempunyai tanggung jawab yang berat, otaknya diperas terus-menerus, di sekolah diperas, pulang ke rumah diperas lagi, belum lagi orang tua yang getol mengeleskan anak bermain pianolah, bermain gitarlah, belajar bahasa Inggrislah, belajar bahasa Mandarinlah dan segala macam. Anak-anak itu akhirnya sangat perlu hiburan, jadi video game menjadi hiburannya, itu manfaatnya yang bisa saya lihat juga.
GS : Tapi di samping itu juga, di dalam pergaulan antar anak itu Pak Paul, kalau teman-temannya bicara tentang video game, tentang materi yang baru dia bisa ikut bicara di sana. Kalau dia tidak pernah main, dia merasa terasing.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi permainan-permainan ini membantu dia masuk untuk diterima oleh teman-temannya, kalau tidak bisa menggunakan bahasa-bahasa game ini betul kata Pak Gunawan,dia akan terpinggirkan dari teman-temannya.
IR : Tapi kasihan bagi mereka yang tidak punya, Pak Paul?
PG : Itu tadi yang kita bicarakan sebelum dimulainya acara ini, saya tadi bercerita bahwa saya bercerita dengan tukang bakmi gerobak di pinggir jalan di kota Malang ini yang sedang bicara-biara dengan saya mengeluhkan tentang anak-anaknya yang terlalu sering bermain play-station di rumahnya, jadi berarti dia membeli play-station.
Saya langsung tercengang memikirkan tukang bakmi yang mungkin hanya bisa memperoleh penghasilan mungkin Rp. 200.000, Rp. 300.000 per bulan harus membeli play-station yang harganya dua ratusan ribu, tapi toh akhirnya saya melihat rela untuk membeli benda itu demi anaknya. Sehingga memang alokasi uang dari keluarga begitu besar dicurahkan untuk benda ini buat anak-anak, memang buat si anak rupa-rupanya sangat penting.
GS : Biasanya anak menyukai permainan seperti itu sampai usia berapa, Pak Paul?
PG : Nah ini sebetulnya terus berlanjut ya, banyak anak-anak yang sudah kuliah pun ya hobby sekali main. Tetapi memang kegandrungan makin berkurang, makin banyaknya kesibukan di luar dan halhal lebih nikmat otomatis dia akan mulai meninggalkan permainan-permainan ini.
GS : Yang namanya permainan ini suatu saat akan membuat orang itu bosan juga Pak Paul.
PG : Betul, masalahnya di Indonesia kita mendapatkan kemudahan yaitu VCD-VCD itu semua copy-an, bajakan dan harganya cuma Rp. 6000, Rp. 7000 sedangkan aslinya saya tahu di Amerika Serikat yag baru itu $50, Rp.
350.000 untuk satu. Jadi orang memang tidak bisa sering membeli, jadi belinya itu 3, 4 bulan sekali baru beli 1 game, di Indonesia, 3 hari sekali beli 1 game.
(3) GS : Selain murah masih bisa menyewa lagi, tidak usah membeli itu memang memudahkan prasarana-prasarana seperti itu menjadi lebih mudah Pak Paul. Belum lagi sarana di komputer sendiri kita bisa main di situ tanpa membeli perangkat yang baru. Nah masalahnya memang bagaimana orang tua mengatur waktu anak ini antara belajar, bermain, bersosialisasi, nah itu bagaimana Pak Paul?
PG : Anak-anak harus dilibatkan dalam pergaulan, dalam rekreasi dengan orang tuanya sendiri. Jadi kalau orang tuanya hanya bicara kamu harus begini, kamu harus itu, tidak ada hasilnya. Jadiajak anak-anak keluar bermain bersama-sama, ajak rekreasi bersama-sama, jadi dengan cara itulah anak-anak akan bergaul, ajak ke rumah temannya atau ajak ke rumah teman kita yang mempunyai anak-anak sebaya dengan dia, sehingga dia juga bermain.
Sehingga anak-anak melihat pola hidup kita, itulah pola hidup kita yang kita anggap sehat dan seimbang biarlah dia mencontohnya dan mengikutinya pula. Kalau kita juga di rumah, kita pun dari jam 5 sampai jam 11 malam di depan televisi, tidak bisa tidak anak kita akan berkata, itu pola yang akan saya turuti juga. Bedanya saya bukan layar televisi tapi layar monitor untuk main play-station, jadi kembali kepada orang tua, apa itu yang akan dilakukan oleh orang tua akan dicontoh oleh anaknya, jadi orang tua tidak bisa memarahi anak kamu main play-station berjam-jam, anak akan berkata mama dan papa juga 5 jam, 6 jam setiap malam di depan televisi.
GS : Apakah permainan seperti ini bisa menimbulkan sifat individualistis yang lebih tinggi lagi, Pak Paul?
PG : Karena kekurangan sosialisasi tidak bisa tidak akan mengakibatkan ketimpangan, dia kurang bisa menempatkan diri pada orang lain, mengerti pemikiran orang lain, berempati pada perasaan oang karena dia hanya melihatnya dari sudut dia terus-menerus.
Jadi sekali lagi jangan sampai play-station itu membunuh kesempatan si anak untuk bermain dengan teman-temannya.
GS : Pak Paul, selain nasihat-nasihat dari orang tua tentu kita juga mau mendengar nasihat dari Alkitab itu apa, Pak Paul?
PG : Saya akan bacakan dari Filipi 3:17, "Saudara-saudara ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." Paulus dengan berani erkata pada jemaat di Filipi ikutilah teladanku, dengan kata lain Paulus berani berkata seperti itu karena dia telah memberikan contoh hidup yang baik.
Nah dengan modal itulah dia bisa menegur jemaat Filipi, dia bisa mengoreksi jemaat di Filipi. Nah orang tua juga harus seperti ini sebelum dia bisa menegur anak jangan terlalu banyak waktu di depan layar monitor dan sebagainya, orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik. Dia harus misalnya membaca, dia harus juga menunjukkan bahwa dia berminat untuk menambah pengetahuannya dengan cara-cara yang sehat. Kalau dia hanya menyuruh anak belajar, sedangkan dia sendiri berjam-jam di depan televisi tampaknya akan berkurang, otoritasnya pun tidak akan terlalu kuat. Jadi anak-anak perlu melihat teladan orang tuanya terlebih dahulu.
GS : Itu dalam arti kata, baik ayahnya atau ibunya, Pak Paul.
PG : Tepat, dua-duanya betul.
GS : Tapi kalau pengaruh kakaknya bagaimana, Pak Paul?
PG : Bisa, tetap ada pengaruhnya karena kakaknya boleh kenapa saya tidak, anak cenderung membandingkan diri dengan kakaknya atau adiknya.
GS : Atau sebaliknya kalau kakaknya memang sudah dilatih sejak dini sehingga dia bisa mengatur waktu dengan baik maka adiknya pun akan mengikuti langkah-langkah kakaknya itu.
PG : Betul, akan jauh lebih mudah.
GS : Jadi memang di dalam era layar ini Pak Paul, rasanya peran orang tua makin berat saja.
PG : Betul, akan dituntut semakin terlibat Pak Gunawan dan bertanggung jawab.
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Video Game dan Anak". Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.