Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Saya, Gunawan Santoso, dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang ôTugas Orangtua Semasa Anak Berusia 0-5 Tahunö. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Memiliki anak memang dambaan dari setiap pasangan yang menikah. Tetapi memiliki anak berarti juga sekaligus memberikan tanggungjawab yang besar kepada orangtua. Sedangkan orangtua itu sendiri seringkali tidak memunyai bekal yang cukup untuk menjadi orangtua dan mendidik anak. Dan masa usia 0-5 tahun ini ialah masa yang sangat peka sekali dan berarti sekali bagi perkembangan anak untuk selanjutnya. Hal-hal apa yang Pak Paul ingin sampaikan di dalam membicarakan tugas orangtua pada waktu anak masih berusia 0-5 tahun?
PG : Seringkali kita mengartikan tugas kita sebagai orangtua berdasarkan kesanggupan dan ketersediaan waktu yang kita miliki. Sebagai contoh, bila kita tidak nyaman mendisiplin anak maka kita berkata bahwa mendisiplin anak bukanlah tugas kita atau jika kita tidak memunyai waktu banyak untuk bercengkerama dengan anak maka kita berkata bahwa bercengkerama dengan anak bukanlah tugas kita sebagai orangtua. Pemikiran ini tidak tepat, Pak Gunawan, sebab tugas kita sebagai orangtua seyogyanya tidak ditentukan oleh kesanggupan dan ketersediaan waktu melainkan oleh kebutuhan anak itu sendiri. Berdasarkan pengertian ini kita dapat menyimpulkan bahwa tugas kita sebagai orangtua bersifat umum dan khusus. Ada kebutuhan anak yang bersifat umum, misalkan anak ini perlu dikasihi dan sebagainya, tapi ada pula kebutuhan anak yang bersifat khusus yang sesuai dengan kebutuhan khususnya. Kita mesti mengenalinya dan berusaha memenuhinya agar anak dapat bertumbuh secara sehat. Pada kesempatan ini kita akan menyoroti tugas kita sebagai orangtua sewaktu anak berusia 0-5 tahun. Selain tugas umum, kita pun akan melihat tugas khusus sesuai dengan kebutuhan anak.
GS : Iya. Biasanya sebagai orangtua, karena tidak tahu, hanya coba-coba saja. Karena memang tidak tahu. Sekalipun Pak Paul tadi katakan bahwa itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak. Tapi bagaimana orangtua bisa tahu kebutuhan anak jika anak sendiri pun belum bisa memberitahu apa yang menjadi kebutuhannya. Tidak mungkin. Jadi hanya æmeraba-rabaÆ, dicoba-coba atau melihat orangtua yang lain atau mungkin pengalaman dia sendiri. Itu yang menjadi dasarnya.
PG : Seringkali itu yang menjadi dasar kita menentukan apa kebutuhan anak dari pengalaman kita, dari melihat orang, dari mungkin baca buku dan sebagainya. Kita akhirnya mulai mengerti inilah kebutuhan anak. Sudah tentu selain dari itu kita juga bisa mengenali kebutuhan anak berdasarkan interaksi kita dengan anak, sebab pada akhirnya anak itu berbeda-beda. Meskipun banyak sekali kesamaan anak, tetapi sebetulnya setiap anak itu berbeda. Maka kita juga harus memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kekhususannya itu.
GS : Jadi, bagaimana pendapat Pak Paul tentang pendapat beberapa orang yang mengatakan bahwa anak sebenarnya kertas putih yang bisa kita tulis menurut selera kita. Menurut Pak Paul, bagaimana?
PG : Sampai satu titik memang betul ada hal-hal yang anak-anak itu sebetulnya datang ke dunia dengan keterbukaan, kenetralan dan pengaruh lingkungan yang menentukan seperti apakah anak itu akan bertumbuh besar. Tapi sekarang kita juga menyadari pengaruh bawaan lahiriah itu juga sangatlah besar. Ada anak-anak yang memang sudah membawa kecenderungan tertentu sejak dia kecil. Bagaimana pun kita mencoba untuk meniadakannya atau membelokkannya, tidak bisa. Misalkan anak yang bawaannya sangat berorientasi pada penggunaan otot atau tenaga. Anak-anak seperti ini biasanya bukan saja berbadan kuat tetapi juga berenergi tinggi sekali. Saya kira kita orangtua tidak bisa membendung tenaga itu. Maka tugas kita adalah menyalurkannya sehingga tenaga itu bisa terpakai dengan konstruktif dan tidak menjadi masalah dalam pertumbuhannya.
GS : Jadi bagi anak yang khusus ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua, Pak Paul?
PG : Ada beberapa tugas yang ingin saya paparkan. Pertama, tugas orangtua pada waktu anak berusia 0-5 adalah menyediakan kebutuhan jasmani anak. Dalam pengertian memberi anak gizi yang cukup dan menjaga kesehatan tubuhnya. Berkenaan dengan memberi kecukupan gizi, saya tidak akan berpanjang lebar menjelaskannya sebab kita dapat memeroleh informasi ini dari berbagai sumber. Terpenting adalah kita memberi makan anak secara sehat dan berimbang. Serta biasakan anak untuk menyantap makanan yang kita sediakan. Memang anak memunyai kesukaannya tetapi jangan terlalu mengikuti seleranya sebab selera dapat disesuaikan. Bila kita terlalu mengikuti kemauan anak, maka ia akan cenderung bertumbuh besar dengan selera makan yang cerewet. Jadi di pihak satu kita mau melihat keunikan anak, tapi juga sedapat-dapatnya memerlakukan anak secara sama. Tidak menuruti keinginannya saja. Sebab sekali lagi ini bisa mengkondisikan dia. Sebetulnya bisa saja anak suka makanan yang pedas seperti itu, tapi karena kita sudah ketakutan, "Tidak suka ya? Pedas ya?" Akhirnya anak kita mengembangkan rasa tidak suka pada pedas walaupun sebetulnya bisa-bisa saja. Atau "Kamu tidak suka sayur? Nanti mama atau papa belikan ini." Akhirnya jadi cerewet sekali itu anak. Jadi penting kita membiasakan anak untuk memakan makanan yang kita sudah sediakan.
GS : Tapi seringkali pola makan anak itu sangat ditentukan oleh pola makan orangtua juga, Pak Paul. Kalau orangtua kurang suka dengan sayur, biasanya ibu tidak akan menyediakan makanan yang ada sayur sehingga anak kekurangan sayur, Pak Paul.
PG : Betul. Maka kalau orangtuanya cerewet pola makannya, ini tidak mau mesti ini atau itu dan anak-anak dibesarkan seperti itu maka hampir dapat dipastikan anak-anaknya akan menjadi anak-anak yang cerewet nantinya dalam hal makan. Tapi kalau orangtunya tidak cerewet dan makan apa adanya, ini akan menjadi keuntungan buat si anak sebab dia akan menjadi anak yang fleksibel. Disediakan apapun dia bisa makan dan dia tidak terlalu cerewet, mau ini mau itu. Ini sebenarnya hal yang baik, hal yang positif karena anak ini lebih gampang nanti menyesuaikan diri walaupun hidup dengan siapapun, berteman dengan siapapun. Kalau anak ini ialah anak yang cerewet dalam hal makanan maka nanti misalkan dia kost sewaktu kuliah dan makan bersama teman-temannya, mereka mengajak dia kesana kesini tapi menolak karena makanan itu tidak disukainya akhirnya teman-temannya tidak mengajak dia pergi karena cerewet dan susah makan. Jadi sekali lagi apa yang memang menjadi kebiasaan hidup orangtua itu akan diturunkan kepada anak. Berbahagialah anak yang memang dibesarkan oleh orangtua yang misalkan dalam hal makan tidak cerewet sehingga hidupnya nanti akan lebih gampang.
GS : Iya. Dan sekarang ini karena kesibukan dari orangtua, seringkali anak-anak itu saat pagi diberi bekal untuk ke sekolah dengan makanan cepat saji karena penyajian yang cepat sekali dan langsung dibawakan. Tapi kita juga tahu ada bahaya-bahaya tertentu dari produk-produk makanan seperti itu.
PG : Betul. Maka tadi sudah saya singgung tugas orangtua adalah, apalagi pada anak-anak usia dini ini, menyediakan makanan dan kebutuhan jasmani anak yang sehat dan gizi yang cukup. Jangan sampai kita tidak memberikan makanan yang berimbang. Tidak menjaga kesehatan dengan baik sehingga anak itu akhirnya bertumbuh besar dengan tubuh yang lemah, sebab tubuh yang lemah ini nanti akan dibawanya ke usia dewasa.
GS : Iya. Memang sesuai dengan anjuran dokter itu untuk anak yang baru lahir agar diberikan air susu ibu karena itu yang terbaik. Tetapi kalau ibunya sendiri tidak bisa menghasilkan air susu itu maka akhirnya larinya ke 'susu-susu kaleng'.
PG : Iya. Sudah tentu tidak selalu salah sebab susu kaleng juga susu formula adalah susu yang dikelola dengan baik. Kalau memang tidak ada lagi susu pada ibu maka terpaksa menggunakan susu formula dan banyak juga anak-anak yang dibesarkan dengan susu formula dan mereka bertumbuh dengan sehat juga. Tapi sekali lagi saya tekankan sebagai orangtua kita mesti memerhatikan kondisi tumbuh anak, menjaga kesehatannya, kita mesti melindungi anak dari sakit penyakit. Tetapi saya juga mau mengatakan sesuatu tentang menjaga kesehatan atau daya tubuh anak, daya tahan tubuh anak. Kita juga perlu membiarkan anak mengembangkan pertahanan diri yang kuat dan ini diperoleh lewat sakit. Sebagai contoh, jangan terlalu takut anak terkena pilek dan batuk. Jangan melindungi dia sedemikian ketat sebab perlindungan yang berlebihan justru melemahkan daya tubuhnya, bukannya semakin kuat melawan penyakit tapi malah melemah. Jadi kita mesti melindungi anak tapi juga jangan berlebihan begitu. Jangan sedikit-sedikit, "Tidak boleh nanti keringatan." Keringat itu bagian dari proses kehidupan yang sehat untuk menjaga tubuh kita ini. Jadi tidak apa-apa kalau kita berkeringat. Tapi ada orangtua yang tidak memperbolehkan anak berkeringat, begitu keringatan anak harus ganti baju, tidak boleh keluar karena angin kencang. Akhirnya anak itu mengembangkan daya tahan tubuh yang lemah dan akhirnya sakit-sakitan terus. Tapi anak-anak yang dibiarkan dan dibiasakan dengan kehidupan yang seperti itu akhirnya akan mengembangkan daya tahan yang lebih kuat.
GS : Tapi sekarang imunisasi itu banyak sekali, Pak Paul. Sampai agak besar anak itu masih tetap diimunisasi. Ini juga menolong anak supaya bisa bertahan di dalam kecemaran udara dan sebagainya.
PG : Iya. Dan sudah tentu itu adalah hal yang penting. Kita tahu imunisasi ialah pemberian virus yang sama. Jadi tubuh itu diberikan virus yang sama sehingga tubuh mulai menyesuaikan diri dan akhirnya bisa beradaptasi ketika diserang oleh virus itu. Tapi itu berkaitan dengan biaya juga. Tidak semua imunisasi diperoleh dengan gratis dan murah. Ini ada beberapa orangtua yang kadang-kadang agak berlebihan. Jadi hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting itu tetap diberikan sehingga memang memberatkan perekonomian keluarga.
PG : Ada, betul.
GS : Hal yang kedua apa, Pak Paul?
PG : Tugas kedua orangtua pada waktu anak berusia 0-5 tahun adalah memelihara kerutinan hidup. Sejak kecil kita sudah harus menerapkan jadwal yang tetap pada anak. Misalkan kapan anak makan, kapan tidur, kapan bermain dan berapa lama dia bermain. Nah, kerutinan ini akan menolong bukan saja kita yang kadang lelah, tapi juga anak. Ia akan menjadi terbiasa dengan kerutinan dan secara perlahan namun pasti anak mulai menyesuaikan diri. Nah, sudah tentu salah satu manfaat dari kerutinan adalah anak tahu dengan jelas tuntutan yang dibebankan kepadanya; kapan dia mesti belajar, berapa lama dia belajar, kapan dia bisa menonton televisi, berapa lama dia menonton televisi, kapan dia bisa main, berapa lama dia main. Selain itu pun dia belajar hidup dengan disiplin. Dan mulai mengembangkan disiplin. Kerutinan membuat anak hidup bukan atas kehendaknya sendiri saja, tapi juga kehendak kita orangtuanya. Nah, inilah akar disiplin dan ini perlu dipupuk sejak kecil, Pak Gunawan. Jadi waktu kita mulai menerapkan kerutinan maka tanpa disadari, sebetulnya kita tengah mendidik anak untuk mengembangkan disiplin diri itu. Tanpa kerutinan kapan saja dia mau ini lalu kita berikan, kapan dia tidak mau tidak kita berikan. Akhirnya anak itu tidak mengembangkan disiplin, sebab yang menjadi tuan dalam hidupnya ialah kehendaknya sendiri. Sedangkan pada masa anak kecil; seyogyanyalah dia memang tunduk kepada orangtuanya.
GS : Iya. Memang ini masalah kedisiplinan atau rutinitas ini harus dilatih sejak kecil, Pak Paul. Ketika anak masih di bawah 1 tahun, hal apa yang bisa kita lakukan untuk melatih anak di dalam hal rutinitas ini?
PG : Misalkan kita sudah terbiasa bangun jam berapa lalu dia nangis untuk minum susu atau apa. Maka sudah kita bangun jam berapa pun kita berikan susu. Biasanya mulai dengan jadwal makan atau minum susu itu kita tentukan dan tidurnya. Ini penting sekali. Kalau kita tahu dia biasa tidur siang maka kita akan benar-benar siapkan untuk anak tidur siang. Ada kalanya orangtua tidak memerhatikan hal ini malah menggunakan jadwalnya sendiri. Misalnya dia mau pergi dengan siap maka dia pergi sedangkan anak mengantuk dan dibawa-bawa. Itu sebetulnya kurang tepat. Kalau jam tidur sebaiknya anak itu tidur. Jadi orangtua yang berkorban sehingga apa yang dia ingin lakukan, maka dia harus tunda dulu. Jadi itu penting sekali, yaitu jadwal makan dan tidur.
GS : Iya. Seringkali anak-anak itu memang menangis untuk minta susu, minta minum. Orangtua biasanya agak sulit menjadwal ini juga sehingga kalau sedang menangis diberi minum susu lalu anak diam. Ini penyelesaian yang memang cepat. Tetapi membuat anak tidak tahu jam makannya dia.
PG : Memang pada masa awal sekali kita sebagai orangtua tidak akan tahu dengan pasti kalau sebab anak itu tidak sama, misalkan kakaknya bangun setiap 3 jam untuk minum tetapi belum tentu adiknya 3 jam. Kita memang harus memerlakukan anak secara unik. Biasanya setelah beberapa waktu barulah kita bisa mengenali beberapa lama sekali dia bangun untuk minum. Nah, waktu-waktu itulah yang kita gunakan akhirnya sebagai jadwal dia minum. Makin dia besar, frekuensi itu biasanya berkurang. Tadinya setiap 2 jam dia bangun dan mau minum, lama-lama bisa setiap 3 jam, 4 jam baru dia minum. Kita tidak paksakan. Kita kasih dia minum dia tidak mau minum maka kita tahu bahwa dia masih kenyang dan kita bisa tunggu. Jadi orangtua memang harus memonitor dengan ketat sehingga tahu itu kapan dia perlu minum dan kapan dia tidur.
GS : Juga masalah membangunkan anak di pagi hari. Ini seringkali menjadi keluhan orangtua, Pak Paul, karena sulit sekali anak untuk bangun pada waktunya. Padahal sekarang anak umur 2-3 tahun sudah harus sekolah. Jadi orangtua sangat disibukkan dengan membangunkan anak.
PG : Iya. Biasanya anak itu sulit bangun kalau tidurnya memang kurang tapi kalau dia masuk ke tempat tidur pada jam-jam tepat dan dia tidur maka besok pagi seyogyanya dia akan bangun pada waktu yang tepat pada waktu yang sama. Jadi pada umumnya seperti kita anak itu bangun di waktu yang hampir sama setiap hari asalkan memang tidurnya pada jam yang hampir sama.
GS : Tidurnya mungkin hampir sama dengan malamnya. Memang sudah bangun lalu ditambah lagi ini jadi kesiangan begitu dan ini menjadi masalah orangtua. Orangtua masih sibuk di dapur dan sebagainya, anak-anaknya masih tidur.
PG : Oke. Coba kita lihat sekarang tugas yang ketiga, yaitu menumbuhkembangkan kemandirian yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Kita mesti menjaga anak agar tidak membahayakan dirinya tapi kita pun perlu memberinya ruang untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Jadi awasi. Namun biarkan anak bergerak kesana-kesini, ke atas ke bawah, supaya ia belajar mengembangkan kemandirian. Berikut adalah yang sama dengan itu ijinkan anak untuk memilih mainannya. Jangan mengaturnya untuk bermain dengan mainan yang berguna baginya. Juga biarkan anak mencoba makan sendiri walau untuk itu kita mesti siap menoleransi kekotoran di meja makan dan bekerja ekstra untuk membersihkannya. Dengarkanlah celoteh anak dan sedapatnya turutilah permintaannya dalam kewajaran sebab perlakuan ini akan membuatnya merasa didengarkan. Semakin didengarkan maka semakin dia menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian. Jadi yang penting pada masa-masa ini kita mulai mengawasi anak. Betul. Tapi sekaligus memberinya ruang untuk mulai bergerak mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, untuk mulai melakukan sesuatu sendiri seperti makan dan sebagainya. Sehingga anak mulai mengembangkan kemandiriannya.
GS : Iya. Memang butuh bantuan orangtua supaya tidak terlalu banyak menaruh barang-barang yang misalnya mudah pecah atau berbahaya bagi anak supaya anak bisa mengeksplorasi lingkungannya.
PG : Betul.
GS : Ini dilarang, itu dilarang. Dia mau duduk terus juga tidak bisa.
PG : Betul. Maka saya bisa mengerti betapa tidak mudahnya orangtua untuk membesarkan anak dan memberikan kemandirian dan kebebasan seperti ini. Kalau orangtua itu terlalu rapi, terlalu apik, terlalu bersih, rumahnya harus tidak ada noda dan sebagainya maka kasihan anak dan istrinya. Sebab memang anak-anak pada usia dini ini memerlukan ruang gerak seperti itu. Jadi biarkanlah. Sewaktu kami masih lebih muda dan anak-anak kami masih kecil, kami memutuskan untuk membiarkan anak-anak untuk mencoret-coret dinding. Tidak apa. Nah, anak saya sekarang dengan cucu kami berbuat yang sama, tapi dinding yang digunakan adalah yang diluar tembok. Jadi tembok penuh dengan tulisan, gambar, cat dan sebagainya. Dengan cara itu anak belajar mengembangkan kemandiriannya.
GS : Yang lainnya apa, Pak Paul?
PG : Yang keempat adalah orangtua menerapkan sistem imbalan dan konsekuensi pada waktu anak berusia 0-5 tahun ini. Sedapatnya kita tidak menghukum anak hanya menghukum bila terpaksa dan tidak ada lagi jalan lain. Sebaiknya gunakanlah sistem imbalan dan konsekuensi. Sebelum anak melakukan kesalahan, antisipasilah dan berilah peringatan kepadanya. Bila ia menaati perkataan kita maka ia mendapatkan imbalan. Sebaliknya jika ia tidak menggubrisnya maka ia akan menerima konsekuensinya yakni hukuman. Sistem imbalan dan konsekuensi ini akan menolong anak untuk memikirkan akibat perbuatannya sehingga dia tidak sembarangan atau kurang hati-hati dalam bertindak. Sudah tentu tidak seharusnya kita menciptakan terlalu banyak aturan yang mengandung imbalan dan konsekuensi hanya terapkan untuk hal-hal yang penting dan tujuannya adalah agar anak berpikir sebelum bertindak dan bila hukuman dijatuhkan dia pun sadar bahwa sesungguhnya hukuman adalah akibat perbuatannya sendiri.
GS : Jadi mendisiplin anak ini perlu diajarkan sejak dini.
PG : Betul.
GS : Ini soal menghargai dan memberikan hukuman begitu, Pak Paul.
PG : Betul.
GS : Asal hukumannya bukan fisik kebanyakannya.
PG : Kebanyakan iya. Kadang-kadang kta perlu memukul misalnya paha anak tetapi memang sedaptnya kita tidak memukulnya secara fisik.
GS : Iya. Tugas yang kelima apa, Pak Paul?
PG : Menstimulasi perkembangan mental dan sosial anak. Jadi ajaklah anak berbicara, berdiskusilah dengannya sesuai usia tentunya dan bermainlah dengannya. Sedapatnya ijinkan anak untuk bermain dengan teman sebaya, baik dalam ruang tertutup maupun di ruang terbuka. Jangan takut anak kotor, sebab itu adalah bagian dari bermain di luar di alam terbuka. Sesungguhnya semua ini adalah alat untuk merangsang perkembangan mental dan sosial anak. Jika kita membatasi anak dari semua ini, niscaya anak mengalami hambatan perkembangan mental dan sosial. Jadi ini adalah bagian yang penting merangsang perkembangan mental dan sosial anak.
GS : Iya. Dan untuk itu biasanya anak sejak umur 2 tahun orangtua memasukkan mereka ke PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini. Disana mereka bisa bersosialisasi. Tetapi waktu dengan orangtua menjadi berkurang.
PG : Saya kira lebih baik pada usia-usia seperti itu anak-anak hanya pergi menghadiri PAUD itu sekitar 2 jam misalkan, sehingga anak-anak bisa kembali ke rumah berinteraksi dengan orangtuanya.
GS : Tetapi tetap ada tanggungjawab yang seperti tadi saya katakan seperti bangun pagi dan sebagainya, membawa makanan bekal dari rumah. Tugas yang keenam apa, Pak Paul?
PG : Tugas yang keenam dan terakhir adalah menunjukkan kasih dan perhatian yang sama pada semua anak. Anak peka dengan perhatian dan perlakuan yang berbeda dan dengan cepat menyimpulkan bahwa kita kurang mengasihinya. Jadi sedapatnya bersikaplah sama pada semua anak. Senantiasa perhatikanlah sikapnya yang mulai memisahkan diri atau menolak kita. Besar kemungkinan itu disebabkan oleh rasa kurang dikasihi. Kalau ada satu anak dari tiga anak terlihat memisahkan diri, kita ajak tidak mau, kita mau peluk dia lari maka besar kemungkinan dia melihat bahwa kita tidak memerlakukannya sama. Jadi kita mesti peka akan hal-hal seperti ini.
GS : Memang tidak mudah untuk berlaku sama terhadap beberapa orang anak. Tentu ada kecenderungan tertentu dari orangtua untuk mengasihi yang satu dan kurang mengasihi yang lainnya.
PG : Betul.
GS : Pak Paul, dengan anak-anak yang usia dini seperti ini yang di bawah 5 tahun bagaimana dengan pendidikan rohani?
PG : Sudah tentu sejak kecil kita sudah mengajarkannya untuk berdoa meskipun anak ini belum mengerti dengan jelas, tapi kita ajak anak untuk berdoa bersama. Dan malam hari sebelum tidur kita bacakan firman Tuhan, kita cerita dengan ilustrasi, kemudian berdoa bersama. Jadi kerutinan ini sudah mulai ditanamkan pada anak dan yang penting adalah menghadirkan Tuhan dalam hidup mereka sehingga mereka mulai mengerti bahwa ada yang kita tidak bisa lihat tetapi ada, yaitu Tuhan. Dan Tuhan ini mengawasi kita.
GS : Tapi mengajak anak-anak usia dini ini ke gereja juga memiliki masalah tertentu karena meraka tidak bisa tahan tenang. Jadi bukan hanya merepotkan orangtuanya tetapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya juga. Tetapi mau ditinggal di rumah tidak bisa juga. Ini sebenarnya harus menjadi perhatian kita semua. Dan apa ayat firman Tuhan yang Pak Paul ingin sampaikan?
PG : Kita mesti hadir dalam kehidupan anak terutama pada usia dini. Keterikatan anak-orangtua terbentuk di usia awal. Jadi sekali kita melewatkan kesempatan ini kita akan kehilangan selamanya. Amsal 22:6 mengingatkan, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu." Jadi apa yang kita tanamkan pada anak di usia-usia dini ini akan menjadi jalan bagi si anak untuk dia tempuh dan sampai dia tua dia tidak akan menyimpang dari jalan itu.
GS : Baik. Terima kasih, Pak Paul, untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tugas Orangtua Semasa Anak Berusia 0-5 Tahun". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Atau Anda juga dapat menggunakan e-mail ke alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.