Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "IA Sudah Menyiapkan Segala Sesuatunya". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kita memang tahu Tuhan Allah itu mengatur segala sesuatunya dan memersiapkan segala sesuatunya untuk kita, tetapi kenapa kita tidak bisa terlepas dari kekuatiran, Pak Paul? Logikanya kalau kita tahu bahwa segala sesuatu sudah Tuhan persiapkan untuk kita dan itu yang terbaik, mestinya kita tidak perlu kuatir lagi. Tapi buktinya tetap kuatir.
PG : Karena begini, Pak Gunawan. Tuhan tahu apa yang akan terjadi sedangkan kita tahu apa yang telah terjadi. Oleh karena kita hanya tahu apa yang telah terjadi dan tidak tahu apa yang akan terjadi, kita mudah cemas. Sewaktu menghadapi kesulitan, kita bingung. Dalam kebingungan kita mudah marah dan menyalahkan Tuhan. Lewat perjalanan Israel dari Mesir menuju Kanaan kita dapat belajar satu pelajaran berharga yakni Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatunya. Kita tidak perlu kuatir apalagi marah sebab Tuhan tahu dan Ia sudah berjalan di muka. Inilah yang kita mau angkat pada kesempatan ini, Pak Gunawan, mudah-mudahan menolong kita untuk mengingat bahwa Tuhan sudah tahu dan Ia berjalan di muka dan menyiapkan segala sesuatunya. Sehingga mudah-mudahan kita semua lebih beriman dan tidak mudah cemas.
GS : Tapi kalau kita melihat perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, mereka tetap jatuh bangun, Pak Paul. Ada saatnya mereka merasa Tuhan sudah menolong. Tapi begitu berjalan lagi mereka melihat tidak ada lagi pertolongan Tuhan. Itu hampir sama dengan kehidupan kita, Pak Paul.
PG : Betul. Kita melihat berbagai tantangan yang mesti dihadapi oleh Israel. Misalnya, tantangan pertama yang dihadapi Israel setelah keluar dari Mesir adalah kejaran serdadu Mesir. Tuhan menolong. Ia menenggelamkan tentara Mesir di Laut Merah. Tantangan kedua yang dihadapi Israel adalah kesulitan air. Di Mara ada air tetapi pahit. Tuhan menyuruh Musa melemparkan kayu ke dalam air dan air itu menjadi manis sehingga dapat diminum. Setelah itu Tuhan membawa mereka ke Elim dan disitu terdapat 12 mata air dan 70 pohon korma. Tantangan ketiga adalah kelaparan. Tuhan menolong dengan cara menyediakan manna atau roti yang turun dari langit dan daging burung puyuh untuk lauknya. Tantangan keempat adalah tidak adanya air sewaktu mereka tiba di Masa dan Meriba. Tuhan menyuruh Musa memukul gunung batu dengan tongkatnya dan keluarlah air sebagaimana yang dapat kita baca dalam Keluaran pasal 17. Israel harus menghadapi berbagai tantangan, Pak Gunawan. Tapi kita akan lihat atau kita sudah lihat tadi, Tuhan selalu menolong. Mudah-mudahan inilah yang kita ingat ya, waktu kita menghadapi apapun dalam hidup, Tuhan pasti menolong.
GS : Iya. Rasanya pertolongan Tuhan dan pengalaman bangsa Israel itu tidak membuat bangsa Israel betul-betul menyadari bahwa Tuhan memang memimpin mereka, Pak Paul. Buktinya sampai menjelang masuk ke tanah perjanjian, mereka tetap jatuh bangun di situ.
PG : Betul. Ternyata orang atau kita harus akui bahwa kita juga sama, meskipun telah melihat Tuhan menolong, tatkala mesti menghadapi tantangan berikut, tetap saja iman kita goyah, tetap saja kita cemas, tetap saja kita tidak percaya bahwa Tuhan itu sanggup dan akan menolong kita.
GS : Iya. Hanya sekelompok orang misalnya Musa dan Harun. Harun pun pernah jatuh dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah dan mengajak bangsanya untuk menyembah. Itu ‘kan satu kejatuhan yang dia alami. Padahal mereka sama-sama mengalami bagaimana Tuhan menolong mereka sampai sejauh itu.
PG : Iya. Saya kira memang ini adalah kelemahan kita sebagai manusia, Pak Gunawan. Karena kita memang tidak bisa melihat apa yang akan terjadi, jadi rasanya kita tidak punya kendali atas hari esok kita dan kita susah memercayakan hari esok kita kepada Tuhan yang sebetulnya menguasai hari esok itu. Jadi, yang mau kita lakukan pada kesempatan ini adalah menarik beberapa pelajaran dari perjalanan Israel menuju ke tanah yang Tuhan janjikan. Mudah-mudahan apa yang kita pelajari pada kesempatan ini dapat lebih menguatkan iman kita.
GS : Tapi yang bisa kita pelajari atau yang bisa kita lihat dengan nyata disitu adalah kasih Tuhan dan kesabaran Tuhan yang luar biasa, Pak Paul. Saya juga yakin itu yang Tuhan lakukan juga pada kita. Sekalipun kita jatuh berkali-kali, tidak memercayai Dia dengan sungguh-sungguh, tetapi pertolongan Tuhan itu tidak pernah berhenti, Pak Paul.
PG : Betul. Inilah kasih setia Tuhan. Meskipun seharusnya Dia kesal pada kita karena kita terus saja tidak percaya, terus mempertanyakan kesetiaan Dia, tapi Dia dengan sabar selalu menunjukkan bahwa Dia bisa dipercaya dan Dia akan menolong kita.
GS : Iya. Bahkan kalau kita melihat sosok Musa pun sampai akhirnya tidak diperkenan Tuhan masuk ke Tanah Perjanjian, itu ‘kan salah satu kelemahan yang bisa terjadi dalam diri kita. Tuhan hanya berkata supaya Musa bicara pada gunung batu agar keluar airnya, tapi Musa marah karena jengkel melihat umat yang tidak mau percaya kepada Tuhan. Kita pun bisa jatuh dalam dosa seperti itu, Pak Paul.
PG : BIsa, Pak Gunawan. Kita tidak sempurna. Jadi, meskipun kita berusaha menaati Tuhan tapi kadang ada saat-saat kita lengah dan kita terperosok.
GS : Iya. Jadi, pelajaran apa yang bisa kita tarik dari pengalaman bangsa Israel ini, Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah PIMPINAN TUHAN BERARTI PEMELIHARAAN TUHAN. Jika Tuhan memimpin, Dia akan memelihara. Tuhan tidak akan meminta kita melakukan sesuatu tanpa memberikan kepada kita kekuatan untuk mengerjakannya. Dia tidak akan menuntun kita keluar dan pergi ke suatu tempat tanpa menyediakan pengarahan yang jelas. Tuhan juga tidak akan meminta kita menaati-Nya tanpa memimpin kita ke dalam kehendak-Nya. Jadi, ini adalah pelajaran pertama yang bisa kita petik, Pak Gunawan. Kalau Tuhan memimpin, Dia akan memelihara. Jadi, selama kita jelas bahwa inilah kehendak-Nya, kita mesti percaya Dia akan memelihara.
GS : Iya. Bahkan kadang-kadang di saat kita itu keluar dari pimpinan Tuhan, mencoba melarikan diri, pemeliharaan Tuhan itu tetap ada dalam diri kita dengan membalikkan kita ke arah yang benar. Bukankah itu yang seringkali terjadi pada bangsa Israel ini?
PG : Betul, Pak Gunawan. Sekalipun kita gagal atau tidak taat, dalam kekuasaan-Nya, dalam kedaulatan-Nya, Tuhan sanggup membelokkan kita dan apa yang telah kita lakukan itu dapat dipakai oleh Tuhan justru akhirnya untuk kebaikan kita pula.
GS : Hanya memang butuh waktu lebih panjang, sama seperti bangsa Israel. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu yang lebih singkat harus ditempuh dalam waktu 40 tahun seperti itu, ya.
PG : Betul. Kalau kita memang tidak taat, itu akan memperlambat jalannya kehendak Tuhan di dalam hidup kita. Hal lain yang mesti kita ketahui juga tentang pemeliharaan Tuhan adalah TUHAN TIDAK MEMELIHARA DENGAN CARA YANG SAMA. Misalkan, di Elim Tuhan menyediakan kebutuhan melalui 12 mata air dan 70 pohon kurma. Tatkala di Masa dan Meriba, Tuhan menyediakan air lewat gunung batu. Sewaktu di Laut Merah, Tuhan menyelamatkan Israel dari serbuan tentara Mesir tanpa mereka harus meneteskan darah sedikit pun. Namun di Rafidim, Israel harus berperang melawan Amalek. Nah, kadang kita panik karena tidak melihat Tuhan menolong. Padahal Ia sudah menolong lewat cara yang lain. Kendati situasinya sama, ternyata tidak selalu Tuhan menggunakan cara yang sama. Seringkali Ia justru memakai cara yang berbeda. Jadi, percayalah. Setelah kita berdoa meminta pertolongan-Nya, yakinlah bahwa Ia akan menolong dan terbuka dengan cara-Nya yang lain. Seorang ayah bercerita bahwa pernah suatu ketika ia menghadapi beban ekonomi yang berat, Pak Gunawan. Ada beberapa kebutuhan besar yang muncul secara bersamaan. Dia berdoa dan berharap Tuhan akan memenuhi kebutuhannya lewat pekerjaan yang digelutinya. Namun ternyata harapannya tidak menjadi kenyataan. Dia tidak memperoleh tambahan penghasilan. Di saat kritis itulah muncul kesempatan yang tidak diduganya. Dia mendapatkan penghasilan tambahan lewat pekerjaan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Jadi, kita bisa melihat disini Tuhan menolong dengan cara yang lain. Sewaktu berkata Tuhan memelihara, kita juga mesti percaya bahwa tidak selalu Dia menolong dengan cara yang sama.
GS : Iya. Sebenarnya disana kita bisa melihat Tuhan itu sangat kreatif dalam memberikan pertolongan-Nya pada kita. Bahkan kalau kita membaca Kitab Injil, kita bisa melihat Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dengan berbagai macam cara dan tidak ada satu metode tertentu yang digunakan oleh Tuhan. Itu satu bukti kreatifitas Tuhan yang luar biasa.
PG : Betul. Memang makin membuat kita berdebar-debar, Pak Gunawan. Karena kita tahunya oh ini cara yang Tuhan gunakan. Tapi kok sekarang cara itu tidak muncul? Yang kita nanti-nantikan adalah cara yang sama itu. Tapi sebetulnya Tuhan menolong kita dengan cara yang berbeda. Jadi, sewaktu kita berdoa, percaya bahwa Tuhan menolong, kita juga mesti terbuka dengan cara Tuhan.
GS : Memang disitu dibutuhkan iman kita yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, Pak Paul. Kalau kita tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan ya kita anggap Tuhan tidak memberikan pertolongan. Seperti tadi yang Pak Paul uraikan mengenai seseorang yang mendapat pekerjaan lain sebagai pertolongan Tuhan, mungkin dia menganggap ini bukan sebagai pertolongan Tuhan tapi karena dialah yang kreatif. Malah terbalik, Pak Paul.
PG : Dalam kasus orang tersebut, dia sendiri memang tercengang-cengang sebab dia sepertinya sudah putus harapan. Karena berhenti, dia tidak tahu lagi harus bagaimana, eh tidak ada angin tidak ada hujan eh muncul kesempatan demi kesempatan yang dia sendiri sebetulnya tidak usahakan. Jadi, lewat itu dia tahu jelas, Tuhanlah yang telah mengirimkan kepadanya berkat tambahan itu. Sebab dia sendiri memang tidak mengusahakannya dan tidak bisa memikirkan cara yang lain untuk bisa menambahkan penghasilannya.
GS : Selain soal caranya, memang soal waktu Tuhan ini pun kita tidak bisa memastikan berapa lama Tuhan akan menolong kita, Pak Paul. Ada yang memang cepat. Setelah kita berdoa, langsung pertolongan Tuhan datang, seolah-olah cepatnya seperti itu. Tapi ada orang yang harus menunggu bertahun-tahun barulah dia bisa melihat pertolongan Tuhan di dalam dirinya.
PG : Betul, Pak Gunawan. Kita memang tidak bisa memastikan Tuhan akan dengan segera menolong kita. Kita tahu - misalkan kembali kepada umat Israel - mereka harus berdoa bertahun-tahun. Tidak gampang. Musa sendiri 40 tahun di Mesir, kemudian 40 tahun di Midian, setelah itu barulah Tuhan utus dia. Jadi, kalau kita hitung dari Musa saja lahir, berarti Israel harus menunggu Tuhan bertindak selama 80 tahun baru Tuhan mengeluarkan mereka dari Mesir.
GS : Iya. Selain pelajaran tentang bagaimana Tuhan memelihara kita, apakah ada pelajaran yang lain, Pak Paul?
PG : Pelajaran yang kedua adalah TUHAN TIDAK MENCEGAH MASALAH DATANG, IA MENOLONG TATKALA MASALAH DATANG. Tuhan tidak mencegah Mesir mengejar Israel. Tuhan membiarkan. Tetapi pada waktunya Ia menolong. Tuhan tidak mencegah Israel kehausan, baik di Elim maupun di Masa dan Meriba. Namun pada waktunya, Tuhan menolong. Tuhan tidak mencegah bangsa Amalek menyerang Israel di Rafidim, tapi pada waktunya Tuhan menolong. Sudah tentu kita berharap Tuhan mencegah masalah datang bukan menolong tatkala masalah datang. Ternyata itu tidak dilakukan-Nya, Pak Gunawan. Dia tidak mencegah masalah datang sebab Ia tidak ingin kita mengikut-Nya atas dasar kemudahan hidup. Tuhan tidak menjanjikan kemudahan hidup. Mengikut-Nya tidak berarti hidup lebih nyaman dan lebih mudah. Sama seperti yang lainnya, kita tetap harus menghadapi persoalan hidup. Bedanya adalah kita tidak sendirian. Tuhan bersama kita. Jadi, pelajaran kedua ini juga penting untuk kita ketahui ya. Tuhan tidak mencegah masalah datang, tapi Ia menolong tatkala masalah datang.
GS : Iya. Memang masalah itu bisa digunakan oleh Tuhan untuk membentuk dan mendewasakan kita sehingga makin lama makin kita berserah kepada Tuhan karena tahu bagaimana Tuhan menolong kita pada waktu menghadapi masalah. Begitu, Pak Paul.
PG : Betul. Kita melihat ini di Alkitab begitu seringnya, Pak Gunawan. Misalkan cerita tentang Yusuf. Tuhan tidak mencegah Yusuf diculik oleh saudara-saudaranya. Tuhan tidak mencegah Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya menjadi seorang budak dan sebagainya. Jadi, kita melihat memang Tuhan tidak mencegah. Nah, kita mesti mengaku bahwa maunya kita adalah Tuhan mencegah. Tapi kalau itu yang terjadi berarti ya mengikut Tuhan identik dengan kemudahan hidup. Berarti orang akan mungkin berbondong-bondong mau ikut Tuhan, tapi motivasinya bukan karena mau menaati Tuhan, bukan karena mau menyembah Tuhan, bukan karena mau mengasihi Tuhan. Bukan. Motivasinya lebih untuk mendapatkan kemudahan hidup itu. Nah, itu Tuhan tidak mau. Tuhan mau orang mengikut-Nya karena menaati-Nya, menghormati-Nya, menyembah-Nya, dan mengasihi-Nya.
GS : Iya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri mengatakan pada orang yang mau mengikuti Dia bahwa setiap orang yang mau mengikuti Dia harus mau memikul salibnya barulah mengikut Tuhan Yesus. Ini ‘kan sesuatu yang tidak enak. Memikul salib itu tidak enak.
PG : Betul. Tapi justru ini berfungsi sebagai penyaring, Pak Gunawan. Tuhan memang membiarkan masalah datang, tidak mencegah masalah datang. Dengan cara itu bukan saja manusia dididik untuk beriman tapi juga ini juga adalah kesempatan untuk memberikan yang terbaik, yang murni kepada Tuhan, bahwa kita tidak mengikut Tuhan supaya mendapatkan kemudahan tapi kita mengikut Tuhan karena kita memang menyembah-Nya dan mengasihi-Nya. Jadi, Tuhan senantiasa memurnikan iman kita, memurnikan motivasi kita mengikut dia. Salah satunya lewat ini: Tuhan tidak mencegah masalah datang tapi Ia menolong tatkala masalah datang.
GS : Iya. Kita itu takut dengan masalah karena kuatir tidak mampu untuk mengatasi masalah itu, Pak Paul. Walaupun kita tahu bahwa Tuhan beserta dengan kita. Tetapi ketidaktahuan kita yang tadi Pak Paul juga sudah katakan, apa ya nanti, kuat tidak ya saya menjalani ini.
PG : Ya. Sudah tentu ini sesuatu yang Tuhan mengerti. Sebab sebetulnya, Pak Gunawan, kalau menurut kemampuan kita manusia, kita belum tentu mampu lho menghadapi tantangan-tantangan hidup ini. Tapi Ia berjanji Ia akan memberikan kepada kita kekuatan itu. Kita memang terus maju bukan karena tahu kita bisa tapi karena tahu kita tidak sendirian. Tuhan menyertai kita dan Ia akan sanggup.
GS : Tapi bagaimana dengan perkataan Tuhan Yesus jangan membawa kami ke dalam pencobaan, Pak Paul?
PG : Sudah tentu boleh ya berdoa seperti itu. Kita ini manusia takut sekali mengalami pencobaan, kesusahan dan sebagainya. Jadi, Tuhan mau mengerti pergumulan manusia. Doa yang Tuhan ajarkan pada manusia benar-benar adalah doa demi kepentingan manusia. Memang dari sorga Tuhan bisa berkata, "Kamu jangan kuatir. Kalaupun Saya bawa kamu melewati pencobaan, Aku akan bersamamu, Aku akan menolongmu dan akan sanggup mengeluarkanmu." Tuhan bisa saja berkata begitu tapi kita mesti ingat doa yang Tuhan ajarkan adalah doa untuk manusia dari manusia. Jadi, Tuhan menempatkan diri-Nya sebagai manusia disitu dan sebagai manusia kita ini takut melewati pencobaan. Jadi, dalam doa ya kita akan berkata jauhkan dari pencobaan itu. Nah, apakah Tuhan pasti mendengar dan meluluskan permintaan kita? Kebanyakan iya. Kebanyakan Tuhan memang melindungi dan menjauhkan kita dari hal-hal yang buruk itu. Tapi ada kalanya Dia membiarkan karena ada kehendak atau rencana-Nya yang lain.
GS : Baik, Pak Paul. Apakah ada pelajaran lain yang bisa kita petik dari perjalanan bangsa Israel ini?
PG : Pelajaran ketiga adalah TUHAN SUDAH MENYIAPKAN SEGALA SESUATUNYA JAUH SEBELUM KITA MENJUMPAI MASALAH ATAU KEBUTUHAN. Sebelum Israel sampai di tepi Laut Merah, Tuhan sudah menyiapkan air di Laut Merah untuk menenggelamkan tentara Mesir. Sebelum Israel tiba di Elim, Tuhan sudah menyiapkan 12 mata air dan 70 pohon kurma. Sebelum Israel tiba di Masa dan Meriba, Tuhan sudah menyiapkan air di balik gunung batu. Tuhan sudah memikirkan dan menyiapkan segala sesuatunya jauh sebelum masalah datang. Pernah saya berjumpa dengan seorang penderita penyakit terminal, Pak Gunawan. Dia seorang yang tidak punya dan hidup sebatang kara. Di dalam pertemuan itu tidak henti-hentinya ia memuji Tuhan yang telah menyiapkan segala sesuatunya. Jauh sebelum dia didiagnosis dengan penyakit itu, dia berkenalan dengan sesama saudari di dalam Kristus yang membuka pintu rumahnya untuk dia. Atas anugerah Tuhan dia dapat tinggal di rumah itu secara gratis dan di rumah itulah akhirnya dia menerima perawatan yang dibutuhkannya sampai ia pulang ke rumah Bapa di surga. Pak Gunawan, berkali-kali saya mendengar cerita serupa dari orang-orang percaya. Semua memerlihatkan bahwa Tuhan sudah memikirkan dan menyiapkan segala sesuatunya jauh sebelum masalah datang. Sewaktu kita melihatnya tidak bisa tidak kita dikuatkan dalam menghadapi masalah. Kita tahu bahwa jika Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatunya, itu berarti Ia mengendalikan segala sesuatunya. Tidak ada yang terjadi di luar kuasa-Nya. Kita aman di dalam tangan-Nya.
GS : Masalahnya kita itu tidak bisa melihat bahwa apa yang Tuhan sediakan bagi kita itu bisa dimanfaatkan untuk menolong kita, Pak Paul. Kita anggap ini sesuatu yang bukan untuk kita. jadi, kita bisa menolak. Ya untuk orang yang sakit tadi, dia mau menerima tinggal disitu. Tapi ada banyak orang yang sebenarnya Tuhan mau menolong tetapi dia menolak lalu dia bertanya kepada Tuhan, "Tuhan kok tidak menolong saya pada saat seperti ini?" Tuhan bilang, "Saya sudah memberikan pertolongan tapi kamu yang tidak mau." Itu yang sering terjadi, Pak Paul.
PG : Ya. Kadang-kadang kita yang tidak peka sehingga tidak bisa melihat. Kalau kita tidak peka biasanya karena kita memang tidak berjalan akrab dengan Tuhan. Kalau kita berjalan akrab dengan Tuhan seharusnya kita langsung tahu Tuhan berbicara dan kita bisa mendengarnya, inilah yang sedang Tuhan sediakan buat kita. Atau, kemungkinannya adalah kita memang sombong, kita punya ego, sehingga kita berkata, "Oh, ini bukan yang saya kehendaki. Bukan dengan cara ini. Saya maunya dengan cara begini Tuhan nanti menolong atau menyediakan atau menyiapkan pertolongan-Nya buat saya." Kadang-kadang yang menghalangi adalah diri kita sendiri karena kita tidak siap dan tidak mau menerimanya. Karena kita beranggapan ini terlalu merendahkan kita. Tapi itulah jalan Tuhan dan kadang-kadang memang Tuhan sengaja menyediakan jalan yang merendahkan kita karena Tuhan mau merendahkan kita, Pak Gunawan. Contohnya adalah Naaman. Waktu dia menghadap Elisa, Elisa menyuruhnya untuk berendam di sungai Yordan, dia menolak. Karena buat dia ini penghinaan. Dia petinggi sebuah negara yang gagah, yang jaya. Masa disuruh oleh seorang nabi di Israel untuk merendamkan diri di sungai yang kotor? Dia tidak mau. Tapi akhirnya karena pesuruhnya bilang, "Kamu datang jauh-jauh, kenapa disuruh berendam tidak mau? Ya sudah ikutilah siapa tahu kamu akan sembuh." Akhirnya dia ikuti. Nah, Tuhan memang sebetulnya melihat ada yang lebih penting pada Naaman selain dari penyembuhan dari kustanya, yaitu dia diperbaharui, tidak lagi jadi orang yang sombong. Jadi, seringkali Tuhan melakukan dua hal sekaligus. Satu untuk menolong kita, satu lagi sekaligus untuk mengajarkan kita satu pelajaran rohani. Misalnya, membuat kita belajar rendah hati, atau apa. Dua itu jadi satu dalam satu pelajaran. Kalau kita menolak gara-gara buat kita ini terlalu merendahkan, ya sayang. Akhirnya kita kehilangan kesempatan bukan saja diperbaharui oleh Tuhan tapi juga untuk menerima pertolongan itu sendiri.
GS : Iya. Sebenarnya yang kita harapkan itu adalah pertolongan Tuhan yang spektakuler, yang utuh. Padahal biasanya Tuhan itu menolong setahap demi setahap. Seperti Naaman tadi, dia harus 7 kali merendamkan dirinya, baru dia sembuh. Baru 3x dan tidak melihat hasilnya lalu keluar, juga tidak akan terjadi kesembuhan itu.
PG : Betul. Memang harus setahap demi setahap ya.
GS : Dan ini menuntut ketaatan yang luar biasa dari diri kita.
PG : Ya.
GS : Pak Paul, apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Mazmur 92:6 mengingatkan, "Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaanMu ya Tuhan dan sangat dalamnya rancangan-rancanganMu. " Ya, besarlah pekerjaan Tuhan dan sangat dalamnya rancangan-Nya jauh melebihi kesanggupan kita untuk memikirkannya. Tuhan tidak pernah kehilangan akal, Tuhan tidak pernah kewalahan dan Tuhan tidak pernah berhenti memperhatikan kita anak-anak yang dikasihi-Nya.
GS : Jadi, sebenarnya Tuhan itu juga tidak pernah terkejut atas apa yang kita alami karena semuanya sudah dipersiapkan dengan baik oleh Tuhan. Hanya kita yang tidak tahu masa depan ini yang membuat kita terkejut, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi, setiap kali kita menghadapi sesuatu kita berkata kita terkejut, okay, tapi kita langsung ingat bahwa Tuhan tidak akan terkejut, Tuhan sudah tahu, berarti Tuhan sudah siapkan segala sesuatunya.
GS : Baik, Pak Paul. Semoga pembicaraan ini benar-benar menguatkan iman kita dan kita mulai hidup berserah kepada Tuhan karena Dia sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk kita.
GS : Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "IA Sudah Menyiapkan Segala Sesuatunya. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.