Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dampak Usia". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, perbincangan ini menyangkut kehidupan rumah tangga, faktor usia itu bisa memberi dampak pada pasangan suami istri. Sejauh mana faktor usia itu memengaruhi hubungan suami istri, Pak Paul ?
PG : Memang ini topik yang cukup hangat Pak Gunawan, jadi ada bermacam-macam pandangan orang tentang dampak usia pada pernikahan, ada yang sangat mementingkan masalah perbedaan usia, malah ada yang sampai takhayul menentukan jarak usia berapa yang ideal, berapa yang sangat tidak ideal dan sebagainya. Sudah tentu kita mau membahas hal ini terutama untuk mereka yang belum menikah, kalau sudah menikah mungkin sudah lewat waktunya dan harus menerima. Tapi bagi mereka yang masih belum menikah dan masih menimbang-nimbang, kita berharap bahwa yang kita bicarakan ini bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan mereka dalam memilih pasangan hidup.
GS : Faktor-faktor apa yang memengaruhi di dalam dampak usia ini untuk pernikahan ?
PG : Banyak orang yang berkata bahwa seyogianyalah seorang pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya. Coba kita lihat konsep ini secara lebih teliti. Saya kira salah satu alasan mengapa orang berpandangan adalah baik bila pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya ialah dikarenakan pada umumnya wanita lebih matang atau lebih dewasa daripada pria. Coba kita teliti konsep ini. Saya kira sebetulnya belum tentu wanita lebih dewasa daripada pria yang seusia dengannya, namun satu hal yang hampir pasti adalah pada umumnya wanita lebih siap untuk hidup berumah tangga, dalam pengertian lebih siap untuk memenuhi tuntutan berumah tangga. Yang saya maksud dengan tuntutan sudah tentu adalah hal-hal tertentu yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat membangun rumah tangga.
GS : Hal-hal apa itu, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah yang kita kenal dengan kata keterikatan. Saya kira lebih banyak pria yang memunyai masalah dengan keterikatan dibanding wanita. Karena banyak pria yang setelah menikah masih terus menginginkan kehidupan lajang, masih senang bepergian dengan teman-temannya, masih terus ingin menjalin relasi dengan teman perempuannya. Sudah tentu dalam batas-batas yang wajar semua ini dapat dilakukan, tapi tidak dapat disangkal cukup banyak pria yang menginginkan kebebasan tanpa batas. Sebaliknya wanita memang jauh lebih siap untuk meninggalkan peran dan gaya hidup lajang demi suaminya. Singkat kata, jika seorang wanita menikah dengan pria yang seusia dengannya, dia mungkin takut bahwa suaminya ini masih tetap ingin hidup lajang, susah terikat, masih mau menjalin relasi dengan banyak orang di luar rumah. Tapi jika ia menikah dengan pria yang lebih tua dari dirinya, dia berharap si suami akan lebih siap untuk terikat.
GS : Apakah karena dulu terpengaruh ketika masih di rumahnya sendiri, bersama orang tuanya sendiri, Pak Paul ?
PG : Saya kira pengaruh-pengaruh itu sudah pasti ada, bahwa apa pun yang telah kita terima dari lingkungan, dari keluarga kita akan memengaruhi kita, tapi secara alamiah pria itu lebih susah untuk terikat. Kecenderungannya pria adalah untuk bebas. Untuk dia mengikatkan diri pada istri, pada rumah tangganya lebih perlu perjuangan.
GS : Sebaliknya juga dengan kemajuan pendidikan sekarang ini, wanita pun memunyai kebebasan yang lebih besar daripada beberapa puluh tahun yang lalu.
PG : Betul, lebih banyak kesempatan yang terbuka bagi wanita, tapi tetap saya kira secara alamiah wanita itu lebih siap untuk melepaskan lingkup sosialnya, membatasinya dan memberikan lebih banyak waktunya untuk anak dan suaminya.
GS : Ada pasangan yang saling berjanji untuk tidak saling mengikat, jadi bila pihak yang pria mau berteman maka dipersilakan, saya juga tolong beri kebebasan pada saya untuk tetap berteman dengan teman-teman saya terdahulu.
PG : Tadi sudah saya singgung, sudah tentu berteman tidak salah Pak Gunawan, namun setelah kita menikah berapa dalam kita berteman dan berapa banyak waktu kita berikan kepada teman sudah tentu itu semuanya harus dikaji ulang dan harus diturunkan kadarnya, karena tidak bisa tidak kekhususan itu harus diberikan kepada pasangan kita. Dalam hal mengkhususkan pasangan inilah saya kira pria lebih banyak memunyai masalah, itu sebabnya ada orang berkata maka janganlah menikah dengan pria yang lebih muda atau yang seusia karena nanti masalah ini akan lebih banyak.
GS : Dengan wanita berkarier di luar rumah, sebenarnya ada kebebasan yang lebih besar daripada kalau wanita itu setelah menikah tinggal di rumah.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kalau wanita itu sebelum menikah berkarier di luar rumah sudah tentu dia lebih mudah untuk memertahankan gaya hidupnya itu, namun dalam hal ini perempuan cenderung lebih mampu untuk mementingkan keluarganya. Saya kira inilah faktor yang berikut yang acapkali diasosiasikan dengan kedewasaan atau kematangan. Dalam usia muda kebanyakan pria akan mementingkan pengembangan kariernya, dia ingin memajukan usahanya, dia ingin menanjak dalam kariernya. Sudah tentu hal ini berdampak positif pada keluarganya juga. Karier yang menanjak pada umumnya diikuti dengan peningkatan penghasilan yang pada akhirnya akan menambah kesejahteraan keluarga. Tapi selain dari itu pengembangan karier pria sebenarnya sangat terkait dengan pemantapan identitas dan penilaian dirinya. Jadi bagi pria makin berkibar kariernya, makin kokoh jati dirinya, itu sebabnya kebanyakan pria pada fase awal pernikahan tersedot pada kegiatan di luar rumah. Karena dia tersedot di luar rumah, kecenderungannya dalam pengambilan keputusan dia lebih menitikberatkan pada karier atau pada yang di luarnya dan kurang mementingkan keluarganya. Ini adalah perbedaan besar antara pria dan wanita. Wanita akan jauh lebih siap memertimbangkan dan mengutamakan kepentingan keluarganya. Inilah yang seringkali diidentikkan dengan kematangan, Pak Gunawan. Jadi akhirnya orang berkata, wanita itu lebih matang daripada pria. Saya kira lebih matang dengan pengertian dua hal itu. Harus kita akui wanita lebih siap memenuhi tuntutan berumah tangga.
GS : Tapi dalam hal seperti itu, katakan si pria lebih tua atau lebih muda dari si wanitanya, tetap ia dalam usia-usia dini ini ia akan tetap banyak ke luar rumah karena mengejar karier itu, Pak Paul.
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Jadi sebetulnya dalam hal ini kalau ia menikah dengan orang yang hanya berbeda usia beberapa tahun akan kebanyakan sama sebab pria baru menoleh ke dalam, lebih memerhatikan ke dalam secara alamiah di usia paro baya dan mungkin lewat dari paro baya barulah ia mementingkan hal-hal yang di dalam rumahnya. Di awal-awal itu mungkin 25 tahun pertama dia akan lebih fokus pada yang di luar rumah. Harus kita akui dalam berumah tangga tuntutan-tuntutan itu lebih dapat dipenuhi wanita daripada pria.
GS : Berarti kalau ada wanita yang lebih tua menikah dengan pasangannya yang lebih muda berarti dia harus siap untuk sering-sering ditinggalkan oleh pasangannya, Pak Paul ?
PG : Seringkali itu yang terjadi, Pak Gunawan. Jadi dengan kata lain pria itu lebih didorong untuk memajukan kariernya, ini hal yang sering kita lihat di sekeliling kita, orang-orang yang menikah kemudian istri-istri mengeluh suaminya jarang di rumah dan kurang memberi perhatian kepada dirinya, yang akhirnya nantinya menimbulkan keretakan dalam keluarga.
GS : Apakah mungkin ada alasan yang lain mengapa lebih baik prianya lebih tua dari pada istrinya.
PG : Memang saya mau mengangkat hal ini sudah tentu bukan dengan suatu perintah bahwa sebaiknyalah pria itu lebih tua daripada wanita, tapi saya mau mengangkat hal ini sebab inilah konsep yang berlaku di masyarakat. Dan kita mau mengajak pendengar kita untuk menelitinya. Ada orang yang berkata, pria seharusnya menikah dengan yang lebih muda, kenapa? Secara fisik wanita lebih cepat memerlihatkan penuaan. Pada kenyataannya kita semua baik pria dan wanita mengalami proses penuaan. Kulit akan menampakkan bercak dan mulai mengkerut, otot mulai mengendur mengakibatkan munculnya kantong-kantong kulit, baik di wajah, leher atau bagian tubuh lainnya. Rambut mulai menipis dan memutih dan gigi pun mulai tanggal. Saya kira semua orang mengalami proses penuaan ini, namun ada dua alasan mengapa kita cenderung melihat penuaan pada wanita dibanding pria. Yang pertama adalah karena kecantikan fisik lebih merupakan jati diri wanita ketimbang pria. Itu sebabnya perubahan penampilan pada wanita akibat penuaan akan lebih mudah ditangkap mata. Kita melihat wanita itu cantik dan berpenampilan menarik, dan karena yang disoroti adalah kecantikan secara fisik waktu mengalami penuaan maka perubahan itu pun jadi lebih nyata, karena itulah yang umumnya menjadi sorotan. Tapi sebaliknya kematangan berpikir dan kemapanan ekonomi lebih merupakan identitas pria, sehingga sampai batas tertentu justru proses penuaan bagi pria lebih merupakan nilai tambah karena dengan bertambahnya usia maka dia bertambah matang, dianggap lebih menarik.
GS : Dalam hal merawat tubuh, bukankah wanita lebih teliti sehingga walaupun usianya lebih tua ia bisa tampak lebih muda dari usia aslinya, sedangkan pria kurang memerhatikan perawatan tubuhnya sehingga walaupun usianya masih muda seringkali cenderung kelihatan tua, Pak Paul.
PG : Ini point yang bagus. Jadi tidak serta merta karena wanita selalu dianggap lebih cepat tua. Ada banyak wanita yang dapat menjaga tubuh dengan baik sehingga dia tetap bisa memertahankan kemudaannya dan kecantikannya. Sebaliknya ada pria yang tidak menggubris kesehatannya, tidak menjaga tubuhnya dengan baik sehingga akhirnya lebih cepat mengalami proses penuaan pula. Namun karena bagi pria penuaan atau usia tua itu dikaitkan dengan kematangan dan kematangan menjadi nilai tambah pria, tetap orang pada umumnya tidak begitu memerhatikan. Tapi begitu melihat kerat-kerut pada wajah wanita, melihat kantung-kantung kulit di bawah mata pada diri wanita, orang cepat mengaitkannya "Dia sudah tua". Sebetulnya kantong kulit pada mata, itu ada pada pria dan wanita, bercak-bercak pada kulit juda ada pada wanita dan pria, namun sekali lagi karena kita tidak terlalu memerhatikannya pada pria tapi lebih memerhatikannya pada wanita. Jadi saya kira itulah yang membuat seolah-olah wanita lebih cepat menua.
GS : Apa yang Pak Paul maksudkan bahwa penuaan bagi pria itu merupakan nilai tambah ?
PG : Karena orang cenderung melihat dengan bertambahnya usia bertambah matangnya dia, bertambah berhikmatnya dia, bertambah pengalamannya dia dan itulah yang menjadi daya tarik pria, dia dianggap matang, bisa mengayomi orang dan wanita merasa aman di dekatnya.
GS : Secara fisik, hal lain apa lagi yang perlu diperhatikan, Pak Paul ?
PG : Memang tadi sudah saya singgung mengapa orang berpandangan wanita lebih cepat menunjukkan ciri penuaan. Saya kira faktor kedua mengapa kita melihatnya seperti itu adalah karena wanita harus mengandung dan melahirkan anak. Perubahan drastik secara fisik terjadi pada wanita tatkala mengandung, melahirkan dan mengurus anak. Pada umumnya terjadi penambahan berat badan yang relatif harus dipertahankan sampai sekurangnya setahun setelah melahirkan, oleh karena kebutuhan gizi anak yang disusuinya dan kita juga harus mengerti betapa sulitnya menguruskan badan pada saat aktifitas mulai menurun, tidak seperti diwaktu kita remaja. Jadi sebagai akibatnya banyak wanita yang harus bergumul dengan masalah berat badan dan sudah tentu semua ini berdampak pada penampilannya pula yang nantinya diasosiasikan dengan penuaan. Memang terjadi banyak perubahan pada tubuhnya itu.
GS : Apakah karena alasan itu banyak wanita menunda melahirkan anak atau bahkan sama sekali tidak mau melahirkan anak, Pak Paul ?
PG : Memang ada wanita yang sudah berkata dari awal, "Saya tidak mau melahirkan anak". Jadi kalau mau punya anak, kita akan mengadopsi anak saja, misalkan seperti itu. Karena ada sebagian dari mereka yang begitu mementingkan keindahan tubuhnya dan ini kita lihat pada beberapa bintang film di luar negeri. Di Amerika Serikat misalnya, yang sudah berumur 30-an lebih pun memilih untuk tidak memunyai anak. Karena mereka mementingkan tubuhnya itu. Mereka tahu ketika nanti mereka melahirkan anak, mengurus anak, tubuhnya akan mengalami perubahan drastik dan mengembalikannya seperti semula hampir mustahil.
GS : Dan itu juga menjadi ancaman hubungan dia dengan suaminya, Pak Paul ?
PG : Dia takut kalau nanti tubuhnya tidak lagi menarik, nanti suaminya pun tidak akan tertarik kepadanya dan nantinya akan timbul masalah. Jadi sekali lagi ini menjadi hal yang ditakuti oleh sebagian wanita.
GS : Apakah ada hal lain yang berkaitan dengan fisik ini, Pak Paul ?
PG : Yang lainnya, kita harus mengakui bahwa wanita itu lebih mudah untuk terlihat ciri-ciri tuanya karena adanya mati haid. Wanita mengalami mati haid, artinya apa? Hormon progesteronnya dan estrogennya mengalami penyusutan. Mengalami penurunan dan akhirnya lenyapnya hormon ini pada tubuh wanita seringkali diikuti dengan perubahan kondisi fisik pula. Singkat kata, satu hal yang mesti diakui adalah agar wanita tetap dapat memertahankan kondisi fisiknya diperlukan perjuangan yang jauh lebih berat dibanding pria.
GS : Tapi sekarang sudah ada kemampuan dari ilmu kedokteran untuk menambahkan hormon supaya menopause itu mundur, begitu Pak Paul.
PG : Memang ini kadang-kadang menjadi perdebatan medis, Pak Gunawan. Sudah tentu ada yang mengatakan "Tidak apa-apa asal terjaga atau terpantau, kita pertahankan hormon progesteron dan estrogennya", tapi juga ada yang mengatakan, "Jangan sebab ada resikonya" sebab kalau tetap ada, misalkan resiko terkena kanker, seperti kanker payudara akan bertambah. Memang selalu ada perdebatan-perdebatan, namun tetap ada wanita yang tetap ingin menambahkan hormon-hormon ini karena ia tidak mau melihat tubuhnya mengalami perubahan-perubahan yang terlalu drastik. Ia ingin tetap melihat tubuhnya relatif sama dan kalau pun harus mengalami penurunan itu terjadi lebih mulus dan bertahap.
GS : Menjadi masalah besar ketika si wanita sudah tidak memunyai gairah seksual lagi sementara yang pria sedang pada puncaknya, begitu Pak Paul.
PG : Ini salah satu penyebab mengapa orang-orang berkata, "Lebih baik kalau pria menikah, menikahlah dengan wanita yang lebih muda". Salah satunya memang karena itu, Pak Gunawan. Kalau seumur atau wanitanya lebih muda, nanti wanitanya waktu mengalami penurunan gairah seksual, bukankah ini menimbulkan masalah. Tapi kalau prianya lebih tua, berarti pada saat itu pun si pria lebih tua sehingga gairah seksualnya tidak lagi sebesar sewaktu dia lebih muda.
GS : Apakah ada alasan yang lain mengapa pria seyogianya lebih tua daripada wanita ?
PG : Yang berikut adalah wanita itu sendiri membutuhkan figur pengayom seperti seorang bapak kepada anak. Tidak usah disuruh pun memang wanita lebih mudah tertarik dengan pria yang mencerminkan figur pengayom itu dan biasanya ini adalah pria yang lebih tua darinya. Secara naluriah wanita tidak terlalu mudah tertarik dengan pria yang tidak dewasa, jadi sangatlah lazim bagi wanita untuk akhirnya terpikat dengan pria yang lebih tua. Jadi dalam hal ini perempuan tidak usah disuruh pun ada kecenderungan memilih laki-laki yang lebih tua darinya.
GS : Tapi ada laki-laki walaupun usianya lebih muda tetapi ia dapat mengayomi, bisa memberikan rasa aman kepada wanita yang lebih tua dari dia, Pak Paul.
PG : Betul sekali, maka pada akhirnya kita harus juga akui bahwa dampak usia tidaklah sebesar dampak psikologis atau dampak emosional itu sendiri, karena yang penting adalah dampak psikologis dan emosional itu, bukanlah usia itu sendiri. Tapi kita tidak bisa menyangkal bahwa usia sedikit banyak memberi pengaruh pada kematangan psikologis dan kemampuan untuk berbagi emosi. Kalau orang berkata sebaiknyalah menikah dengan pria yang lebih tua darimu, itu memang ada benarnya. Namun sekaligus juga saya ingin menekankan bahwa tetap yang penting adalah isinya, jangan hanya kulitnya saja asal lebih tua, tapi yang penting isinya.
GS : Ada pria-pria tertentu yang mengidolakan figur ibunya dalam pernikahan, sehingga ia selalu mencari pasangan yang jauh lebih tua daripada dia, Pak Paul.
PG : Ada yang begitu, Pak Gunawan, kalau memang kebutuhan-kebutuhan kita itu terlalu besar, seringkali itu sedikit banyak membuat kita sedikit kurang objektif dalam memilih pasangan. Sudah tentu tidak apa-apa memilih pasangan hidup yang seperti mamanya, dapat mengibukan dia, masalahnya adalah kalau ia orang yang tidak bertanggungjawab karena yang tidak bertanggungjawab memang senang sekali mendapatkan wanita yang lebih tua yang dapat mengayominya. Kalau tidak hati-hati wanita merasa, "Memang inilah yang dibutuhkannya, dia perlu seorang mama dan saya bisa menjadi mama yang dibutuhkannya, tidak menjadi masalah dengan dia". Masalahnya si wanita nantinya akan memelihara dan menyuburkan rasa kurang bertanggungjawab pada si suaminya ini karena semua diurus, ditanggung oleh si istri, sehingga si suami makin hari makin tidak bertanggungjawab.
GS : Menurut pengamatan Pak Paul sendiri, idealnya berapa tahun perbedaan antara pria dan wanita ini, Pak Paul ?
PG : Pada dasarnya yang penting jangan terlalu jauh, Pak Gunawan. Saya tidak anti dengan wanita yang menikah dengan pria yang lebih muda darinya, asalkan jangan terlalu jauh. Bahkan jika memilih pria yang lebih tua pun jangan terlalu jauh, jadi misalkan ada orang menikah bedanya 15 tahun atau 20 tahun, si prianya lebih tua. Tetap itu akan menjadi masalah, karena terjadilah perbedaan-perbedaan cara berpikir, menyikapi hidup dan lain sebagainya yang nantinya menuntut penyesuaian. Sebaiknya kita menikah dengan yang umurnya tidak terlalu jauh berbeda dengan kita, misalkan berbeda antara beberapa tahun sampai maksimal 10 tahun kalau wanitanya lebih muda. Kalau wanitanya harus lebih tua, harapan saya juga tidak terlalu jauh berbeda, jangan sampai misalnya lebih dari 5 tahun, karena nanti perbedaan itu akan menimbulkan masalah.
GS : Apa ada kesimpulan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Hal ini Pak Gunawan, bahwa semua hal ini yang tadi telah kita bicarakan, perlu menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam memilih pasangan hidup. Sudah tentu yang tadi kita bicarakan tidak mesti terjadi dalam setiap kasus, namun setidaknya semua hal yang telah kita bicarakan ini lebih sering terjadi. Satu hal yang patut dicamkan, janganlah memilih pasangan hidup yang jauh berbeda usia dari kita. Perbedaan usia yang terlalu jauh akan menciptakan dua dunia yang berbeda dan menyatukannya akan jauh lebih susah.
GS : Tapi perbedaan ini bukan hanya menyangkut usia, Pak Paul, juga bisa menyangkut misalnya pendidikannya, kalau beda terlalu jauh juga akan sulit bagi mereka untuk menyatu dengan baik, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Jadi salah satu prinsip yang bisa kita gunakan dalam memilih pasangan hidup adalah carilah yang lebih banyak kesamaannya dengan kita. Justru ada orang yang mengatakan, "Tidak apa-apa carilah orang yang paling berbeda dari kita sehingga bisa saling melengkapi", tapi pada kenyataannya yang menyatukan kita adalah kesamaan bukan perbedaan, jadi makin sama makin lebih mudah nanti menyatukannya.
GS : Apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Amsal 4:18 firman Tuhan berkata, "Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari". Hidup benar atau jalan orang yang hidupnya benar adalah hidup takut akan Tuhan dan hidup berhikmat jadi ada dua. Saya kira memilih pasangan hidup memerlukan keduanya. Dalam memilih pasangan hidup kita mesti takut akan Tuhan, sehingga tidak mau memilih yang tidak berkenan kepada Tuhan dan yang kedua kita mesti hidup berhikmat. Inilah jalan hidup orang yang benar. Apa itu hidup berhikmat dalam hal ini? Memilih pasangan lewat pertimbangan yang matang, jangan sembrono dan jangan langsung mengiyakan. Benar-benar lihat kecocokan dan ketidakcocokan, barulah nanti kita berkata "Ya".
GS : Dan untuk mendapat pertimbangan, kita bisa mendapatkan dari orang-orang di sekeliling kita yang memunyai kemampuan untuk memberikan masukan itu, Pak Paul.
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dampak Usia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sab, 22/05/2010 - 1:47pm
Link permanen
syalom, saya wanita berusia
yessi
Kam, 31/07/2014 - 9:10pm
Link permanen
sayaloom,, saya wanita berusia 27 tahun pacaran dengan pria umur
TELAGA
Sab, 02/08/2014 - 9:57am
Link permanen
Berpacaran dengan pria yang 7 tahun lebih muda