Golgota: Kasih Ilahi Menerobos Kemustahilan
Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)
Oleh: Ev. Lidanial, M.K., M.Pd. *)
"Laoshi, apakah Tuhan Yesus mengutuk?" Secara tiba-tiba pertanyaan ini disampaikan oleh Andi (bukan nama sebenarnya, anak laki-laki berusia lima tahun), seorang anak Sekolah Minggu, ketika beberapa minggu yang lalu saya mengajar di kelasnya. Setelah menyampaikan cerita tentang penyaliban Tuhan Yesus, pada waktu itu saya sedang membimbing anak-anak membuat sebuah kreasi sederhana miniatur bukit Golgota.
Sebuah pertanyaan yang membuat saya cukup kaget. Seingat saya ketika menyampaikan cerita, saya sama sekali tidak menggunakan istilah "mengutuk." Apa yang melatarbelakangi Andi menanyakan pertanyaan tersebut dan menggunakan istilah yang bagi saya bukan istilah yang lazim digunakan oleh anak-anak seusianya? Pertanyaan ini sekilas terbersit dalam benak saya ketika Andi menyampaikan pertanyaan itu, tetapi tidak sempat untuk saya mencari tahu jawabannya.
Supaya tidak keliru dalam memberikan penjelasan, maka saya bertanya balik kepada Andi, "Mengutuk siapa ya, Andi?" Sambil mewarnai piring kertas yang akan dibentuk dan digunakan sebagai miniatur bukit Golgota, dengan segera Andi menjawab, "Mengutuk orang-orang yang jahat sama Tuhan Yesus." Lalu secara singkat saya menjelaskan kepada Andi bahwa Tuhan Yesus tidak pernah mengutuk orang-orang itu, tetapi justru mengampuni mereka bahkan mendoakan agar mereka bertobat. Mendengar penjelasan saya, Andi hanya terdiam dan kembali melanjutkan kesibukannya membuat miniatur bukit Golgota itu dan perbincangan kami terhenti. Tidak tahu pikiran apa yang ada dalam benak Andi pada waktu itu.
Pertanyaan Andi ini mengingatkan saya tentang rasa syukur dan keharuan yang saya rasakan ketika mendengar kesaksian dari beberapa klien yang menceritakan bagaimana Tuhan memampukan mereka untuk mengampuni. Sebuah kesanggupan yang sepertinya mustahil untuk dapat dilakukan. Mengampuni seseorang, yang bertahun-tahun sebelumnya dengan kebulatan tekad mereka berkata kepada diri sendiri bahwa sampai kapan pun mereka tidak akan mengampuni orang tersebut. Bagaimana mungkin mereka dapat mengampuni orang yang telah berulang kali melukai hati bahkan merusak dan menghancurkan hidup mereka? Bagaimana mungkin mereka dapat mengampuni orang yang bukan hanya tidak tahu balas budi, tetapi telah menginjak-injak harga diri mereka dan keluarga mereka? Bagaimana mungkin mereka dapat mengampuni orang yang telah menodai kesetiaan mereka dengan berbagai perbuatan yang sangat menyakitkan hati mereka? Rasanya, pengampunan adalah sesuatu yang mustahil dapat diberikan.
Tetapi, di dalam pergumulan mereka bersama dengan Tuhan, di dalam anugerah-Nya yang sangat sulit untuk dapat dijelaskan, akhirnya pengampunan itu dapat diberikan. Sebuah beban yang sangat berat, yang sekian tahun mereka pikul ke mana pun mereka pergi, yang membuat hidup mereka terasa begitu berat dan terbelenggu, akhirnya terangkat. Bertahun-tahun mereka berpikir bahwa cara terbaik untuk membalas orang tersebut dan membuatnya menderita adalah dengan terus menyimpan kebencian itu. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Kebencian yang terus dibiarkan itu membuat perjalanan hidup mereka yang sudah berat terasa semakin berat dan menyiksa. Kebencian itu bagaikan sebuah duri yang terus mereka biarkan menusuk relung hati mereka berulang kali, yang sesekali ketika mengingat kembali kejadian demi kejadian yang menyakitkan di masa lalu, membuat luka itu menganga semakin lebar dan dalam. Tetapi, di tengah kekerasan hati mereka, walaupun begitu menyiksa, kebencian itu sangat sulit untuk diserahkan kepada Tuhan. Rasanya mustahil untuk mereka dapat mengampuni.
Ketika pergumulan berat dan panjang, yang mungkin saja memakan waktu bertahun-tahun itu berakhir dan pengampunan dapat diberikan, rasa lega dan damai yang sulit untuk dibayangkan menguasai hati mereka. Ingatan tentang berbagai pengalaman buruk di masa lalu itu tidak pernah dan memang tidak bisa dihilangkan. Tetapi ingatan itu tidak lagi membuat hati mereka tertusuk. Dengan cara yang ajaib, perlahan luka yang menganga itu dipulihkan oleh Tuhan. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi, pengampunan itu sepertinya meruntuhkan berbagai tembok yang sekian lamanya telah menjadi penghalang bagi mereka untuk maju dan produktif. Berbagai relasi yang selama ini terasa begitu membebani dan sulit untuk terbangun dengan sehat, perlahan mulai berubah. Bagaikan secercah cahaya matahari yang menembus awan gelap pekat yang menutupi langit dan secara perlahan membuat langit kembali cerah dan segala sesuatu terlihat jelas, demikianlah yang dirasakan ketika pengampunan diberikan.
Apakah proses ini mudah? Sangat tidak mudah, bahkan mungkin tampak mustahil bagi kebanyakan kasus. Hanya karena anugerah, ketika kasih ilahi menguasai hati, kemustahilan itu dapat diterobos. Karya salib Kristus di bukit Golgota mempertontonkan keajaiban kasih ilahi ini. Kerelaan-Nya untuk disiksa, dipermalukan, dilecehkan dan direndahkan tanpa belas kasihan sama sekali, bukan demi diri-Nya, tetapi demi orang lain, termasuk orang-orang yang sedang berdiri di hadapan-Nya dan memperlakukan-Nya sedemikian kejinya pada waktu itu, mempertontonkan kekuatan dan keajaiban kasih ilahi.
Seberapa pun tebalnya sebuah tembok kebencian telah terbangun, seberapa pun dalamnya sobekan sebuah luka batin telah teriris, dan seberapa pun pahitnya kegetiran hidup telah dialami akibat perlakuan orang lain, ketika kasih ilahi itu bekerja di dalam hati, kekuatan luar biasa dan tidak dapat dipahami akan dialami. Kasih ilahi yang dapat menerobos segala kemustahilan sehingga pengampunan dapat diberikan dan kebebasan dapat dialami. Kiranya kasih ilahi yang telah ditunjukkan Kristus di bukit Golgota itu menguasai hati kita semua.
DI BUKIT GOLGOTA (NKB 80)
(Herlin Pirena)
Selamat siang,
Saya ingin bertanya, saya berusia 22 tahun dan bekerja. Bagaimana cara mengampuni orang-orang yang bersalah kepada saya dimana mereka tidak menyadari kesalahan mereka, apalagi untuk mengakui dan meminta maaf pada saya, bahkan justru semua diputarbalikan sehingga merekalah yang menyalahkan saya. Mereka yang marah dan menyalahkan saya. Untuk setiap kesalahan yang tidak saya sadari, saya sudah terlebih dahulu meminta maaf pada mereka. Bahkan mendengar mereka pun mau mengakui kesalahan dan minta maaf tidak ada sama sekali. Bagaimana saya bisa dengan tulus memaafkan mereka? Terkadang saya ingin kebenaran ditegakkan sampai mereka sadar bahwa sayalah korban dan ingin mereka sadar akan kesalahan dan perbuatan mereka. Saya sulit memaafkan mereka saat saya merasa justru sayalah yang dirugikan.
Mereka yang menyakiti saya adalah mantan pacar saya, orangtua dan keluarganya, Gembala dan Ibu gembala gereja kami. Kejadiannya baru 4 hari yang lalu. Mereka menghakimi saya berdasarkan masa lalu saya, menimpakan semua kesalahan pada saya, sampai memutarbalikkan fakta……bahkan Gembala kami tidak bisa menunjukkan sikap netral sebagai penengah masalah kami, karena hubungannya yang dekat dengan keluarga mantan pacar saya sejak lama. Selama ini saya banyak merenung dan berdiam diri di rumah, berdoa dan mencari kisah atau kata-kata inspirasi untuk mengampuni dari renungan, memotivasi diri kalau Tuhan itu adil, meyakinkan diri saya sudah mengampuni tapi tetap hati saya belum pulih dan masih ada ganjalan kalau mereka salah dan belum sadar akan kesalahan perbuatan mereka. Bagaimana saya harus menghadapi ini, Pak?
Terima kasih untuk perhatian dan bantuan jawabannya. Tuhan berkati !
Salam: L.K..
JAWABAN :
Shalom Sdr. L.K.,
Masalah mengampuni memang bukan hal mudah dan tidak akan pernah mudah, karena berkaitan dengan ego dan hati yang tersakiti, terluka. Disalah mengerti, difitnah dan dihakimi secara sepihak itu sungguh membuat hidup kita sengsara. Namun, di atas semua yang menyakitkan dan sulit kita terima itu, firman Tuhan katakan ampuni. Bagaimana mungkin, karena saya yang korban, saya yang disakiti, saya yang dilukai. Tidak pantas mengampuni orang-orang itu, apalagi Anda menyebutkan di antaranya ada Gembala atau Hamba Tuhan yang termasuk orang yang melukai dan harus Anda ampuni.
Sdr. L.K., Anda bergumul dan sudah berusaha untuk mengampuni dengan berbagai macam cara. Namun kenyataannya, masih sulit. Saya ingin memberikan masukan pengertian, bahwa soal pengampunan adalah soal pribadi Anda dengan Tuhan. Lepaskan dulu orang-orang yang menyakitimu itu. Sekarang mari Anda berurusan dengan Tuhan-mu, dengan Bapa-mu. Tuhan bilang ampuni mereka yang bersalah padamu, seperti Aku juga sudah mengampuni kamu.
Jadi, prinsip pengampunan adalah :
- Karena Anda sudah menerima terlebih dahulu pengampunan dari Tuhan. Kesalahanmu dalam perkataan, pikiran dan perbuatan diampuni oleh-Nya. Termasuk segala hal yang Anda tidak sengaja atau yang memang Anda sengaja lakukan, Dia ampuni dan Anda sudah diampuni.
- Sekarang lakukan itu, ampuni mereka karena Tuhan. Bukan karena mereka pantas atau tidak diampuni. Bukan karena mereka itu Gembala atau orang Kristen sekalipun. Tetapi Anda mengampuni karena Anda sudah diampuni dan sekarang Anda mau mengampuni.
- Ampuni mereka yang bersalah padamu karena itu adalah ketaatanmu kepada Tuhan. Masalah nanti mereka bagaimana? Jadi ‘ngelunjak’ atau besar kepala, itu bukan urusanmu, itu urusan mereka dengan Tuhan. Yang utama Anda sudah taat pada Tuhan, mau mengampuni.
- Setelah itu Anda harus belajar melihat ke depan, tinggalkan yang pahit itu (perkataan, sikap mereka). Ketika ingatan itu muncul, segera berdoa minta Tuhan tolong agar kamu bisa mengalihkan dan tidak terus terfokus pada masa lalu itu.
- Melangkahlah….."move on". Hidup terus berjalan jangan berhenti terlalu lama. Karena Allah punya tujuan untuk hidupmu. Jalani dan temukan bahwa semua itu Allah izinkan untuk membentukmu menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting.
Demikian masukan dan saran dari saya, Tuhan Yesus Kristus mengasihi Anda.
Salam,
Esther J.Rey
Di dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita harus melakukan hal-hal yang sama dari hari kehari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan bahkan ada yang dari tahun ke tahun kita melakukan hal-hal yang sama. Ini dinamakan rutinitas.
Penting sekali rutinitas dalam keluarga, mengapa dikatakan penting karena :
Generasi sekarang mengukur banyak hal dari segi uang. Antara orangtua dan anak tidak lagi akrab satu sama lain. Masing-masing punya kegiatan sendiri-sendiri. Akibatnya, perasaan sayang dan rindu semakin menipis. Yang mencemaskan, saat ini banyak orang yang tidak sabar. Akibatnya, karena perasaan yang kurang peka ditambah ketidakakraban membuat banyak anggota keluarga saling memaksakan kehendak.
Manfaat dari memelihara rutinitas bagi anak :
- Anak akan lebih cepat dilatih untuk hidup teratur, disiplin dan lebih stabil emosinya.
- Mereka akan merasa memiliki sebuah keluarga yang memberi mereka identitas diri yang mantap.
- Menurut penelitian, rutinitas keluarga mengurangi konflik antara ayah dengan anak remajanya.
Manfaat dari memelihara rutinitas dengan pasangan :
- Rutinitas menciptakan ikatan dan kebiasaan yang menyatukan.
- Masing-masing pasangan pun lebih merasa mampu memercayai satu dengan yang lain
- Lebih memberi kepuasan dalam melakukan peran orangtua.
Cara bagaimana memulai rutinitas :
- Kita jelaskan kekurangan dalam keluarga akibat tidak adanya rutinitas kebersamaan.
- Kita tetapkan peraturan yang kita perlu jaga bersama, seperti misalnya, kalau pergi harus pamit dan menepati janji pulang jam berapa. Lalu juga pulangnya ini jangan terlambat karena perlu makan malam bersama dan agar orang tidak saling menunggu.
Agar rutinitas tidak membosankan :
Sesekali kita perlu melakukan variasi dalam melakukan aktivitas rutin. Jadi, bentuk aktivitas bisa tetap sama, tetapi cara melakukannya berbeda. Soal makan bersama misalnya, sesekali dapat dilakukan dengan memesan makanan dari luar supaya tidak direpotkan dengan memasak. Apabila rutinitas keluarga mendatangkan sukacita, maka aktivitas rutin itu tidak pernah dirasakan membosankan. Justru sebaliknya, sangat mungkin aktivitas itu dikenang terus meskipun anak-anak sudah dewasa dan tinggal terpisah dari orangtuanya.
Firman Tuhan dari Amsal 15:17, "Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian".
Pembawa materi dan pemandu pada acara ini juga adalah para Ibu. Pembawa materi pertama adalah Stefani Sutedjo, S.Psi., MAKP, seorang Ibu dari dua anak serta konselor di Pusat Konseling dan pengembangan Pribadi di Universitas Kristen Petra Surabaya. Pembawa materi kedua adalah Anita Sieria, S.Sos., M.Th (Konseling), seorang Ibu dari dua anak dan konselor di Pusat Konseling Telaga Kehidupan Sidoarjo. Acara dipandu oleh Grasia M. Tampubolon., M.Th (Konseling), seorang Ibu dari dua anak dan konselor di Telaga Kehidupan Sidoarjo.
Sebelum masuk ke momen refleksi, dibagikan materi mengenai "Imperfect Mom". Pembawa materi memulai dengan membagikan bahwa menjadi seorang Ibu adalah sebuah anugerah dan kepercayaan yang Tuhan berikan. Akan tetapi anugerah ini juga datang dengan berbagai tantangan, kelelahan, kewalahan, juga berbagai peran dan tuntutan. Semakin banyaknya tuntutan yang dirasakan oleh seorang Ibu, baik dari diri sendiri, budaya, dan orang-orang di sekitar, semakin berat perjalanan dan perjuangan menjadi seorang Ibu. Sebab pada kenyataannya, tidak ada seorang pun yang dapat melakukan segala sesuatu dengan sempurna, tidak terkecuali para Ibu.
Seorang Ibu yang menuntut dirinya terus sempurna, akan banyak merasa bersalah, banyak mengritik diri, tegang, sulit menoleransi kegagalan dan cenderung kaku. Pada akhirnya ia juga akan menuntut standar yang tinggi pada pasangan dan anak-anak, dan berpotensi kehilangan saat-saat menikmati momen bersama keluarga. Tekanan yang terus menumpuk juga dapat melahirkan stres tinggi dan depresi. Namun, puji syukur pada Tuhan kita Yesus Kristus, Ia tidak menuntut kita harus sempurna – tidak pernah lelah, gagal dan salah. Namun Ia mengharapkan kesetiaan di tengah ketidaksempurnaan dan keterbatasan kita. Matius 25:23 berkata, "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggungjawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu".
Maka Ibu tidak perlu menjadi "perfect mother" tetapi dapat menjadi "good enough mother". Seorang "good enough mother" berupaya memberi yang terbaik bagi keluarganya, tapi juga menyadari dan menerima keterbatasan diri. Ada kalanya ia salah, gagal, berhenti, namun bersedia untuk terus belajar dan bertumbuh menjadi semakin serupa Kristus. Ia pun terus bersandar pada kasih karunia Kristus, di tengah segala upayanya merawat keluarganya.
Setelah materi disampaikan, para Ibu diajak untuk masuk dalam momen refleksi bersama, dengan berefleksi menggunakan beberapa gambar dan menjawab beberapa pertanyaan refleksi. Beberapa peserta juga berkesempatan membagikan refleksi diri mereka. Setelah berefleksi dengan gambar, peserta diminta menulis "love letter" untuk diri sendiri. Kebanyakan peserta menyatakan terberkati dengan adanya momen refleksi, baik melalui gambar dan menulis "love letter".
Pada akhirnya acara ini terselenggara dengan baik semua karena anugerah Tuhan semata. Kami terus berdoa agar para peserta terus ada dalam penyertaan, pimpinan dan perlindunganTuhan. Kami juga berdoa agar Tuhan terus memakai Telaga Kehidupan dengan segala lebih dan kurangnya, untuk menjadi berkat bagi jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan. Soli Deo Gloria.
Diliput oleh:
Anita Sieria, S.Sos, M.Th.(konseling) – Ketua PKTK Sidoarjo
Empat bulan sudah kita lewati di tahun 2023. Cuaca sangat tidak menentu menjelang musim kemarau yang biasanya dimulai pada bulan April 2023. Beberapa doa syukur dan juga doa permohonan adalah sebagai berikut:
- Bersyukur untuk rekaman kedua dalam tahun 2023 yang telah diadakan pada hari Selasa, 25 April 2023 yang lalu bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai narasumber. Judul yang direkam adalah -- Kendorkan Kendali, Tetapi Jangan Lepaskan -- dan -- Beban Anak Baik-.
- Bersyukur ada 1 radio yang telah dikirimi rekaman lanjutan dalam bulan April 2023, yaitu Radio Streaming Askara di Kota Wisata Batu.
- Doakan agar dalam bulan Mei 2023 sudah bisa mengirimkan bahan rekaman tahun 2020 dan 2021 ke radio-radio yang sudah menunggu.
- Doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores yang menyiarkan program Telaga setiap hari, yaitu pk. 11.00 dan pk.20.00 WITA, sejak bulan Maret 2023 untuk sementara radio ‘off’ karena pindah studio dan semua peralatan. Ada beberapa hal yang perlu didoakan yaitu: (a) Teknisi, (b) Perpanjangan Izin Prinsip Penyelenggaraan (1x dalam 5 tahun) dan (c) Perpanjangan Izin Stasiun Radio (1x dalam 6 bulan).
- Doakan untuk Bp. Heman Elia, salah seorang narasumber rekaman Telaga yang telah beberapa lamanya menderita kanker paru-paru dan tulang, menyebar ke beberapa tempat. Beberapa hari yang lalu, kondisinya susah bernapas dan ada perasaan tidak nyaman karena sakit. Sudah 4 kali cairan paru dikeluarkan banyak sekali. Biarlah mujizat Tuhan bisa dialami oleh hamba-Nya di masa-masa yang sulit ini.
- Bersyukur Tuhan percayakan semakin banyak klien untuk dilayani dan doakan agar Tuhan menyediakan tambahan tenaga konselor yang dibutuhkan di PKTK Sidoarjo.
- Doakan juga agar Tuhan terus mengadakan pemulihan dalam diri dan keluarga para klien, juga agar para klien dapat melihat campur tangan Tuhan dalam proses pemulihan yang mereka jalani.
- Bersyukur atas dukungan dana dari Bapak/Ibu untuk PKTK Sidoarjo.
- Memasuki bulan yang baru, doakan agar Tuhan membimbing dan terus menyertai setiap konselor dan sukarelawan dari PKTK Sidoarjo.
- Doakan untuk Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) di Jember agar Tuhan membuka kesempatan untuk membangun jejaring dan kerjasama dengan gereja, sekolah dan lembaga-lembaga Kristen di wilayah Jember dan sekitarnya.
- Pendaftaran kelas baru BINA IMAN ANAK Tunas Kehidupan di Jember (kelas ‘online’ maupun ‘onsite’) untuk periode Juli 2023 – Juli 2024 telah dibuka. Biarlah Tuhan menolong tim guru yang sedang memersiapkan kurikulum dan mengirimkan orangtua yang rindu membawa anak-anak untuk mengenal Tuhan Yesus.
- 1539 kali dibaca